Mendengar ucapan Aron membuat Ray tersentak, menatap aron dengan wajah yang mematung.
"..Jadi apa yang ingin kau lakukan?" Ray terlihat waspada. Ray pikir tidak ada gunanya ia mengelak perkataan Aron.
Untuk sejenak Aron menatap wajah Ray. "..Aku tidak ingin melakukan apapun padamu, Ray." Aron beranjak dari bangkunya sembari melipat kerah lengan bajunya kemudian ia mengambil piring-piring kosong diatas meja.
"Aku hanya khawatir akan terjadi sesuatu padamu." Lanjutnya seraya menuju wastafel dan membuka keran air. "Kupikir, kau bisa meminta bantuanku jika terjadi sesuatu. Aku berbeda dari vampir diluar sana."
Aron berusaha melakukan pendekatan dan mencoba untuk menenangkan Ray yang tampak begitu waspada terhadapnya.
"... Mengapa kau terlihat begitu peduli?" Ray memasang wajah heran, ia tidak mengerti mengapa Aron tampak memperdulikanya. Alih-alih mengancam dan menyerangnya, justru Aron mengkhawatirkannya.
"Hmm~ Kenapa ya?" Aron menjawab dengan nada menggoda. Sembari mencuci piring dan alat kotor bekas memasak.
".." Ray terlihat agak kesal karena tidak mendapatkan jawaban yang ia inginkan.
"..Aron, apa kau vampir berdarah murni?" Ray terpikirkan suatu pertanyaan, ia cukup penasaran akan identitas Aron.
"Hm? Mengapa kau ingin tau itu?" Aron sedikit menolehkan wajahnya kesamping.
"..Tidak, aku hanya sedikit penasaran."
"Hoo~ Apakah sekarang kau tertarik padaku, Ray?" Aron menyelesaikan cuciannya dan memutar keran air yang menyembur hingga tidak mengalir lagi.
"Tidak, terima kasih." Ray menjawab dengan sigap bersama dengan ekspresi datarnya.
"Wah.. kau dingin sekali, Ray." Ucapan Ray sedikit menusuk. Ekspresi Aron seakan mengatakan bagaimana bisa Ray tidak setertarik itu padanya.
Aron mendekat pada Ray "Bagaimana jika aku menunjukkan ini." Ia memetikkan jarinya, tiba-tiba api berwarna biru menyala pada sumbu lilin yang semulanya mati.
Ray terkejut, lilin yang tidak menyala diatas meja tiba-tiba menyala."Apakah itu menghilangkan rasa penasaranmu?" Aron tersenyum pada Ray.
"Ya.." Mata Ray terpaku pada api biru yang menari-nari diatas sumbu lilin, itu terlihat indah.
"Nah, kita sudahi ini. Mari kita kembali ke ruang kelas. Waktu istirahat sebentar lagi habis." Aron menarik Ray kepelukannya dan mereka menghilang dari ruangan dapur di asrama dalam sekejap mata.
***
"Pembelajaran telah berakhir, sampai bertemu diwaktu berikutnya." Dosen beranjak dan menghilang dengan cepat.
Terdengar suara keramaian orang-orang yang sedang berkumpul didepan koridor kelas Ray.
"Ada keributan apa itu?"...
."Wah- apa yang ditunggu para tuan muda disini?" Salah seorang kerumunan tampak begitu penasaran.
"Astaga- mereka sedang mencari seseorang?"
"Mereka tampan sekali!"
Orang-orang berkumpul dan terus berbisik satu sama lainnya.
Ray tampak tidak begitu peduli dengan apa yang terjadi dan apa yang mereka ributkan, ia hanya sibuk membereskan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Bag [BL]
VampireManusia telah menjadi legenda bagi para vampir, bagaikan makhluk langka yang hampir punah. "Kau manusia yang nekat." Manusia hidup diantara para vampir dengan menyembunyikan identitas diri mereka demi menghindari ancaman. Manusia lemah dan rapuh, Ra...