Empat

84.3K 3.3K 16
                                    

Cowok itu pasti gila batin Lean kesal.

Sekarang Lean sudah kembali ke kelasnya, lebih baik dia mengikuti pelajaran yang lagi berlangsung daripada harus berhadapan sama cowok gila yang tiba-tiba memintanya jadi pacarnya itu.

Lean bahkan nggak lagi menggubris rasa nyeri yang masih sedikit terasa di perutnya.

"Harusnya lo istirahat aja dulu di UKS" ujar Gusti tiba-tiba, Lean menoleh menatap Gusti, masih nggak terbiasa dengan perubahan teman sebangkunya itu.

Ada apa sih dengan semua orang?

"Muka lo masih pucat banget tuh" lanjut Gusti.

"Gue nggak papa kok" jawab Lean singkat, sekarang dia lebih suka ngeliat cowok ini tertidur waktu jam pelajaran daripada harus repot-repot mengajaknya mengobrol seperti ini.

Seolah ngerti Lean lagi nggak mau diganggu, Gusti kembali merebahkan kepalanya diatas meja tapi bukannya tidur dia malah menatap wajah Lean membuat Lean kembali risih dengan sikap cowok itu. Akhirnya Lean balas menatap Gusti, selama satu menit lebih mereka saling bertatapan sampai akhirnya Gusti mengalah dan mengalihkan kepalanya membelakangi Lean, mau nggak mau Lean tersenyum geli melihat tingkah teman sebangkunya itu.

Waktu bel istrahat kedua berbunyi, Lean kembali dikejutnya dengan kenyataan kalau cowok tengil sialan itu sudah menunggunya di depan kelas dan langsung masuk ke kelas menghampiri Lean begitu Pak Agus, guru yang sedang mengajar di kelas saat itu keluar.

"Kamu mau kita berdua ngomong disini atau kamu ikut aku keluar?" todongnya langsung pada Lean, gadis itu mengarahkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas, benar saja semua mata sudah tertuju padanya, dia sempat melihat tatapan nggak suka Tiara yang ditujukan kepadanya.

Lean menarik napas dan menghembuskannya dengan keras, si tengil satu ini benar-benar gila sepertinya batin Lean sambil meninggalkan kelas diikuti cowok itu dari belakang. Cowok itu masih mengikuti Lean sampai ke Lab biologi, ruangan ini memang selalu kosong waktu jam istirahat jadi Lean bisa leluasa mencakar cowok tengil itu kalau perlu disini.

"Mau ngomong apa?" tanya Lean langsung begitu mereka sudah berada di dalam lab biologi, cowok itu tersenyum simpul pada Lean membuat darah Lean semakin mendidih.

"Bukannya sudah aku bilang tadi, aku mau kamu jadi pacar aku" jawab cowok itu tegas.

"Nggak usah sok manis aku-kamu segala" Lean memelototi si tengil didepannya ini, membuat cowok itu mengulum senyumnya "Nggak lucu!!" Lean kembali membentak

"Lo lucu"

Lean memnutar bola matanya, salah besar kayaknya dia menuruti si tengil di depannya ini "Kalau gue disini cuma disuruh liat lo cengar-cengir kayak orang kebanyakan gula, sorry gue nggak ada waktu"

"Gue kan udah bilang, ayok kita pacaran"

"Lo kayaknya emang beneran gila yah?!" Lean kembali melotot.

"Apanya yang gila sih?" balas cowok itu, Lean meremas rambutnya jengkel, lama-lama dia bisa ikutan gila kalau terus berhadapan sama cowok ini.

"Gue bahkan nggak kenal sama lo" balas Lean lagi, dan tentunya gadis itu yakin cowok tengil ini juga nggak kenal sama Lean , bagaimana bisa dengan gilanya dia minta Lean jadi pacarnya.

"Tapi gue tau lo, Mira Aleanda Putri" ujar cowok itu menyebutkan nama panjang Lean, Lean tersenyum sinis mendengar itu, paling dia baca name tag yang ada di seragamnya ini. Sayang cowok itu nggak memakai miliknya jadi Lean nggak bisa tau siapa nama si tengil satu ini.

"Terserah lo aja deh, gue nggak mau ngeladenin cowok gila kayak lo" balas Lean akhirnya.

Hidupnya sudah mulai berantakan sejak rencana perjodohannya itu dan dia nggak mau menambah warna lain lagi dihidupnya dengan meladeni cowok tangil yang ada di depannya ini.

We got married (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang