Keesokan paginya...
Pagi-pagi sekali Lean sudah terbangun dan siap dengan seragam sekolahnya, gadis itu malah nggak tidur dengan tenang semalaman memikirkan nasibnya bakal seperti apa nanti di sekolah, semua ini karena Jerim tengil sialan itu yang dengan seenak jidatnya membawa pergi buku-buku tugas milik Tiara dan pengikutnya tadi malam, Lean termenung di ruang tamu sambil menunggu Kakaknya yang masih belum selesai bersiap-siap, lagi-lagi gadis itu meraih ponsel yang ada di kantong seragamnya dan mencoba menghubungi Jerim, dari semalam juga Lean berkali-kali menelpon dan meng-SMS cowok itu tapi nggak ada satupun telepon atau sms dari Lean yang di balasnya, membuat gadis itu hampir putus asa.
"Halo?" Jawab suara cowok di seberang sana membuat Lean tersentak kaget.
"Mau lo sebenarnya apasih ?!!" teriak Lean penuh emosi, akhirnya cowok tengil itu mengangkat telpon darinya.
"Lo yang maunya apa? dari semalam ganggu banget" balas Jerim santai membuat darah di otak Lean serasa hampir mendidih, gadis itu menarik nafas pelan dan mengatur emosinya, nggak ada gunanya meneriaki Jerim saat ini meskipun sebenarnya tangannya sudah gatal pengen menjambak rambut cowok itu sampe rontok.
"Lo buat apa sih ngambil buku-buku itu ? gue jadi nggak bisa ngerjain tugas mereka padahal tugas itu harus dikumpul pagi ini!" balas Lean pelan, sepertinya hari ini dia harus siap-siap jadi bulan-bulanan Tiara dan pengikutnya lagi karna kelakuan Jerim.
"Harusnya gue yang tanya lo buat apa ngerjain tugas-tugas mereka hmm?" tanya Jerim balik membuat Lean semakin geram pada cowok itu.
"Kan udah gue bilang ini bukan urusan lo" balas Lean lagi penuh penekanan, matanya mulai memerah saking marahnya.
"Bukannya udah gue bilang juga gue nggak mau calon istri gue di bully sama teman-temannya seperti ini, apa perlu aku ngasih mereka peringatan supaya nggak ngangguin lo lagi?" tanya Jerim santai, membuat Lean habis kesabaran dan langsung memutuskan sambungan teleponnya, ngomong sama cowok itu sekarang nggak ada gunanya selain malah membuat Lean semakin naik pitam.
Tiba-tiba ponsel Lean berdering tanda ada SMS masuk, dengan malas gadis itu membuka dan membacanya.
From: Jerim
Apa prlu gue ngmong sma mreka biar nggk ganggu lo lgi?
Lean memutar bola matanya kesal membaca pesan dari Jerim itu, yang ada dia bakal makin di habisi sama Tiara dan antek-anteknya itu kalau sampai Jerim ngebuka mulut nyinyirnya itu.
To: Jerim
Kn udah ak blang nggak usah ikut cmpur, ini urusan gue
Nggak sampai satu menit, SMS balasan dari Jerim sudah dia terima.
From: Jerim
Urusan lo urusan gue jga
Rasanya Lean sanggup mencincang si tengil ini dalam hitungan detik saking emosinya, bisa nggak sih dia sekali aja nggak nimbulin masalah buat Lean? Kayaknya semua yang berhubungan dengan cowok itu selalu ngasih efek yang buruk banget buat Lean.
From: Jerim
Belum ya. Kita blum ada ikatan apapun
So, back off!!
gue bkal benci bnget sma lo klo lo mcam2
Ancaman klasik tapi Lean tau itu selalu berhasil buat si tengil itu. Benar saja, Jerim nggak lagi membalas pesan dari Lean, dan itu Lean anggap sebagai tanda mengerti dari cowok itu kalau dia bakal tetap diam dan nggak mencapuri urusan Lean lebih jauh lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
We got married (Repost)
Teen FictionDi tahun terakhir masa SMA Lean, gadis itu dihadapkan dengan tiga fakta yang sukses menjungkir balikkan hidupnya. Pertama: Lean ternyata sudah dijodohkan dengan Jerim, anak dari Tante Diana, sahabat almarhum mamanya. Kedua: Dilan, cowok yang selam...