06

215 15 1
                                    

Aku tidak peduli atas keadaan susah dan senang ku, karena aku tidak tau manakah yang lebih baik bagi ku.

Umar bin Khattab.


_happy reading

______________


"Ma syaa allah, bagus-bagus ya hasilnya" ucap Sherin melihat hasil Poto mereka barusan

"Ntar kalo Mau Poto-poto lagi ke sini aja, udah Deket, hasilnya bagus lagi" kata Fira, Hilda mengangguk membenarkan perkataannya

Sejak tadi Hilda terus melihat-lihat liontinnya, mereka sudah bersama selama tiga tahun dan akan berpisah beberapa hari lagi, Hilda tidak akan melupakan mereka mau bagaimana pun.

Sherin dan Fira akan melanjutkan pendidikan ke SMA namun dengan jurusan yang berbeda, karena itu Fira dan Sherin ingin membuat kenangan hari ini, Sherin dan Fira masih bisa bertemu setiap harinya sedangkan Hilda? Hilda akan pergi pesantren, dan Pesantren Hilda begitu jauh, mungkin, mereka hanya akan bertemu setiap hari libur saja

"Da, pesantren Lo Nurul iman kan?" Sherin bertanya

Hilda mengangguk

"Gue ada temen di sana, namanya hasta, dia temen TK gue dulu, dan Lo tau? Dia katanya udah hafal 30 duz!" Mata Hilda seketika membulat, menjadi hafidzah 30 duz itu adalah impiannya

"Beneran? Ma syaa allah.. pengen deh.."

"Pokoknya kalo Lo ketemu sama si hasta gue titip salam ya.." tunggu, bagaimana bisa Hilda bertemu hasta nanti di pesantren? Sedangkan mereka lawan jenis? Tempatnya juga beda

"Em.. iya, tapi gak mungkin ketemu sih, soalnya tempatnya juga beda"

"kalo ketemu aja.."

"Oh iya.. boleh, ntar, in syaa allah di sampein"

"Besok nikahan kakaknya Sherin pake baju ini aja da, biar samaan" Hilda langsung ingat kalau besok adalah pernikahan kakaknya Sherin, sontak Hilda panik, dia belum membuat kado, dan hari sudah mulai gelap.

"OH IYA!! Besok nikahan kakaknya Sherin!"

"Kenapa keget gitu?" Tanya Sherin padahal Hilda sudah di kasih tau sejak beberapa Minggu yang lalu

"KADO!! Gue pamit pergi ya kalo gitu, sekalian mau beli kado, sampe lupa, dah! Assalamualaikum"

"Waalaikumusalam"

***

"Pake makeup tipis aja deh" gumam Hilda, lalu dia bergegas ke meja riasnya

Setelah itu Hilda memakai jilbab yang senada dengan gamisnya, ini sudah jam 10 bahkan lebih, dan Hilda masih bersiap, Hilda terlambat karena setelah pulang mengaji dia tertidur, entah mengapa matanya begitu berat jadi dia tertidur..

"Abi! Hilda berangkat! Assalamualaikum" teriak Hilda

"Waalaikumusalam, ibu kamu juga udah duluan"

"Oh iya!"

Hilda buru-buru menaiki motornya dan melesat pergi

Takdir Allah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang