🍒 BAB 17🍒

223 14 0
                                    

Yuji sangat senang dan bahagia setelah dia bangun tidur tadi. Bahkan dia beberapa kali bersenandung. Biasanya Yuji itu tak pernah bersenandung, dia itu emosian, dingin dan juga ketus. Tapi semua bisa berubah 180 derajat ketika dia bersama Echa.

Apa yang terjadi hari ini membuat Sadam bingung. Hal yang dilakukan pria itu adalah memperhatikan sang atasan. Takut jika terjadi sesuatu kepada Yuji. "Pak Yuji sehat kan?"

"Emangnya saya kelihatan sakit di mata kamu?"

Begitu mendengar nada ketus  yang terlontar dari bibir Yuji. Sadam menyadari kalau memang Yuji dalam kondisi yang baik dan prima. "Nah kalau dengar Bapak  begini saya yakin Bapak sehat seratus persen."

Yuji melirik ke arah sang asisten, kemudian dia kembali untuk merias dirinya menjadi Agus. "Saya mau beli mobil baru."

"Loh, bukannya Bapak baru beli mobil kemarin?"

"Mau beli Avanza atau Xenia." Yuji menjawab lagi.

"Hah? Yang bener aja Pak? Yakin mau mobil Avanza atau Xenia?"

Yuji menganggukan kepalanya. "pokoknya Mau yang merakyat. yang pas untuk seorang karyawan bank."

Mendengar itu sadar menganggukkan kepalanya. "Oh Bapak mau ngasih kado teman bapak? Mobil?"

"Enggak lah, mobil itu buat saya."

"Yang ngapain Bapak beli Xenia tahu Avanza kalau bapak bisa beli yang kualifikasinya lebih bagus daripada itu?"

Mendengar apa yang dikatakan sadar membuat Yuji menoleh ke belakang. "Saya nggak mau minta pendapat kamu. Saya cuman mau mobil aja bisa nggak usah tanya macam-macam?"

"Baiklah."

"Eh, jangan beli yang baru. Saya mau yang bekas, yang second tapi masih bagus lah. oke?"

"Oke," jawab Sadam malas. Meskipun dia bingung kenapa tiba-tiba saja Yuji bersikap seperti itu. tapi Sadam memilih untuk tak bertanya karena pasti ia akan diketusi lagi.

Setelah Yuji bersiap dah selesai dengan riasannya, Dia segera berangkat menggunakan motor menuju perusahaan. Perjalanan pagi itu seperti biasa, ibu kota itu begitu macet. Biasanya Yuji marah-marah dan kesal, tapi hari ini suasana panas ibukota pun tidak membuat ia kesal dan marah.

Seharian kemarin menghabiskan waktu dengan Echa berdua. Mereka menghabiskan waktu dengan makan dan ngobrol, dan terakhir menonton film bersama. Kemudian Yuji mengantarkan Echa pulang sebelum pukul 10.00 malam.

Sampai di kantor, pria itu berjalan menyusuri lorong, kemudian berjalan ke dalam pantry. sampai di sana dia duduk kemudian mengirimkan pesan untuk Echa melalui ponselnya sebagai Yuji.

Yuji:
Hari ini kamu kerja? Udah sampai kantor belum?
Semangat kerjanya ya cantik.

Pria itu kemudian kembali memasukkan ponsel miliknya ke dalam tas. Setelahnya ia memasukkan tas ke dalam loker dan menguncinya. Saat itu, tiba-tiba saja Echa berjalan masuk sambil membaca ponsel dan tersenyum.

Tentu saja Yuji berpikir kalau itu adalah pesan darinya. "Ngapain lo senyum-senyum kayak gitu?"

Echa menggelengkan kepalanya. "Mau tau aja lo."

"Ya kan Gue cuman tanya doang. Emangnya nggak boleh? Baca pesan dari siapa sih senyum-senyum gitu?" Agus bertanya, tentu saja dia menginginkan jawaban.

"Ini pesan dari teman gue." Echa menjawab dan jujur saja itu sedikit membuat Yuji merasa kecewa.

"Oh, teman." Pria itu menyembunyikan kekecewaannya karena ternyata meskipun sudah berkencan Dia hanya dianggap teman. Ya memang sih, Yuji belum mengungkapkan perasaannya karena takut Echa merasa tak nyaman. Tapi paling tidak, dia ingin dibilang kalau orang spesial untuk hidup Echa.

"Iya, temen kok." Sementara itu di sisi lain Echa tidak mau kecewa. Dia takut berekspektasi tinggi. Jadi lebih baik mengatakan kalau Yuji itu adalah temannya.

Meski kecewa, Yuji tetap harus profesional sebagai Agus. "Lo udah nganterin kopi ke Mbak Sarah?"

"Iya, tadi ini gue mau bikin.  tadi gue nyamperin Mbak Ayu soalnya dia minta beliin gorengan." Echa menjawab sambil menunjukkan uang yang tadi diberikan oleh salah satu karyawan.

"Ya udah, biar gue beli gorengannya Mbak Ayu, lo bikin  kopi buat Mbak Sarah."

Echa menghampiri Yuji, kemudian memberikan uang kepada pria itu. Dan Yuji segera meninggalkan tempat untuk membeli gorengan  dan Echa segera menyiapkan kopi. namun, sebelumnya dia mengirimkan pesan balasan untuk Yuji.

Echa:
Hari ini aku kerja. Udah sampai di kantor dari tadi pagi. kamu gimana hari ini kerja? Semangat ya kerjanya kamu.

Setelah mengirimkan pesan terdengar suara genting dari loker. Echa menoleh, tapi dia tak mencari tahu dan segera sibuk untuk membuat kopi.

Setelah membuatkan kopi untuk Sarah segera saja diantarkan ke ruangannya. Gadis itu berjalan menghampiri Sarah, kemudian meletakkan kopi di depan sang sekretaris.

"Ini kopinya Mbak."

"Makasih."

"Mbak aku mau nanya deh, aku bisa nggak sih pindahnya diundur dulu jadi 3 minggu lagi. Soalnya hari Rabu 2 minggu lagi itu, ibu mau check up dan cuci darah. Kalau aku berangkat dari Cikarang bakal jauh banget ke sininya."

Sarah terdiam sebenarnya merasa iba juga mendengar apa yang dikatakan oleh Echa. Namun, mau bagaimana lagi, karena perpindahan itu sudah terlebih dulu dikatakan oleh Bagas.

"Aku nggak bisa jawab apa-apa, kan bukan aku atasannya. Tapi, kalau kamu masih penasaran kamu bisa tanya sama Pak Bagas."

"Kalau gitu aku boleh nggak ngomong  sama Pak Bagas?" Echa meminta, meskipun jawabannya sepertinya sudah ia ketahui, tapi ia akan berusaha untuk meminta terlebih dulu.

Sarah segera menghubungi Bagas dari telepon. "Tunggu biar aku tanya dulu sama Pak Bagas."

Selama pembicaraan di antara Sarah dan Bagas meja memutuskan untuk menunggu.
dia memperhatikan sekitar ruangan Sarah.

"Silakan masuk kamu."

"Makasih mbak." Echa mengucapkan terima kasih kemudian berjalan masuk ke dalam kantor Bagas.

Di dalam ruangan itu terlihat Bagas yang sedang sibuk membuka beberapa dokumen di atas meja kerjanya. Dia melirik sekilas ke arah Echa kemudian mengarahkan tangannya mempersilahkan gadis itu duduk di kursi yang berada berseberangan dengan meja kerjanya.

"Terima kasih pak." Echa kemudian duduk berhadapan dengan Sang bos.

"Kamu mau ngomong apa?"

"Bisa nggak sih Pak Saya pindah kerjanya 3 minggu lagi? Saya minta tolong, bapak kasih saya kesempatan 3 minggu lagi. karena Ibu saya mau check up dan juga cuci darah di hari Rabu depan. kalau saya berangkat dari Cikarang, Saya takut terlalu jauh. kasihan Ibu saya kalau dalam perjalanan kejauhan Pak."

"Kamu masih punya waktu dua minggu untuk cari rumah sakit yang lebih baik di Cikarang. Nanti saya kasih referensinya, tapi untuk masalah pindah nggak bisa dibicarakan atau negosiasi lagi ya. Karena saya sudah ngajukan surat pindahnya ke pabrik di sana. Dan mereka pasti juga sudah prepare untuk kepindahan kamu di sana. Ngerti?"

"Baik Pak."

One Night Stand With OB Sultan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang