Sepulang sekolah, Dilan tetap ngejemput Lean di kelasnya, tapi hari ini Lean menolak untuk pulang bareng dengan cowok itu, Kakaknya sudah mewanti-wanti bakal ngejemput dia nanti.
"Jadi kita nggak bisa temanan kayak kemaren-kemaren lagi?" tanya Dilan mengartikan lain penolakan dari Lean.
"Bukan gitu, lo tau kan Kak Bera masih marah banget sama lo, lagipula dia juga yang bakal jemput gue hari ini" balas Lean.
"Maafin gue yah" ujar Dilan.
"Minta maaf kenapa? lo nggak salah kok" balas Lean.
"Kita tetap temenan kan?"
"Iya dong, ntar gue coba ngomong ke Kak Bera deh biar nyelesein masalahnya sama lo baik-baik" ujar Lean, meskipun hatinya sakit tapi setidaknya dia harus berperan sebagai teman yang baik seperti yang udah dilakuin Dilan selama ini kepadanya, lagian menurutnya Dilan emang sepenuhnya nggak salah kok.
"Makasih yah"
"Nggak usah makasih dulu, gue kan belum ngapa-ngapain ini" balas Lean memaksa tersenyum pada Dilan "Duluan yah" pamit gadis itu akhirnya yang cuma dibalasi anggukan oleh Dilan.
Saat berjalan menuju gerbang sekolah, ponsel Lean bergetar.
"Kakak di depan sekolahmu" ujar Bera begitu telponnya diangkat oleh Lean.
"Iya ini Lean baru keluar kelas, tunggu bentar" balas Lean sebelum memutuskan telponnya. Sampe segitunya Kakaknya itu, selama ini setiap jemput Lean di sekolah, Bera nggak pernah se-ontime ini, dia nggak bakal jalan kalau belum ditelpon dulu sama Lean, dan Kakaknya itu baru nongol di depan gerbang sekolah Lean kalau Lean udah lumutan saking lamanya nunggu. Tapi sekarang, belum juga Lean telpon Kakaknya itu udah ada di depan sekolah.
"Kenapa muka kamu ketekuk begitu?" tanya Bera begitu Lean masuk ke dalam mobil dengan muka cemberut.
"Nggak apa-apa, lagi suntuk aja" jawab Lean sekenanya.
"Bukan karena Kakak maksa jemput jadinya kamu gak pulang bareng si brengsek itu kan?" tanya Bera lagi.
"Bukan" jawab Lean lagi, emang bukan karena itu, justru Lean pengen ngebujukin Kakaknya ini biar mau nyelesein masalahnya dengan Dilan baik-baik, tapi mood-nya rusak seketika begitu ngeliat Tiara dengan mesranya bergelayutan dilengan Jerim di parkiran sekolah tadi, mereka benar-benar pulang bareng lagi hari ini.
"Terus kenapa?" tanya Bera lagi, Lean cuma menggeleng malas.
"Jalan yok Kak, suntuk banget nih" ajak Lean, Bera mengerutkan keningnya bingung.
"Jalan?" tanya Bera memastikan kalau telinga nya masih berfungsi dengan baik.
"Iya, nyalon deh Kak, Lean pengen potong rambut nih" balas Lean, Bera jadi semakin membelalakkan matanya, ini emang bukan kali pertama Lean ke salon tapi ini pertama kalinya adiknya ini yang punya inisiatif sendiri, biasanya juga harus diseret paksa dulu sama Bera, itupun kalau Bera udah benar-benar nggak tahan liat tambut Lean yang mulai panjang nggak beraturan.
"Oke kalau gitu" balas Bera girang.
"Habis itu temanin Lean shopping yah, tapi Kakak yang bayarin" lanjut Lean lagi.
"Iya iyaa" balas Bera, meskipun bingung dengan perubahan drastis adeknya ini, tapi Bera senang-senang aja, seumur-umur mana pernah Lean ngajak shopping, biasanya malah nolak mentah-mentah kalau diajak.
Efek habis nikah kali, pikir Bera.
Emangnya cuma Kak Bera yang bisa punya penampilan kayak model? emangnya cuma cewek ular kayak Tiara yang cantik plus modisnya diakui seantero sekolah? hah!! gue juga bisa! batin Lean.
KAMU SEDANG MEMBACA
We got married (Repost)
Fiksi RemajaDi tahun terakhir masa SMA Lean, gadis itu dihadapkan dengan tiga fakta yang sukses menjungkir balikkan hidupnya. Pertama: Lean ternyata sudah dijodohkan dengan Jerim, anak dari Tante Diana, sahabat almarhum mamanya. Kedua: Dilan, cowok yang selam...