Ch.12 - Pergi

3.8K 308 1
                                    

Berhari-hari di ruangan yang sama, tanpa mengetahui siang atapun malam dan tanpa mengetahui berapa hari telah berlalu.

Ray mendekap didalam ruangan yang terisolasi, tanpa secercah cahaya di ruangan ini, hanya dengan mengandalkan sedikit pencahayaan lilin yang remang-remang.

Jika pagi hari telah tiba, Rindel akan membawakannya sarapan, begitu juga pada siang dan malam hari. Hanya itu yang dapat memberi tahukan pada Ray roda waktu yang berputar.

Selesai beberapa saat waktu makan malam, tuan muda secara bergilir memasuki kamarnya untuk bermain bersamanya.

Terkadang mereka datang bersama pada setiap malam untuk membuatnya kacau.

Ia tidak mengingat sedikitpun berapa lama ia menghabiskan waktu bersama mereka dan berapa banyak mereka mengunjunginya untuk 'bermain'.

Mereka tidak memberikan kelonggaran pada Ray, mereka terus-menerus berlaku kasar padanya dengan seenaknya.

Seakan itu menunjukkan bentuk ketidakpuasan mereka padanya sebagai hukuman bagi Ray karena tawaran yang telah ditolak olehnga.

Seandainya Ray ingin bekerjasama, mungkinkah hal seperti ini tidak akan terjadi?

...
..
.
"Ibu.. ayah.. aku lelah." Ray bergumam sembari meringkuk dilantai sisi ranjang.

Ray berpikir mungkin lebih baik dia mati daripada hidup seperti ini setiap saat. Hingga ia memutuskan untuk mogok makan sekaligus sebagai bentuk perlawanannya.

Namun usaha itu hanya menjadi hal yang sia-sia, itu hanya membuatnya semakin tersiksa. Mereka tidak akan membiarkan apa yanb diinginkan Ray begitu saja.

"Buka mulutmu, jangan membuatku menyakitimu."

Sesusah payah apapun Ray mencoba untuk melawan, ia tidak dapat melakukan apapun untuk melawan mereka, bahkan ia tidak memiliki kuasa untuk atas tubuhnya sendiri.

Menyedihkan adalah kata yang cocok untuk dirinya saat ini.


****

"Hikh- huhu hikh-"

Malam hari telah tiba, Ray menangis terisak-isak meringkuk disudut ruangan. Ia tau bahwa malam ini mereka pasti akan datang lagi dan kembali melakukan hal yang menyiksa padanya.

Brak!
Tiba-tiba suara kencang dentuman pintu dari luar terdengar.

Membuat Ray tersentak dan ketakutan, ia menutup kedua telinganya menggunakan telapak tangannya dengan rapat. Bergetar ketakutan, berharap bukan hal mengerikan yang datang menghampirinya.

Bruk!!
Pintu itu terbuka dengan paksa.
Suara hentakan dan langkah sepatu perlahan memasuki ruangan. Langkah itu berjalan semakin cepat menuju kearahnya.

"Aku takut!!" Ray memejamkan matanya dengan sangat rapat, sembari menutupi kepalanya dengan lengan seakan-akan dapat berlindung dibaliknya.

Tiba-tiba seseorang menarik pergelangan tangannya, ia mendengar suara yang familiar dari seseorang itu.

"Ray!!" Suara yang terdengar tergesa-gesa, terkandung kekhawatiran dan memberikan perasaan rindu bagi Ray.

Mata Ray terbelalak saat melihat Aron berada dihadapannya "A-aron?"

Ia berkaca-kaca, air mata menggenang dan siap untuk mengalir.

Blood Bag [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang