Ch.1 - University of Wilden

8K 499 9
                                    


Peradaban dimana kaum vampir lebih mendominasi, dikatakan bahwa ras manusia hampir punah hingga menjadi legenda di kalangan para vampir.

Mayoritas masyarakat vampir meyakini bahwa manusia telah punah ribuan tahun lamanya. Lantas bagaimana vampir dapat bertahan hidup tanpa darah manusia? Mereka dapat membuat pil darah atau meminum darah hewan ternak untuk memenuhi rasa haus mereka.

Tidak seperti dongeng-dongeng yang ada, vampir tidak takut terkena cahaya matahari ataupun bawang putih. Mereka adalah makhluk abadi yang kuat dan mengerikan, serta dapat menggunakan semacam trik sihir yang tentunya di luar akal manusia.

Dalam legenda zaman dahulu, saat kaum vampir dan manusia masih hidup berdampingan, mereka tentu tidak lepas dari pertikaian antarkaum. Dibandingkan kaum vampir yang unggul dalam fisik, lantas bagaimana manusia dapat melawan vampir? Mereka dapat melawan vampir dengan benda yang terbuat dari perak murni.

Vampir memiliki regenerasi yang cepat, namun dengan menusuk pisau perak pada kulit mereka dapat memperlambat regenerasi mereka hingga titik terlemah pada jantung mereka dapat dengan mudah ditargetkan.

Seiring berjalannya waktu, berbeda dengan vampir yang abadi dan tidak dapat menua. Manusia berangsur-angsur punah dengan cepat didorong dengan perburuan vampir yang merajalela untuk memangsa manusia.

Apakah sungguh manusia telah punah? Tentu saja tidak. Mereka tetap ada, hanya saja mereka menyembunyikan diri dalam peradaban vampir. Terkadang tidak sedikit rumor mengatakan adanya keberadaan manusia di sekitar mereka.

Namun jika benar demikian yang dikatakan oleh rumor tersebut, maka tidak ada yang tau apa yang akan terjadi pada manusia itu di hadapan para vampir yang telah merindukan cairan segar pada pembuluh darah mereka.

Manusia hanyalah makhluk lemah, dengan tubuh yang lemah dan tidak memiliki kemampuan fisik seperti vampir. Mereka hanyalah santapan lezat di hadapan para vampir. Tidak aneh bahwa manusia lebih memilih bersembunyi daripada berhadapan langsung dengan mereka. Bagaikan serigala dan kelinci.

****

"Seperti diriku, kelinci kecil yang dapat dengan mudah mati kapanpun. Anak tunggal dari salah satu keluarga konglomerat. Keluargaku telah hidup dan beradaptasi di antara para vampir tanpa ada yang mengetahui bahwa kami adalah manusia."

"Betapa bersyukurnya bahwa Tuhan masih membantuku dengan sedikit kemampuan berupa material."

"Diajarkan untuk tidak boleh ragu dan tetap kuat. Karena vampir memiliki sifat yang mendominasi, kami harus dapat mengikutinya. Itu untuk meminimalisir kecurigaan."

"Ditambah, vampir sangat peka terhadap bau darah. Jadi kami tidak boleh sampai terluka sedikitpun."

"Dan inilah saat dimana aku harus mandiri dan bertahan hidup di antara mereka. Aku berdoa kepada Tuhan agar dimana kampus yang akan kutinggali itu tidak akan membawakanku pada malapetaka."

***

Ckiit-!
Mobil hitam berhenti tepat di depan gerbang yang megah dengan jeruji besi yang tebal dan kokoh membentang di hadapannya. Sopir menuruni kursi kemudi dan membukakan pintu penumpang mobil untuk seseorang.

Tampak pemuda cantik dengan mata yang besar serta berkulit putih dengan perawakan kecil menuruni mobil, ia mengenakan seragam rapi dengan membawa tas jinjing kulit miliknya beserta koper besar di hadapannya. Ia berjalan menjauh dari mobil, melewati gerbang dan tidak lupa maniknya memandangi sekelilingnya.

Matanya membulat memandang betapa luasnya area itu, ditambah gedung di hadapanya tampak begitu besar dan megah.

"Wah, kampus ini tampaknya sangat luar biasa." Gumamnya.

Blood Bag [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang