Seminggu sebelumnya...
Seorang wanita paruh baya sedang menatap sebuah foto sambil tersenyum lemah. Wajahnya pucat, kepalanya juga bersih tanpa rambut.
"Akhirnya aku menemukan anak-anakmu Ratna" ujarnya sambil terus memandangi dua sosok gadis remaja yang ada di dalam foto tersebut, salah satunya adalah dirinya waktu masih remaja dan yang satu lagi adalah sahabat yang paling dikasihinya, Ratna.
Diana lalu meletakkan foto tersebut diatas meja dan meraih ponselnya untuk menelpon anak semata wayangnya.
"Assalamualaikum Ma, kenapa jam segini belum tidur?" tanya suara disebrang sana sesaat setelah telepon tersambung.
"Waalaikumsalam, Mama belum ngantuk nak" jawab Diana.
"Mama baik-baik aja kan? Obatnya udah diminum?" tanya anaknya lagi.
"Sudah, Mama baik-baik aja kok tapi ada yang mau Mama sampaikan sama kamu" jawab Diana.
"Besok aja Ma, Jerim bakal pulang besok, sekarang Mama istirahat yah" pinta Jerim pada Mamanya itu.
"Yasudah kalau gitu, besok kamu hati-hati yah salam sama teman-teman kamu" balas Diana akhirnya lalu mengakhiri sambungan telpon mereka.
Tiba-tiba terdengar ketukan dari pintunya dan dia melihat seorang gadis sedang berdiri di ambang pintu sambil tersenyum kepadanya
"Bera boleh masuk Tante?" tanya gadis itu yang nggak lain adalah Bera, Diana tersenyum lalu mengangguk mempersilahkan Bera masuk kedalam kamarnya.
"Kenapa kamu belum tidur? Apa kamarnya nggak nyaman?" tanya Diana pada Bera.
"Kamarnya nyaman kok Tante" jawab Bera "Tapi besok pagi Bera harus pergi karena ada sedikit masalah dengan cabang butik yang Bera bangun disini" lanjut Bera.
"Masalah apa?" tanya Diana, ada rasa bangga dan salut dari dirinya untuk wanita muda anak dari sahabatnya ini. Diusianya yang masih sangat muda dia dihadapkan dengan kenyataan kalau kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan dan dia harus jadi tulang punggung buat adiknya yang masih kecil, tapi dengan bakat dan kerja kerasnya dia bisa sukses seperti sekarang ini.
"Bukan masalah besar kok Tante" balas Bera nggak mau membuat Tante Diana khawatir.
"Kamu nggak mau nunggu Jerim dulu balik dari Malang, besok dia sudah pulang" tanya Diana lagi.
"Mungkin Bera nggak sempat ketemu Jerim Tante, tapi sesuai kesepakatan kita dua minggu lagi Tante bakal ke Jakarta kan buat mempertemukan Jerim dengan Lean?" Bera bertanya balik, Diana mengangguk tersenyum.
"Tante boleh tanya sesuatu sama kamu Bera?" tanya Diana.
"Boleh Tante"
"Kenapa kamu setuju dengan rencana gila Tante dengan almarhum Mamamu ini ?"
Bera tersenyum mendengar pertanyaan itu. Sebenarnya nggak ada yang salah rencana Tante Diana bersama Mamanya ini, mengingat mereka berdua cukup dekat semasa remaja mereka dulu. Tapi mungkin keadaannya sekarang yang membuat rencana itu terdengar sedikit gila, biar bagaimanapun Lean dan Jerim masih terlalu muda untuk sebuah pernikahan. Tapi melihat kondisi Tante Diana, jelas rencana perjodohan ini nggak bisa ditunda lebih lama lagi.
"Karena ini juga termasuk mimpi Mama kami Tante" Bera mengungangkap alasannya, alasan kuat yang dia yakini nggak bisa ditolak oleh adiknya. "Bera pengen setidaknya salah satu diantara kalian ngeliat mimpi ini terwujud, lagipula setelah mendengar kepribadian dan prestasi yang Jerim miliki Bera yakin dia yang terbaik buat Lean"
Diana akhirnya bisa tersenyum lega. "Sebenarnya mimpi ini Mama kalian yang paling semangat ngerencanain, sedangkan Tante cuma ikut-ikutan aja, ditambah lagi waktu kamu lahir Tante belum ada tanda-tanda untuk hamil padahal Tante lebih dulu nikah daripada Mama kalian, jadi rencana ini sempat terlupakan"
KAMU SEDANG MEMBACA
We got married (Repost)
Teen FictionDi tahun terakhir masa SMA Lean, gadis itu dihadapkan dengan tiga fakta yang sukses menjungkir balikkan hidupnya. Pertama: Lean ternyata sudah dijodohkan dengan Jerim, anak dari Tante Diana, sahabat almarhum mamanya. Kedua: Dilan, cowok yang selam...