Ch.3 - Ancaman

6K 482 10
                                    


Pagi hari, Ray kembali ke asramanya dengan penampilan yang kusut. Aron terkejut melihat keadaan Ray yang terlihat begitu berantakan. "Hey, Ray darimana saja kamu? Kenapa penampilanmu begitu berantakan?"

"Aku tidak apa-apa.." Ray terlihat lemas, ia menuju ranjangnya dan merebahkan tubuhnya diatas ranjang.

Pandangan Aron tertuju pada telapak kaki Ray yang penuh dengan luka gores. "Huh? Kakimu terluka Ray."

"A-apa?!" Ray segera menutupi kakinya dengan selimut pada kasurnya.

"..." Aron melihat itu sedikit mengernyitkan keningnya. Ia beranjak lalu menghampiri Ray, ia menarik selimut yang menutupi kakinya.

"Akh- apa yang ingin kau lakukan?!" Teriak Ray kesal.

"Sudah, tenanglah." Aron berlutut, melihat telapak kaki Ray yang penuh dengan luka kecil.
"Tunggu disini, aku akan mengambilkanmu air untuk membasuh." Ia beranjak untuk mengambil air hangat.

Ray terlihat kebingungan, ia pikir Aron akan menggila dan mencoba menghisap darahnya seperti para tuan muda Willem. "Apakah karena Aron bukanlah vampir darah murni sehingga kepekaannya terhadap darah kurang?"
Setidaknya itulah yang dipikirkan Ray.

***

"Khukh- Baunya sangat manis." Aron tampaknya sedang menahan hasratnya. "Haa.. aku harus segera membasuh dan mengobati lukanya sebelum para vampir lain mengetahuinya."

Tidak lama Aron kembali dengan seember air dikedua tangannya bersama dengan handuk mini.
Ia berlutut di lantai dan mengambil salah satu kaki Ray lalu mengusapnya menggunakan kain basah. Ray merintih kecil, menahan perih.

Air ini tidak dapat menyembuhkan luka goresan pada kakinya hingga Aron mengangkat kaki Ray ke dahapan wajahnya. Tindakan itu membuat Ray terkejut. "Huh apa yang ingin kau lakukan, Aron?"

Aron menatap wajah Ray sesaat kemudian melanjutkan tindakannya dan menjilati luka Ray.

"Ah-" Ray mendesah kecil. "A-apa yang kau lakukan?!" Wajah Ray merona karena merasa malu akan tindakan Aron yang tiba-tiba.
"Lick-" Aron terus-menerus menjilati dan menghisap luka pada telapak kaki Ray.

Rasa lembut dan hangat dari lidah Aron cukup membuatnya menahan rasa geli dan malu, ia menutupi sebagian wajah malunya menggunakan punggung tangannya.

"Haah.. Ini sudah tertutup semua."

Ray menemukan luka-luka pada telapak kakinya telah hilang semua. Cairan lidah vampir memiliki kelebihan untuk menyembuhkan luka.

Ada cerita di zaman dahulu, pada abad pertengahan peradaban vampir dan manusia.

Vampir berburu dengan bersembunyi tanpa meninggalkan jejak, mereka merayu manusia dengan rupa mereka yang menggoda. Mencium dan bertukar cairan, dapat membuat manusia membuat mereka kacau. Cairan pada lidah mereka dapat memberikan efek afrodisiak bagi manusia. Kemudian vampir menghisap darah mereka pada malam hari hingga pada pagi hari manusia tidak mendapatkan bekas apapun pada leher mereka. Seakan-akan tidak terjadi apapun.

"T-terima kasih, Aron."

"..Tidak masalah."

Namun satu hal yang tidak manusia ketahui, vampir tidak dapat menyembuhkan diri mereka menggunakan cairan lidah mereka sendiri atau lebih jelasnya mereka tidak dapat menyembuhkan lukanya menggunakan cairan pada lidah vampir, cairan mereka tidak memiliki efek apapun pada tubuhnya.

Mereka memiliki regenerasi pada tubuhnya, berbeda dari manusia yang membutuhkan beberapa minggu untuk sembuh dari luka, vampir hanya butuh beberapa menit bahkan detik untuk pulih kembali.

Blood Bag [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang