🍒bab 11🍒

319 24 1
                                    

Echa terbangun dari tidur dengan posisi ponsel yang masih menempel di telinga. Semalaman menghabiskan waktu untuk bertelepon ria dengan Yuji. Dan itu adalah hal yang menyenangkan untuknya, karena sepertinya ini adalah pertama kali untungnya didekati oleh seorang pria.

Echa menatap pada jam di ponsel. Melihat waktu sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi. Segera ia bergegas bangun. Berjalan ke luar kamar, melihat menemukan sang ibu yang sudah rapi dan tengah sarapan.

"Kok Ibu nggak bangunin aku?"

"Ibu nggak tega bangunin kamu, kamu kelihatan capek banget tidurnya."

"Ya udah, ibu sarapan dulu. Aku mau siap-siap ya habis itu kita jalan ke rumah sakit."

"Nggak usah buru-buru kamu, santai aja."

Ecek bergegas untuk mandi, kemudian merias wajah seadanya. Untung dia sudah biasa untuk bergerak cepat terutama dalam make up. Setelah selesai, ia meneguk segelas teh manis buatan Ratih, kemudian menyantap sepotong risol sebelum akhirnya berangkat ke rumah sakit menggunakan mobil online.

"Semalam Ibu dengar kamu ngobrol ditelepon sama siapa? Kayaknya bukan Hana, nggak mungkin kamu ngomong sama Hana bisik-bisik."  Ratih bertanya kepada sang putri. Karena tumben sekali putrinya itu menelpon malam hari.

Ditanya seperti itu Echa malah jadi gelagapan. padahal bukannya  wajar, kalau anak seusianya menjalin hubungan dengan laki-laki?

" Ah, itu, itu temen aku kerja Bu. Namanya Agus." Entah kenapa ia malah memilih untuk berbohong. Padahal sebenarnya tak salah kalau ia menyebutkan nama Yuji. Tapi Echa memilih untuk menyebut nama Agus sebagai jawaban yang diberikan untuk sang ibu.

Ratih tersenyum melihat sang putri yang terdengar malu-malu menjawab pertanyaannya. tentu saja ia menilai bahwa ada sesuatu yang terjadi,  hubungan khusus di antara sang putri dan juga nama laki-laki yang disebut tadi.

"Kamu ada sesuatu sama anak itu?"

"Nggak ada Bu, aku cuman ngobrol biasa doang malam tadi."

Tentu saja obrolan malam tadi bukan obrolan biasa. Keduanya terdengar sangat akrab, manja, dan juga intim. Pembahasan mereka cukup dalam meskipun lebih banyak Echa yang bercerita. Yuji tak bisa bercerita banyak, karena dia juga belum bisa memberitahu siapa dirinya yang sebenarnya

"Kalau memang dekat juga nggak apa-apa. kamu itu kan udah gede, wajar kok kalau pacaran."Ratih berkata kepada sang putri, agar dia tak perlu malu-malu lagi saat menjadi hubungan dengan seseorang.

"Nggak ada Ibu. Lagian siapa yang mau sama Echa? Lihat aja nih, gendut begini."

"Kamu belum tahu aja, belum ketemu saja sama jodohmu. Kalau sudah jodoh itu, mau kamu seperti apapun di mata dia, Kamu itu cantik dan sempurna. Lagian kamu itu kan cantik, Memang kamu nggak pernah ngerasa cantik?" Ratih sebenarnya paling sedih ketika mendengar putrinya mulai tidak percaya diri seperti ini.

Echa menggelengkan kepalanya. "Kalau cantik udah dari dulu dulu punya pacar aku bu."

"Pokoknya kamu nggak boleh bersedih, nggak boleh nggak percaya diri, harus percaya diri. kamu itu cantik karena anak ibu."

Echa terkekeh geli mendengar apa yang dikatakan oleh sang ibu. Tentu saja bagi orang tua,anak mereka adalah yang terbaik dan juga yang tercantik.

"Iya, buat seorang ibu kan anak-anak mereka yang terbaik."

"Kamu tuh susah dibilangin deh, Ibu bilang kamu itu cakep deh cakep."

Echa memilih untuk tidak mendebat apa yang dikatakan oleh sang ibu. Perjalanan menuju rumah sakit menghabiskan waktu sekitar setengah jam karena jalanan yang cukup padat. sepertinya hari ini orang-orang banyak yang memutuskan untuk berjalan-jalan sekedar menghabiskan waktu liburan mereka bersama keluarga.

Setelah mengambil nomor antrian, keduanya menunggu. Nomor antriannya sudah jauh sekali, belum lagi besok mereka harus kembali lagi untuk cuci darah.

"Dapat nomor 167 Bu."

"Nggak apa-apa, kita nunggu di sini aja"

"Aku mau beli sesuatu dulu ya, Ibu mau nitip apa? Aku mau ke kantin."

"Ibu nggak mau apa-apa. belikan Ibu air mineral aja sama roti."

"Ini pasti sampai jam makan siang, Ibu masak makan roti doang? Nanti kalau ada nasi kuning atau nasi uduk Echa beliin ibu mau?

"Apa aja aku  seketemunya. Ibu pasti makan kok."

"Ya udah aku mah kalau gitu aja ke kantin dulu ya Bu."

Echa segera ke kantin untuk membeli minum, dan juga makan siang. Saat sedang berjalan menuju kantin, tiba-tiba saja ponselnya berdering dan itu adalah chat iriman dari Yuji. Echa berbunga-bunga, di atas senyum sendiri kemudian dengan cepat membuka pesan tersebut.

Yuji:
Hai pretty, maaf banget kemarin aku ketiduran.

Echa:
Sebenarnya aku juga ketiduran sih semalam. Tapi thank you ya, malam tadi udah nemenin aku.

Yuji:
Iya, Makasih juga karena semalam Kamu nemenin aku. Kamu happy kan sama aku?

Echa:
Aku happy banget kok. first time aku teleponan sama cowok malam-malam itu cuma sama kamu tahu.

Yuji:
Bener? Jadi aku benar-benar satu-satunya dalam hidup kamu yang? Eh, maksudnya yang pertama.

Echa:
Hmm iya yang pertama.

Tentu saja Yuji juga yang pertama tidur dengannya. Yuji juga yang menghabiskan malam Dengan menelpon dari ponsel. Dan itu adalah hal yang sangat menyenangkan untuk Echa.

Yuji:
Kamu lagi apa?

Echa:
Aku lagi di kantin rumah sakit, mau beli makanan untuk siang nanti sama ibu. Dapat nomor antrian jauh banget, jadi kayaknya bakal sampai siang deh.

Yuji:
Kamu mau aku jemput nggak? Kalau emang kamu aku jemput, aku pasti jemput kamu kok.

Echa:
Enggak sudah kok. Makasih banget kamu udah nawarin diri untuk jemput aku.  Ya udah ya, aku mau ke kantin dulu.

Yuji:
Okay. Hati-hati kamu.

Yuji tersenyum sendiri, dia bahkan baru saja sadar dari tidurnya dan segera menghubungi Echa. Pria itu kemudian bangkit, Dia berjalan keluar dan melihat radang yang sudah ada di ruang makan.

"Selamat pagi." Sadam menyapa atasannya itu.

"Pagi," sahut Yuji sambil tersenyum.

Sadam jelas saja merasa heran. karena biasanya Yuji itu menjawab dengan ketus dan juga cuek. Tapi kali ini atasannya itu menjawab salamnya dengan senyum ceria.

Sadam kemudian berjalan mendekat, dia lalu memegang kening dari Yuji dan bertanya. "Bapak baik aja kan bapak? Nggak sakit atau demam kan?"

Dengan dipegang keningnya buat Yuji tak nyaman, kemudian dia menepis tangan Sadam. "Saya sehat-sehat aja kok ngapain sih kamu pegang-pegang?"

Mendengar jawaban ketus dari Yuji membuat Sadam meyakini kalau sang atasannya baik-baik saja. "Syukurlah, kalau bapak judes kayak gitu berarti emang baik-baik aja."

Yuji kesal, tapi memang sudah kebiasaan Sadam untuk membuatnya kesal seperti ini.

"Eh, saya mau tanya kamu dong. Muka saya waktu jadi Agus, sama jadi Yuji ini, seandainya kamu nggak tahu itu saya,  kamu bakal kenal nggak?"

"Ya enggak lah Pak,  Yuji aja rambutnya berantakan gitu, giginya tonggos lagi. Udah gitu warna kulitnya dibikin dekil. Bapak juga jalannya bongkok, beda sama jalan yang asli. Emangnya kenapa Pak tiba-tiba tanya?" Sadam bertanya penasaran.

Yuji tersenyum senang, memang Yuji terlihat perbedaan yang jauh antara Agus dan juga diri yang sebenarnya. Bertanya pada sadam karena dia  takut saja kalau Echa bisa mengenalinya. Yuji ingin bertemu Echa sebagai Yuji yang asli.

One Night Stand With OB Sultan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang