02

277 19 0
                                    

"Hasbi!" Teriak Fatih

Hasbi yang tadinya sedang berjalan menuju kamar terpaksa berhenti

"Kenapa?" Tanyanya

"Tadi kata Siva ada yang suka sama Lo bi" Hasbi mengerutkan keningnya, siapa lagi yang suka sama Hasbi? Dia sudah lelah untuk menolak semua wanita yang mengejarnya

Menurutnya tidak pantas bagi wanita mengejar? Harusnya laki-laki yang mengejar, apa lagi wanitanya ini hanya ingin berpacaran dan tidak mau jika langsung menikah

"Santriwati kita?" Tetapi Fatih menggeleng membuat Hasbi kebingungan

"Bukan, katanya temen dari temennya si Siva!" Lagi dan lagi alis Hasbi mengerut

"Siapa??"

"Hilda, kalo gak salah cucunya almarhum ustadz Ali"

"Yang beberapa hari lalu meninggal?" Fatih mengangguk

"Iya kemarin pas kematiannya kiai melayat ke sana, kan gue ikut!" Hasbi memang tidak tau bagaimana wajah Hilda tetapi dia tau wajah almarhum ustadz Ali, karena ustadz Ali pernah menjadi penceramah saat acara maulid nabi di pesantrennya tahun lalu

"Gak tau mukanya.."

"CK! Kalo aja Lo ikut waktu itu, dia cantik loh"

"Cantik wajah gak menjamin dia cantik hati, Fatih.." wajah Hasbi terlihat malas

"Dia paham agama Hasbi, udah pasti hatinya cantik" kata Fatih berusaha meyakinkan Hasbi

"Kalo dia paham agama, lalu kenapa dia mengejar saya? Jika dia memang suka pada ku dia tidak akan mengatakannya pada orang-orang"

Fatih mengangkat bahunya "Ya gak tau.."

Hasbi memutar bola matanya lalu kembali melangkah menuju kamarnya

"Eh tunggu dulu bi!" Fatih langsung menahan pergerakan Hasbi

"Kenapa??"

"Hilda nanya nama panjang Lo katanya buat ntar di sebut di sepertiga malam"

Entah mengapa saat Fatih mengatakannya Hasbi perlahan tersenyum, dia langsung tau jika Hilda ini tipikal orang yang mengejar di jalur langit

"Kapan dia nanya itu?"

"Gak tau si Siva"

"Dia santri mana?"

"Ya.. santri kakeknya lah"

"Maksudnya nama pesantrennya"

"Gak tau ntar deh gue tanya lagi sama si Siva.."

***

"HILDA HILDA!!" teriakan Sherin berhasil membuat Hilda dan teman sekelasnya menengok dengan kompak

"Kenapa?"

Sherin tersenyum kikuk kerena sudah menganggu Hilda dan teman-temannya yang sedang mengobrol

"Emm.."

Takdir Allah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang