Ch.6 - Kecemburuan

5.1K 410 22
                                    

Gambar-gambar lukisan seseorang terpampang di sepanjang dinding koridor yang panjang. Dirumah yang besar tanpa seorangpun pelayan.
"Mereka hanya mengurus rumah sebesar ini sendiri?"

Hingga, ia sampai pada halaman depan rumah. Begitu luas dan sejuk, penuh dengan kebun dan pepohonan hijau. Dipagi hari embun-embun tipis masih menyelimuti pemandangan karena mansion ini terletak disekitar hutan.

Ia berjalan-jalan menelusuri halaman depan mansion sembari menikmati kesejukan udara dipagi hari. Terpikirkan olehnya apa yang harus ia lakukan untuk hari libur seperti ini.

"Apakah aku harus kembali ke rumah? Tapi mengingat letak rumahku sangat jauh dari kota ini dan butuh beberapa hari... Dan sepertinya orang tuaku baik-baik saja, aku akan menulis surat untuk mereka malam ini."

Dari kejauhan ia melihat seseorang berbaring diatas bangku taman. Orang itu sepertinya Tuan muda kedua, Linther Willem. Ray melewatinya tanpa memperdulikannya.

Langkah kali Ray yang terdengar disampingnya. Hingga ia membuka matanya dam melirik kemudian bertanya pada Ray "Kemana kau akan pergi?"

"Aku hanya berjalan-jalan." Jawab Ray.

Linther kembali menutup matanya, seakan-akan ia hanya ingin tahu apakah Ray berencan untuk kabur lagi. Bahkan lelaki itu tetap terlihat tampan saat tidur. Apakah semua vampir harus dikaruniai dengan wajah tampan?

Berbeda dari ketiga tuan muda lainnya, Linther memiliki kepribadian yang pendiam dan terlihat tidak peduli terhadap orang disekitarnya. Ia memiliki interaksi paling minimal diantara ketiga saudaranya terhadap Ray. Mungkin saja ia tidaj begitu tertarik dengan Ray atau kita tidak akan tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Linther. Ray kembali berjalan dan meninggalkan Linther sendiri.

Terkadang terbenak dipikirannya, Dibandingkan dua saudara lainnya, hanya Rindel dan Linther yang terlihat tidak tertarik pada darah manusia. Mengapa? Toh mereka tidak ada keinginan untuk menyerang Ray?

"Sepertinya aku ingin berjalan-jalan ke kota." Ray akhirnya mendapatkan ide untuk menghabiskan waktu liburnya hari ini. Ia segera berbalik dan kembali memasuki mansion.

Ia melewati koridor dan memasuki kamar miliknya, lalu mengambil satu set baju dan menuju kamar mandi.

Krieet-
Ray membuka pintu kamar mandi dan memasuki ruangan itu. Ia menuju rak baju dan menaruh baju gantinya didalam rak. Lalu melepas seluruh baju yang ia kenakan kemudian menggantungnya.

"Honey, aku tidak tau ternyata kau sevulgar itu~" Hanrick dari kolam bak mandi sedang berendam tanpa busana.
Siapa yang tau bahwa ada seseorang di dalam kamar mandi sedangkan ia tidak mengeluarkan sedikitpun hawa kehadirannya.

Ray segera berbalik dengan cepat, ia terkejut. "Huh? Hanrick?!"

"Apakah kau ingin mandi bersamaku?"
Hanrick berkata dengan senyuman nakal diwajahnya.

"Aku tidak tau kalau kau sudah berada disini sebelumnya.. kalau begitu selesaikan dulu mandimu." Ray mengambil bathrobe dan mengenakannya.

Ray beranjak pergi menuju pintu keluar, namun tiba-tiba tubuhnya tidak dapat digerakkan "-!" Tubuhnya tiba-tiba terasa kaku seperti ada yang menahannya.

"Honey, kau tidak boleh pergi begitu saja~" Hanrick menarik jarinya kemari.
Tubuh Ray tiba-tiba melayang dan menuju kearah Hanrick dengan cukup cepat.

Byurr-!
Cipratan air membasahi Ray yang masih mengenakan bathrobe. Ray jatuh dipangkuan Hanrick yang saat ini berada di dalam kolam bak air hangat.
"Hanrick!" Ray mengeluarkan ekpresi marah.

"Hahahah-!" Hanrick tertawa kencang karena dapat menjahilinya.
Setelah tertawa dengan puas ia mendekap tubuh Ray.
"Honey~ Bantu aku mandi."

"Huh?? Memangnya kau bayi?" Seraya meronta.

Blood Bag [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang