Jerim memasuki kamar Lean dan langsung meneliti kamar tersebut, ini memang bukan kali pertama jerim masuk ke kamar ini.
Kamar Lean cukup besar dan isinya juga terbilang lengkap, kasurnya terletak di tengah-tengah ruangan dengan nakas kecil di kedua sisinya, terdapat meja komputer lengkap dengan sound-nya di sudut ruangan, disebelahnya terdapat rak buku yang menempel tinggi dan memanjang di dinding, isinya tentu saja kumpulan novel favorit Lean yang jumlahnya banyak banget, di samping pintu kamar mandi terdapat lemari pakaian, kulkas dan dispenser yang dijejer bersampingan.
Karena Lean nggak terlalu suka suasana terang dan sinar matahari , di kamarnya nggak terdapat jendela, kamar ini juga dibuat kedap suara mengingat Lean suka dengerin musik dengan volume gila-gilaan, kadang Bera heran kenapa kuping adiknya itu masih berfungsi dengan baik sampai sekarang mengingat bagaimana kerasnya Lean kalau lagi nyetel musik di kamarnya.
"Gimana lo mau sehat kalau dikamar ini nggak ada jendelanya" komentar Jerim sambil membuka lemari pakaian Lean, sedangkan gadis yang diajaknya bicara berdiri di ambang pintu memasang tampang cemberut, Lean benar-benar nggak nyangka Jerim serius dengan perkataannya tentang berbagi kamar itu.
"Ini kenapa kekunci?" tanya Jerim mencoba membuka pintu lemari yang terkunci di salah satu sisinya.
"Isinya pakaiaan gue, pakaian lo simpan disini aja" Kata Lean sambil mendekati Jerim dan mulai mengeluarkan sound bekas yang gadis itu tumpuk di dalam lemari disisi yang satunya lagi.
"Barang bekas begitu ngapain masih lo simpan segala?" komentar Jerim
"Nggak usah rese' deh, mending bantuin gih!" Timpal Lean.
"Badan gue lemes lagi nih, gue mau istirahat sebentar, pakaian gue sekalian lo susunin yah, oke wifey?" balas Jerim dengan senyum menyebalkannya itu, setelahnya cowok itu menuju ke kasur dan berbaring disana, Lean cuma menatapnya keki kemudian mulai melanjutkan pekerjaannya.
Begitu membereskan pakaian Jerim selesai, Lean mengecilkan volume AC dan menyelimuti Jerim yang terlelap dengan pikiran bakal ngerepotin banget kalau si tengil ini sakit lagi.
Lean segera turun ke dapur untuk menyiapkan makan siang, lagi-lagi gadis itu mengerutu mengingat Jerim seorang picky eater sejati.
Sial banget sih nasib gue punya suami model si tengil satu itu, dumel Lean dalam hati.
"Loh kamu kok udah pulang dek?" tanya seseorang membuat Lean terlonjak kaget.
"Kakak ngapain siang-siang gini udah ada dirumah?" tanya Lean balik begitu sadar yang mengagetkannya adalah Kakaknya sendiri.
"Kakak cuma mampir bentar ngambil design yang baru Kakak buat tadi malam"jelas Bera "Jerim udah nggak papa kamu tinggal sendiri?" tanyanya lagi.
"Jerim pindah kesini Kak, sekarang lagi tidur tuh di kamar" jelas Lean, Bera cuma manggut-manggut mengerti membuat Lean mengerutkan keningnya.
"Kakak kok nggak kaget?"tanya Lean bingung.
"Kenapa harus kaget, kalian kan suami istri malah aneh kalau tinggalnya tepisah" terang Bera.
"Tapi kan nggak tinggal sekamar juga Kak" ujar Lean lagi penuh harap.
"Apa salahnya suami istri tinggal sekamar?" tanya Bera lagi, membuat Lean menatapnya nggak percaya, tadinya dia berharap Kakak tercintanya itu bakal berada dipihaknya dan maksa Jerim mengubah ruang kerjanya menjadi kamarnya nanti (kamar Jerim maksudnya) .
"Cuma kalian mesti hati-hati dulu karena status kan kalian masih SMA sekarang ini" lanjut Bera dengan senyum genit terpampang di wajahnya membuat Lean lagi-kagi mengerutkan alisnya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
We got married (Repost)
Teen FictionDi tahun terakhir masa SMA Lean, gadis itu dihadapkan dengan tiga fakta yang sukses menjungkir balikkan hidupnya. Pertama: Lean ternyata sudah dijodohkan dengan Jerim, anak dari Tante Diana, sahabat almarhum mamanya. Kedua: Dilan, cowok yang selam...