"𝘉𝘦𝘳𝘶𝘣𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘪𝘭𝘪𝘩𝘢𝘯, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩𝘢𝘯."
Hasil nyontek ✍️
_happy reading
__________________
"Hilda kamu gak sopan banget nyerobot antrian!" Ujar hasna, Hilda yang mendengar itu langsung mengerutkan keningnya, apa maksudnya? Hilda sedari tadi diam tidak melakukan apapun.
"Apa hak kamu bilang gitu? Aku dari tadi diem di sini!" Jawab Hilda membela dirinya sendiri, karena memang dia tidak salah.
"Aku tadi udah ngantri duluan di sini!, tadi aku mau ngambil sabun aja ketinggalan!"
"Beneran gin?" Tanya Hilda pada orang yang ada di depannya, yaitu gina, dia juga santri baru di sini, Hilda dan gina baru saja berkenalan.
"Ha? Sejak kapan? Aku gak liat kamu ngantri tadi" Hilda tersenyum miring mendengar bahwa Hasna tidak mengantri sebelum Hilda.
"Kalian itu harus menghormati yang lebih tua! Dan aku Ning! Lebih baik aku yang pertama mandi!" Hasna Tampa rasa malu langsung menyerobot antrian dan antri di paling awal.
"Hey! Gak bisa gitu!" Teriak gina
"Diam kamu, perempuan itu tidak boleh berteriak" Jawab Hasna kemudian orang yang berada di dalam WC keluar dan Hasna langsung masuk ke dalam.
Hilda mengelus dada karenanya.
"Semoga Hasna di beri hidayah"
"Iya, nyebelin banget, songong banget jadi Ning" gerutu gina
"Sabar, jangan meluapkan emosi kamu gin!" Gina menghela nafasnya lalu mengangguk
"Habisnya ngeselin sih!" Tangan gina di lipan di dada, yang bisa di artikan bahwa gina memang sangat kesal.
"Pengen aduin ke senior, tapi senior pasti bela dia, karena dia Ning, di sini anak ustadz itu harus di hormati, tapi ya.. harus tau diri juga kali, kalo aku gak punya hati, mungkin dia udah mati!" Ucap gina masih menggerutu kesal.
"Mangkanya Allah kasih hati biar kamu bisa menghargai"
"Tapi kok orang itu gak ngehargai ya? Berati dia gak punya hati?"
***
Sore berganti malam, malam berganti pagi, dan selepas semua mengaji subuh, santri maupun santriwati di tugaskan untuk membersihkan lapangan, Hilda yang memang sudah terbiasa bersih-bersih pun bergegas mengambil sapu lidi dan menyapukan daun-daun yang berserakan dengan cepat.
Tidak hanya Hilda banyak santriwati lainnya yang membantu, kecuali yang memang sudah senior, mereka hanya melihat yang lain bekerja saja.
"Capek deh, mana banyak lagi." Keluh Hasna padahal Hasna baru saja menyapu, tidak seperti Hilda yang sudah hampir setengah jam dari tadi menyapu.
"yang lain juga capek, tapi yang lain gak ngeluh tuh" ucap salah satu senior yang tidak sengaja mendengar keluhan Hasna
"Aku udah lama nyapu-nya, udah hampir satu jam, yang lain baru turun" bohong Hasna padahal dia yang paling terakhir datang untuk menyapu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Allah
Diversos"takdir Allah sudah pasti baik, meski terkadang perlu air mata untuk menjalani nya"