Malam harinya, setelah sholat isya, Dilan datang mengunjungi Lean membuat gadis itu kembali panik dan buru-buru menyembunyikan Jerim di kamarnya.
"Gimana keadaan lo?" tanya Dilan.
"Udah baikan kok" jawab Lean dengan senyum di wajahnya.
"Jadiii, udah siap cerita ?" tanya Dilan lagi, Lean menelan ludahnya gugup, gadis itu bingung harus menjawab apa.
"Hmm gue ada sedikit masalah sama teman sekelas, dan seperti yang lo liat gue berakhir seperti ini" jawab Lean akhirnya, nggak tau kenapa dia nggak bisa menolak buat menjelaskan apapun pada cowok di depannya ini.
"Apa pelakunya orang yang sama dengan yang ngunciin lo di gudang belakang sekolah dulu?" tanya Dilan lagi membuat Lean tersentak kaget.
"Da..dari mana lo tau?" tanya Lean, Dilan cuma tersenyum mendengar pertanyaan Lean.
"Karena lo gak mungkin dengan sengaja ngunci diri lo sendiri di tempat itu dengan luka lebam bekas tamparan yang ada di pipi lo itu" Jelas Dilan, Lean cuma bisa tertunduk nggak tau harus berkata apa mendengar penjelasan Dilan.
"Mau kasih tau orang itu siapa?" tanya Dilan akhirnya, Lean membersikan tenggorokannya gugup, gadis itu benar-benar bingung harus menjawab apa.
"Hmm...kalau itu gue gak bisa ngasih tau" jawab Lean akhirnya, dia gak mau harus berkali-kali jadi pengadu pada orang-orang sekitarnya, untungnya Dilan mengangguk mengerti.
"Lean, gue mau lo tau kalau masalah yang lagi lo hadapi ini bukan masalah sepele, apalagi lo ngalaminnya bukan cuma sekali dan sampe bikin lo luka-luka begini" ujar Dilan terlihat serius "Kalau lo takut atau emang diancam sama pelakunya, kita bisa lapor ke pihak sekolah"
Mendengar itu Lean semakin panik, jelas masalahnya semakin merambat kemana-mana kalau sampai pihak sekolah tau, dan Lean yakin hidupnya nggak bakal setenang dulu lagi di sekolah.
"Nggak perlu Lan" tolang Lean langsung "Gue bisa jamin ini yang terakhir kalinya...gue janji nggak bakal nempatin diri gue dalam situasi kayak gini lagi"
Dilan masih terlihat ragu, seperti yang dia bilang tadi, masalah yang dihadapin Lean jelas bukan masalah yang sepele "Kalau sampai kejadian kayak gini keulang lagi, lo bisa lapor pihak sekolah" Lean kembali meyakinkan.
Sumpah, Dilan nggak setuju banget dengan ide Lean sekarang ini tapi dia juga sadar nggak bisa maksa lebih jauh lagi, hubungan mereka belum sedekat itu "Lo yakin?"
"Yakin" jawab Lean mantap.
Setelah mengetuk-ngetukan telunjuknya di lutut beberapa saat Dilan akhirnya menghela nafasnya "Oke kalau gitu, tapi gue mau lo janji satu hal ke gua" ujar Dilan akhirnya.
"Janji apa?"
"Kalau sampe lo dalam bahaya lagi, segera hubungi gue, bagaimanapun caranya"
Lean hampir saja memutar bola matanya kalau saja dia nggak segera ingat yang sedang berkompromi dengannya sekarang ini adalah Dilan, cowok yang sudah ditaksirnya sepanjang masa SMA nya berjalan
"Gue usahakan nggak bakal telibat dalam masalah apapun lagi Lan" Lean mengulum senyumnya, berusaha untuk meyakinkan "Makasih yaa" lanjutnya lagi.
"Buat?"
"karena udah peduli"
"No problem...Itu gunanya teman Lean"
Ah,okey...tentu aja Lean bersukur karena Dilan sudah mau sekedar 'berteman' dengannya.
"Oia, gue nggak pernah liat Kakak lo setiap kali kesini?" tanya Dilan lagi.
"Iyaa, Kak Bera emang jarang ada di rumah kalau jam segini, biasanya dia sibuk di butik" jawab Lean "Tapi sekarang dia lagi ada urusan di luar kota" lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We got married (Repost)
Teen FictionDi tahun terakhir masa SMA Lean, gadis itu dihadapkan dengan tiga fakta yang sukses menjungkir balikkan hidupnya. Pertama: Lean ternyata sudah dijodohkan dengan Jerim, anak dari Tante Diana, sahabat almarhum mamanya. Kedua: Dilan, cowok yang selam...