Ch.2 - Para Tuan Muda Willem

6.6K 521 21
                                    

Didalam ruangan kamar asrama, suara gesekan kertas yang dibalik pada setiap halaman demi halaman terus terdengar dalam hitungan detik, Ray kini mendapatkan dirinya merasa bosan sendirian didalam ruangan yang cukup sempit ini. Waktu telah menunjukkan pukul 12 malam.

Aron pergi bermain ke kamar asrama bersama teman-temannya. Ray tidak ingin pergi bersamanya walaupun Aron telah mengajaknya. Ray tidak menyesal telah menolak ajakan Aron, karena itu memang hal yang seharusnya ia lakukan. Namun, kini ia telah bosan membaca cerita buku novel yang telah ia baca berulang kali dan ia tidak merasa mengantuk sedikitpun.

Karena ia sulit untuk tertidur, Ray memutuskan untuk berjalan-jalan diluar gedung asrama untuk mendapatkan angin malam yang sejuk agar dapat membuatnya mengantuk.

Malam itu, bulan purnama tengah bersinar terang, terlihat besar dan indah. Sembari memandangi langit-langit berawan bersama bulan purnama, ia berjalan-jalan melewati kebun-kebun pada halaman asrama.

Pada jam seperti ini, para mahasiswa telah pergi ke asrama mereka masing-masing, sehingga tidak ada satupun orang diluar asrama selain Ray saat ini yang tengah merasa jemu.

Dibawah bulan besar tepat diatas gedung asrama, tampak seseorang dari ketinggian berada diatas gedung asrama menatap tajam kepadanya dengan mata merahnya yang menyala di bawah sinar rembulan.

Ray tersentak, ia merasakan firasat buruk akan itu. Ia bergegas untuk kembali ke dalam, mencoba berlari, namun ia tidak sengaja tersandung batu yang menonjol akibat jalan yang sedikit tidak rata hingga membuatnya tersungkur.

Siku pada lengannya terluka dan mengeluarkan darah.
"Ukh- Disaat seperti ini!" Ray segera bangkit, namun sesosok orang yang semulanya berada di atas gedung tadi secara mengejutkan dalam sekejap telah berada dihadapannya saat ini.

"A-apa-! Menjauh.. jangan mendekat."
Ray mundur secara perlahan, mencoba untuk menjaga jarak dengan sosok orang tersebut.

"..Sudah kuduga ada yang berbeda dengannya." Sosok itu semakin mendekatkan dirinya pada Ray.

Sosok itu melihat luka pada siku Ray. "Lihatlah, bau ini sangat manis dan menggoda." Ia semakin mendekat, tidak ada yang dapat Ray lihat selain mata merah sosok itu yang menyala dalam kegelapan malam.

"..menjauh-" Ray segera berbalik dan berlari. Sebelum sempat menjauh sosok itu menangkap Ray dengan mudah, ia menjatuhkannya dan mengunci kedua pergelangan tangan Ray dengan satu tangannya yang besar.

Kini wajah mereka berdekatan, Ray dapat melihat wajah sosok itu dengan jelas sekarang. Ia adalah salah satu tuan muda yang berada dikantin sebelumnya dipenuhi oleh kerumunan para mahasiswa. Ya, Tuan muda ke-3, Michael Willem.

Menatap matanya yang merah menyala dalam kegelapan membuat tubuh Ray bergidik. Ia mencoba untuk meronta dan melepaskan diri. Namun tentu saja sia-sia. Dibandingkan vampir itu, Ray hanyalah manusia mungil yang lemah dan mudah untuk dimangsa.

"Kau manusia yang nekat." Ucap Michael yang berada diatasnya. "Dengan tubuh lemah dan rapuh seperti ini kau berani memasuki kandang serigala sendiri dengan kaki kecilmu itu."

"-! Aku bukan manusia! Lepaskan aku!" Ray berusaha untuk menyangkal ucapan Michael.

"Pfft- bukan manusia? Lalu bagaimna dengan ini?" Michael mengarahkan wajahnya berhadapan dengan luka pada siku lengan Ray. Lalu ia menjilat luka itu, Ray sedikit meringis merasakan perihnya. Ray baru menyadari bahwa ia telah mendapatkan luka karena terjatuh tadi.

"-!" Setelah mencicipi sedikit darah yang keluar karena luka lecet itu, Michael tampak terbelalak, ia melebarkan matanya dengan wajah heran. "Inikah rasa darah manusia?"

Blood Bag [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang