🍒 BAB 9🍒

336 23 0
                                    

Echa dan Hana kini sedang dalam perjalan mencari seblak prasmanan. keduanya memang suka sekali makan seblak, pasti ada yang kesal atau badmood. Echa mengendarai motor milik Hana, tubuh Hana yang kurus pendek dengan tinggi 165 dan berat badan 45 kilogram, berbanding terbalik dengan Echa yang memiliki tinggi 170 dan berat badan 95 kg.

Bisa dibayangkan bagaimana perbedaan tubuh mereka yang cukup jauh, tapi keduanya benar-benar berteman akrab. Tidak lama mereka akhirnya sampai di warung seblak prasmanan Mbak Lia.

"Lo mau pesan apa deh, biar gue yang bayar." Echa mengatakan itu kepada Hana ketika ia turun dari motornya.

Tentu saja mendengar itu membuat Hana menoleh dengan heran, karena tumben sekali aja baik seperti ini? "Lo habis gajian?"

"belum, lo kan tahu, gue gajian tanggal 25. sekarang masih tanggal berapa?"

"Kalau nggak ada uang, nggak usah bayarin gue. Kita bayar sendiri-sendiri aja kayak biasanya. Nggak usah sok kaya deh lo." Hana protes, dia benar-benar tidak mau membuat temannya itu kehabisan uang hanya karena mentraktirnya seblak.

"Ada kok ini, gue kan habis lembur."

"Gak mau gue, pokoknya bayar sendiri sendiri aja lah."

Sementara Echa sendiri sedang banyak uang, itu akibat malam panas kemarin, tapi tak bisa memberitahu alasan yang sebenarnya. "Oh tenang aja, gue lagi banyak uang, kemarin gue juga udah transfer ke Raya. Jadi lo nggak usah khawatir," kata Echa lagi.

"Ogah ah," tolak Hana.

Ya Hana memang keras kepala, jadi Echa memilih menurut saja. Keduanya berjalan masuk ke dalam, tapi Hana masih menatap Echa dengan heran. "Lo dapat uang dari mana? Lo nggak aneh-aneh kan? Atau jangan-jangan lo bener-bener jual diri om om?"

Ditanya seperti itu Echa tidak menjawab, ia hanya melirik Hana dan tersenyum. "Ya anggap aja lah kayak gitu," jawab Echa.

"Dih, udahlah gak usah aneh-aneh kita bayar sendiri aja." Hana katakan itu sambil berjalan masuk ke dalam. Lagipula iantak percaya Echa jual diri. Jajan seblak saja minta ia temani.

Echa memilih untuk tak membantah. Lagipula, akan sulit untuk membuat sahabatnya itu percaya dengan apa yang terjadi. Pula, Echa masih mau hidup, jikalau ia memberitahu apa yang terjadi pada Hana, bisa habis di omeli sebulan penuh.

Hana berjalan menuju tempat pemesanan setelah ia mengambil semua yang ia inginkan. "Yang satu level delapan, yang satu enggak level nol. Minumnya teh manis dingin sati, teh manis hangat satu ya mbak."

Echa diam saja mendengar itu. Ia tak bisa makan pedas, dan selalu memesan level 0, sementara sahabatnya itu bisa malam sampai level 10. Hana memang paling tau dan juga mengerti apa saja yang  Echa inginkan. Mereka setelahnya duduk di kursi dan menunggu.

"Jadi kenapa lo tiba- tiba ngajak gue makan seblak?" tanya Hana. Dia tahu kalau temannya itu mengajak keluar dari makan seblak sudah pasti ada sesuatu yang terjadi.

"Gue bete banget, soalnya tiba-tiba aja bos gue minta gue pindah ke pabrik lama yang mau digusur, di Cikarang. Lo kan tau, gue bersyukur bisa di sini karena deket sama lo dan ada temen ibu yang kasih kontrakan rumah."

"Kenapa tiba-tiba banget sih?"  tanya Hana heran.

"Entahlah, gue juga bingung makannya."

Hana terdiam sambil membuka ponsel miliknya. "Eh, di sana ada kakak sepupu gue. Lo bisa cari kontrakan atau kost dekat sana, jadi lo ada temen." Hana katakan itu karena ia juga merasa tak akan aman jika membiarkan Echa sendirian tanpa orang yang ia kenal.

"Kakak sepupu lo di mana?" tanya Echa lagi.

"Nanti gue tanyain ya, nanti lo liat lokasi dia deket atau enggak sama lo. Kalau ada apa-apa lo bisa minta tolong sama dia."

"Gue nyusahin lo lagi ya?" tanya Echa merasa tak enak karena merasa terus menyusahkan Hana.

"Gue tabok lo ya ngomong gitu lagi. Nyusahin apaan sih? gak perlu terima kasih ya."

Echa benar benar merasa bersyukur karena memiliki sahabat seperti Hana.  Karena bukan hanya bisa mengerti dirinya, tetapi juga Hana banyak membantunya dalam banyak hal.

***

Sementara saat ini Yuji tengah menikmati malam bersama Jason yang terlihat kesal. Malam ini mereka bersama di sebuah klub, menyenangkan diri. Yuji dudu terdiam, menikmati minumannya.

Jason memerhatikan, ia tau betul kalau ada sesuatu yang terjadi. "Kenapa lo diem aja?" tanya Jason.

Yuji gelengkan kepala perlahan. "Ada sedikit masalah."

"Di kantor? Penyamaran lo kebongkar?" tanya Jason.

Yuji menggelengkan kepalanya. "temen gue tiba-tiba aja dipindahin," jawab Yuji.

"Sejak kapan lo jadi mikirin orang lain?" tanya jason heran.

Yuji terdiam sejenak, jadi bingung sendiri juga kenapa dia tiba-tiba jadi perhatian kepada Echa?

"Ya ya, gue cuma aneh aja kenapa tiba-tiba dia mindahin kayak gitu. masalahnya temen gua ini beberapa kali emang mergokin si Bagas sama Sarah."

Jason jadi antusias, masalahnya dia baru pertama kali ini mendengar mengenai perselingkuhan Bagas dan Sarah. Jason juga tahu kalau sebenarnya Bagas itu sudah bertunangan dengan gadis lain.

"Bagas itu, bukannya udah punya tunangan ya?"

"Iya, Sarah itu sekretarisnya."

"Gue tahu kok tunangannya Bagas, emang si Sarah itu kayak gimana sih? Setahu gue si Lidya itu emang cantik banget sih, udah gitu pinter lagi anaknya juga susah buat dideketin. Dokter kecantikan kan dia?"

Yuji menganggukkan kepalanya, dia memang tahu mengenai lidi tetapi tidak pernah bertemu dengan gadis itu secara langsung.

"Kemarin malam itu,  akhirnya tidur sama siapa?" Yujibertanya karena ingin tahu siapa yang didapatkan oleh Jason. Jika dipikir lagi kalau saat itu justru tidak menukar kunci diantara mereka, sudah pasti malam itu ia tak akan menghabiskan malam  bersama Echa. 

Raut wajah Jason seketika saja berubah menjadi kesal. "Udah deh nggak usah lo ingat-ingat lagi, gue sama tante-tante gitu. Mana Udah kebelet banget lagi. Lo ama siapa?"

Jason merasa benar-benar sial. Padahal biasanya ia tak pernah mendapatkan target seperti itu. Sementara Jujur saja mendengar Jason membuat Yuji merasa beruntung, mungkin sih terdengar kurang ajar. Tapi memang itulah yang dirasakan.

Yuji kemudian tersenyum jahil. "Someone." Yuji senang karena ia tak harus menghabiskan malam bersama seseorang yang tak sesuai ekspektasi.

Mendapat jawaban yang aneh seperti itu membuat Jason menoleh. tentu saja hal ini berbeda dari Yuji yang biasanya. "Spesial?"

"Nggak bisa dibilang kayak gitu, tapi ya lumayan spesial juga soalnya—" Yuji menghentikan ucapannya tak mungkin dia mengatakan kalau merebut keperawanan seorang gadis malam itu kepada Jason.

"Soalnya? Bisa nggak sih lo kalau ngasih tahu itu nggak usah menggantung kayak gitu?" Jason bertanya penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Yuji.

"Ya pokoknya gitulah."

"Pasti dia cantik banget, dan  juga lihai banget di ranjang sampai lo gak bisa berkata-kata."

Lagi-lagi tidak ada jawaban dari Yuji selain mengangkat kedua alisnya sambil tersenyum. Tentu saja hal itu membuat Jason jadi kesal setengah mati pria itu kemudian memukul bahu Yuji.

"Sialan Lo!" kesal Jason

One Night Stand With OB Sultan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang