Dua puluh

64.7K 2.6K 10
                                    

Lean sama sekali nggak bisa fokus selama pelajaran berlangsung, gadis itu selalu melirik ke bangku Tiara setiap menit, memikirkan apa yang udah dia dengar di toilet jam istirahat tadi.

Tiara jatuh cinta sama Jerim? benar-benar diluar dugaan. Lean masih nggak percaya dengan apa yang sudah didengarnya, meskipun sama sekali nggak dekat, tapi Lean tau pasti kalau Tiara itu primadona sekolah yang bisa ngedapatin cowok manapun yang dia mau tanpa harus bersusah pAyah, dan kalau udah bosan cewek itu bisa dengan mudahnya mutusin hubungan mereka dan memulai lagi dengan yang baru.

Kenyataan kalau Tiara masih bertahan meskipun sudah diperlakukan nggak wajar sama Jerim membuat Lean yakin kalau Tiara memang benar-benar serius dengan Jerim.

Dan yang ngebuat Lean lebih kaget lagi adalah perlakuan Jerim ke Tiara yang Lean sendiri sudah menjadi saksi mata salah satu aksi gila Jerim untuk mengerjai Tiara itu. Lean benar-benar nggak habis pikir kenapa Jerim tega ngelakuin semua itu, bukannya dia suka sama Tiara? kalaupun dia nggak suka nggak perlu sampai segitunya kan? Lean jadi penasaran apa sebenarnya maksud Jerim memperlakukan Tiara seperti itu? kalau emang niat cowok itu cuma bercanda harusnya dia sadar kalau selama ini Tiara sama sekali nggak pernah menikmati candaannya itu.

Dia harus mendengar penjelasan dari Jerim.

Tapi rasanya begitu ngedengar plus ngeliat apa yang udah Jerim lakuin ke Tiara mau nggak mau bikin Lean jadi takut juga sama si tengil itu, gimana kalau Jerim ternyata emang psikopat seperti yang dituduhkan salah satu antek-antek Tiara tadi-Lean lupa siapa yang ngomong-

Tapi kalau emang kenyataannya begitu, Lean pasti udah nggak selamat sampai sekarang, kalau emang Jerim seperti yang mereka tuduhkan, harusnya orang yang Jerim jadikan bulan-bulanan bukannya Tiara tapi dirinya, mengingat gimana galaknya Lean ke cowok itu selama ini. Tapi jangankan nyakitin Lean, si tengil itu ngeliat Lean mau nangis apalagi sampai nangis aja dia pasti langsung panik alay nggak jelas.

Karena itu Jerim pasti punya alasannya sendiri, dia nggak punya kelainan apa-apa jadi Lean nggak perlu takut, bisa jadi juga semua yang di ceritain Tiara tadi bohongan aja, pokoknya Jerim nggak seperti yang mereka pikirin! buat ngebuktiin semuanya, Lean memang harus dengar penjelasan secara langsung dari Jerim pulang sekolah nanti.

Si tengil itu tiba dirumah begitu hari sudah malam, Lean nggak begitu kaget karena memang hampir setiap hari si tengil itu pulang malam. Lean menghampiri Jerim yang baru selesai mandi dan lagi asik main game di komputer."

"Udah sholat?"

"Udah...." Jerim begitu fokus dengan game-nya

"Tadi dari mana?" tanya Lean lagi sambil duduk di kasur, Jerim menoleh sebentar lalu kembali fokus ke layar komputer.

"Kenapa emang?" tanyanya balik.

"Yeeee, ditanya malah nanya balik"

"Habis nggak biasanya lo nanya" jelas Jerim.

"Emang nggak boleh?" tanya Lean.

"Yah boleh sih"

"Yaudah dari mana?" Lean mengulang pertanyaannya.

"Pinggir kota" jawab Jerim.

"Ngapain?"

"Nongkrong"

"Sama Tiara?" permainan Jerim terhenti mendengar nama Tiara, cowok itu menoleh dan mengangkat alisnya bingung.

"Kenapa emangnya?" tanyanya.

"Yaaaaa, lo kan tiap hari pulang bareng sama dia" jelas Lean, Lagi-lagi Jerim kembali memfokuskan dirinya ke layar komputer.

"Nggak bareng dia kok" Jawabnya, Lean manggut-manggut.

We got married (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang