Part 02

16 1 0
                                    

"Tari."

Tari menoleh, ternyata Ibu kepala tim bagian cleaning service, yang kemaren manggil dia sama Citra. Tari sedang ngerapiin beberapa alat kebersihan ketika atasannya ini manggil dia.

"Iya Bu?"

"Kamu ada bikin kesalahan?"

Jelas Tari bingung. "Kesalahan apa Bu?" tanya Tari, karena dia beneran gak tahu apa-apa. Mana ini roman-romannya kayak Tari tuh mau dipecat, tapi gak tau alasannya apa. Persis banget kayak gitu rasanya sekarang. Was-was tapi gak tahu alasannya apa.

"Kamu dipanggil sama Pak Jinhyuk. Disuruh ke ruangannya sekarang."

Mulut Tari terbuka sedikit. Awalnya dia bingung kenapa Jinhyuk manggil dia tapi kemudian dia teringat dengan pertemuannya dengan Jinhyuk kemarin di depan lift yang sempat terputus. Tapi masa iya dipanggil karena itu?

"Tari?"

Tari bangun dari lamunannya. "Iya... Bu?"

"Kamu buat kesalahan apa?"

Tari agak bingung jawabnya, karena dia memang gak punya kesalahan apa-apa. Karena urusannya dengan Jinhyuk bukan tentang ngelakuin kesalahan atau gimana. Maaf ya Bu, this is privacy.

"Saya... saya gak tahu Bu. Kayaknya sih saya gak punya kesalahan juga," Tari ketawa kaku di ujung kalimatnya.

"Terus kenapa kamu dipanggil sama Pak Jinhyuk kayak gini?"

Tari mikir sebentar. "Mungkin... ada yang mau beliau sampaikan ke saya?"

Jelas si Ibu ketua tim ini bingung mendengar jawaban Tari. Orang sebesar dan sepenting Jinhyuk, punya urusan apa pula sama bawahan sekecil dan seremeh Tari. Dan Tari sadar kalau jawabannya barusan itu pasti terdengar gak masuk akal sama si Ibu. Tapi bodo ah. Dasar si Ibu ini aja suka kepo.

"Terserah lah apa urusan kamu sama Pak Jinhyuk. Mending kamu samperin beliau sekarang. Ntar saya dibilang gak nyampein pesan lagi."

Tari tersenyum dan mengangguk sopan pada atasannya. "Iya Bu, maaf. Saya permisi dulu."

***

Jinhyuk yang sedang sibuk sama kerjaannya menoleh ke pintu ketika mendengar suara ketukan. Ternyata sekretarisnya.

"Kenapa?" tanya Jinhyuk sambil tangannya tetap standby di atas keyboard laptop.

"Ini ada dari bagian kebersihan mau ketemu Bapak. Katanya Bapak manggil dia."

"Batari?"

"Iya Pak."

"Ya udah, suruh masuk. Saya memang manggil dia."

"Baik Pak."

Lalu gak sampai dua menit, ketukan terdengar lagi di pintu dan kali ini yang masuk adalah Tari.

"Maaf Pak, permisi. Bapak manggil saya?"

Jinhyuk tersenyum lalu berdiri. "Iya benar saya manggil kamu. Ayo silahkan masuk Tari."

Tari mengangguk pelan. "Iya Pak."

"Silahkan duduk."

Tari agak kagok. "Gak usah Pak, terima kasih. Saya gak enak duduk disana. Saya berdiri aja."

"Oh.. okelah kalau begitu. Senyaman kamu aja."

Tari merespon dengan anggukkan sebelum memberikan pertanyaan. "Ada apa ya Pak?"

"Mari kita lanjutkan perbincangan yang kemaren."

Tadinya Tari masih gak begitu yakin kenapa dia dipanggil sama Jinhyuk. Bahkan sepanjang perjalanannya ke ruangan Jinhyuk pun Tari masih bertanya-tanya, alasan kenapa dia dipanggil. Soalnya kayaknya gak mungkin banget seorang Jinhyuk akan ingat obrolan gak penting dengan orang yang gak penting juga.

LET ME INTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang