"ma syaa allah, pengen deh pake cadar kayak Kaka itu" tunjuk gadis itu pada seorang wanita bercadar
Hilda, gadis yang kini akan menginjak usia 16 tahun itu melirik-lirik wanita bercadar yang sedang berbelanja, dirinya selalu iri melihat wanita bercadar, suatu saat nanti dia akan memakai cadar, jika Allah mengizinkan.
Sherin, Teman Hilda itu hanya tersenyum
"Lingkungan gak mendukung.." Hilda mengangguk membenarkan ucapan Sherin
"Harus nikah sama habib kayaknya" celetuk Hilda yang langsung mendapat cubitan dari sang teman
"Rekomendasi ustadz dong"
"Tuh nikah aja sama kakek Lo, kakek Lo kan ustadz.." raut wajah Hilda seketika berubah menjadi kusut
"Kakek gue udah gak ada sher.." sontak Sherin menutup mulutnya, dia baru ingat kalo beberapa hari yang lalu kakek Hilda meninggal karena memiliki penyakit yang parah
"Eh.."
"Gak papa.."
Mimik muka Hilda terlihat sedih, bagaimana tidak? Kakek kesayangannya sudah tiada, bukan hanya Hilda tapi satu kampung tersedih karena kepergian kakeknya
Beliau adalah ustadz yang sering mengajar anak-anak di pesantren, dan sekarang setelah beliau wafat istri dan kakaknya lah yang menggantikan beliau
Karna tidak mau Hilda merasa sedih, Sherin kembali membahas tentang masalah menikah "Oh iya hil.. Lo tau pesantren yang di samping rumah gue kan?" Hilda mengangguk
"Nah.. di sana ada santri yang cakepp banget! Namanya Hasbi, kalo Lo nikah sama dia, pasti Lo pake cadar, soalnya keluarganya alim semua, kakaknya aja pake cadar, kalo penasaran ntar gue kirim deh potonya" tapi bukannya senang Hilda malah memperlihatkan wajah lesu nya
"Gak.. gue masih kecil woy! Kelas 3 MTS! Gak deh! Takut nanti gue suka dia, dia malah suka gue balik, terus karena nafsu kita jadian? Kan pacaran gak boleh, lagian gue gak tau sifatnya, jangankan sifatnya mukanya aja gak tau"
"Kalo penasaran gue kirim potonya!"
Hilda menggeleng kembali "enggak! Gue gak akan tertarik sama laki-laki"
"Alah!"
"Pliss deh.. jangan bikin gue tertarik sama cowok, gue takut nanti gue malah jauh dari Allah gara-gara laki-laki sher.." sebelumnya Hilda memang tidak pernah tertarik dengan laki-laki, banyak yang menginginkannya, tetapi, Hilda cuek dan tidak memperdulikan mereka
"Dia Gus loh.."
"Gak peduli!"
"Ntar awas aja kalo Lo ketemu sama si Hasbi klepek-klepek!"
"Gak akan!"
"Awas aja! Ntar malam ada tabligh Akbar, si Hasbi sama santri lainnya pasti Dateng jangan klepek-klepek!" Hilda menggeleng cepat, tekadnya untuk tidak mencintai sudah bulat
"Udah deh mending kita pergi"
***
"Hilda!!" Teriak Fira, Fira adalah teman Hilda, dia melambaikan tangannya pada Hilda, lalu Hilda pun menghampiri Fira
"Duduk di paling depan yuk!" Ajak Hilda karena takut tidak kebagian tempat, Fira mengangguk lalu merekapun pergi ke paling depan
Ternyata di paling depan juga ada Sherin, mereka memutuskan untuk duduk bersama
"Gak sabar nunggu habibnya ceramah" ujar Hilda terlihat tidak sabar
"Iya nih.." ucap Fira membenarkan perkataan Hilda
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Allah
Random"takdir Allah sudah pasti baik, meski terkadang perlu air mata untuk menjalani nya"