Ch.11 - Pendidikan Hewan Ternak

4.2K 317 18
                                    

Ray membuka matanya secara perlahan, menatap langit-langit ruangan menemukan chandelier yang tergantung dilangit-langit ruangan dengan pencahayaan remang-remang disekitarnya.

Ia merasakan perih pada bagian tulang selangkanya serta rasa hangat dan basah bercampur menjadi satu.

Ia merasakam beban berat berada diatasnya. Ray mencoba untuk menoleh kebawah, ia melihat Linther sedang menghisap darahnya.

"Akh- Linther??"
"Lepaskan-!" Ray mendorong kepala Linther dengan sekuat tenaga. Ia terus-menerus meronta, mencoba untuk melepaskan diri dari genggaman Linther.

Namun, Linther tampaknya sangat gigih. Ia tidak memberikan kelonggaran untuk Ray dapat lepas dari genggamannya. Ia terus menerus menggigit dan menghisap darah Ray.

"Ha-! sekarang kau mulai tertarik padaku?!" Ucap Ray dengan senyum miringnya mengejek Linther mencoba untuk memprovokasinya.

Linther beranjak, menatap sejenak wajah Ray dengan mata emasnya yang tampak menyala di balik bayang-bayang pencahayaan ruangan yang remang-remang.

"Apa kau mengharapkan itu?" Ia menjawab dengan wajah datarnya.

"Ha- Memangnya apa yang aku harapkan dari itu?" Jawab Ray.

"Maka diamlah." Linther mengambil lengan Ray, lalu menggigitnya dengan taring tajamnya. Tatapan tajam dan dingin dari pria ini terasa menusuk ke dalam dirinya. Ia menatap lekat sembari memperhatikan reaksimu.

Ia menjilat tetesan darah terakhir yang mengalir pada lengan Ray, lalu beralih membuka dan menarik celana Ray.

"Ahh-! Apa yang ingin kau lakukan?!" Ray terbelalak dan dengan sigap menahan celananya agar tidak lepas.
Apa yang sedang dipikirkan Linther dengan melepas celana Ray?

Linther menariknya dengan paksa hingga lepas, lalu membuang celana itu ke lantai. Kini Ray hanya dibaluti dengan kemeja putih beserta celana dalam miliknya.

Ray tampak malu, ekspresi wajahnya memberi tahukan semua itu. Ray merapatkan kedua pahanya menyamping berharap Linther tidak dapat melihat dengan jelas tubuh setengah telanjangnya.

Linther merambat ke bawah, tangannya yang besar mencoba untuk meraba-raba paha mulus Ray. Kemudian dengan paksa membuka kedua paha Ray untuk membentang.

Ia mengelus lembut paha bagian dalam milik Ray menggunakan jari-jarinya, Ray bergetar kecil, bereaksi terhadap sentuhan Linther yang terasa menggelitik.

Linther mendekatkan wajahnya pada paha bagian tungkai atas milik Ray, lalu menjilatnya dengan lidahnya yang basah dan panas. Tubuh Ray kini semakin bergetar.

Linther tidak segan untuk menancapkan taring tajamnya, membuat Ray mendesah kesakitan. Ray menutup mulutnya dengan tangannya yang gemetar untuk menahan suara rintihan sakit.

Linther menghisap darah hangat yang mengalir hingga darah itu tidak dapat mengalir lagi kemudian ia beralih ke tempat selanjutnya dan melakukan hal yang sama hingga ia puas dengan itu.

Aliran demi aliran darah mengalir melewati kerongkongannya, membasahi kerongkongannya yang kering.

Ray hanya dapat menahan itu, tanpa bisa melawan banyak.

"Dasar badjingan, kau tidak berbeda dari mereka!" Ray berteriak dengan geram.

"Kukira kau dan Rindel berbeda.. ternyata sama-sama badjingan." Lanjutnya sembari menunjukkan matanya yang sedikit berkaca-kaca.

Ray berpikir bahwa Linther dan Rindel tidak tertarik padanya dan tidak seperti Michael dan Hanrick yang haus akan darahnya. Setidaknya itu lebih baik mereka tidak peduli ataupun tertarik padanya.

Blood Bag [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang