Part 16

13 1 0
                                    

Citra POV

Citra balik lagi ke ruang kesehatan padahal dia udah hampir sampai ke ruang loker. Tadinya dia ke loker mau naro balik hp nya tapi pas dia meraba-raba semua kantong yang ada di seragamnya, hp nya gak ada dimana pun. Citra yang udah hampir cemas ini mencoba mengingat-ingat, kira-kira dimana dia ninggalin hp nya. Karena dia baru aja dari ruang kesehatan jengukin Tari, Citra langsung memutuskan untuk balik lagi ke lantai bawah, tempat dimana ruang kesehatan berada.

Sebenernya dia agak gak yakin tentang apa benar dia ninggalin hp nya di ruang kesehatan. Ya namanya juga lupa. Tapi dia tetap pergi dulu ke ruang kesehatan. Kalau pun nanti hp nya gak ada disana, berarti dia harus pergi ke kantin. Karena sebelum pergi ke Tari, dia memang makan siang dulu.

Citra langsung meraih gagang pintu dan mencoba membukanya dan tentu saja dia bingung, karena pintunya terkunci. Karena dia inget banget tadi dia gak ngunci pintu, dan Tari rasanya juga gak bangun dari tempat tidurnya tadi untuk ngunci pintu. Pokoknya dalam pikiran Citra, Tari gak ada alasan untuk ngunci pintu ini dari dalam.

"Kok dikunci sih?" tanya Citra, terheran-heran. Citra pun mencoba mengetuk pintu itu dan memanggil Tari. "Tari? Tar? Kok dikunci sih? Tari?"

Citra bingung donk, karena gak kunjung ada jawaban dari dalam. Citra masih mencoba positive thinking, siapa tahu Tari ketiduran, atau mungkin lagi ke toilet. Walaupun kayaknya gak mungkin banget kalau ketiduran. Belum ada setengah jam Citra ninggalin ruangan ini, masa iya Tari udah molor aja? Berarti paling bener Tari ke toilet. Begitulah kira-kira isi pikiran Citra.

"Tari! Buka donk? Lo kenapa ngunci-ngunci pintu gini sih? Buka donk Tari! Ada hp gue gak di situ!"

Masih hening. Citra bahkan menempelkan telinganya ke pintu. Mencoba mendengar apa yang terjadi di dalam. Walaupun percuma aja Citra ngelakuin itu karena gak akan mungkin dia bisa mendengar apapun dari luar dengan keadaan pintu tertutup kayak gini. Oke kali ini, dia mulai cemas. Dalam pikirannya adalah, mungkin saja Tari pingsan. Kalau tadi dia masih mengetuk pintu dengan mode sabar, kali ini dia mulai mengetuk pintu dengan agak heboh dan ugal-ugalan. Sambil main-mainin knop pintu pula. Berharap Tari mendengar ketukan dia ini dan mungkin aja bisa bikin Tari sadar dari pingsannya, kalau iya beneran pingsan.

Tak lama, Citra mendengar suara kunci pintu diputar, dan dia bersyukur banget mendengar itu. Akhirnya usahanya gak sia-sia. Akhirnya Tari bangun dari pingsannya! Citra yang sudah sangat excited ini tanpa ba-bi-bu lagi langsung membuka pintu dan...

"Pak Wooseok?"

Yang disapa tentu saja hanya bisa diam, lengkap dengan ekspresi 'kesalnya'. Tahu sudah membuat kesalahan yang cukup fatal, Citra jadi bingung harus ngapain selain berganti-gantian menoleh pada Tari dan Wooseok dengan cepat, lengkap dengan muka gak enakannya.

"Maaf Pak... saya gak tahu, Bapak ada di dalam. Saya kirain... Tari pingsan."

Wooseok masih gak ngerespon apapun tapi kemudian dia mengangkat tangan kanannya, menyerahkan hp Citra yang dari tadi dia pegang.

"Oh iya... hp saya. Kok bisa ada disini ya? Aduh gangguin aja ini hp..." Citra mengakhiri kalimatnya dengan tawa yang super kaku banget.

"Oh iya Bapak mau balik ke atas ya? Maaf Pak saya halangin jalan Bapak," Citra langsung mundur beberapa langkah dan setelah itu Wooseok langsung pergi dari sana, tanpa menengok ke belakang lagi. Meninggalkan Citra yang masih gak enakan dan juga Tari yang miris banget sama kawannya ini sekarang.

Setelah keadaan yang agak chaos itu, si Citra gak langsung pergi balik lagi ke atas. Dia memilih untuk masuk lagi ke ruang kesehatan nyamperin Tari. Dengan mukanya yang masih rada-rada takut itu, dia langsung duduk di pinggir tempat tidur.

LET ME INTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang