Part 10

15 1 0
                                    

"Batari."

"Ya?"

"Kamu kenapa sih?"

"Kenapa emangnya? Perasaan gapapa."

"Kenapa gak mau lihat aku dari tadi?"

"Oh ya? Gak ah, perasaan kamu aja."

Wooseok lalu memegang kedua pipi Tari dengan tangannya. Sumpah Tari kaget, tapi dia gak berontak. Dia malah balas menatap mata Wooseok. Kan itu yang Wooseok mau?

"Tuh kan? Siapa yang menghindar? Gak ada," kata Tari setelah Wooseok melepaskan tangannya dari pipi Tari.

"Ya iyalah, aku megang pipi kamu kayak gitu. Gimana mau menghindar."

"Sekarang mending kamu buruan pergi kerja."

"Ngusir ini?"

"Ya Tuhan, gak ngusir. Kan memang jadwalnya, Kim Wooseok."

"Sini dulu coba."

"Apalagi..." kata Tari malas-malasan tapi tetap melangkah ke Wooseok. Ketika Tari udah berdiri lebih dekat lagi ke dia, Wooseok langsung meluk Tari. Tari gak bisa balas meluk soalnya tangannya kekunci.

"Recharge energy..." kata Wooseok sambil meluk Tari, erat banget.

Enak lo recharge energy, gue running out of energy.

"Pokoknya nanti aku pulangnya cepet. Kita bisa jalan-jalan habis itu."

Tari mengangguk. "Iya santai aja."

"Kamu gak boleh kemana-mana."

"Do I look like I could go anywhere?"

Wooseok tertawa pelan. "Oke, aku pergi," kata Wooseok. Lalu kemudian, he kissed his wife's cheek lightly.

Jujur Tari masih kaget sama perlakuan ini, tapi kayaknya dia harus mulai terbiasa. Because last night they even did something more than this.

Setelah menutup pintunya, Tari berjalan pelan ke tempat tidur, duduk di pinggirnya, dan mulai meletakkan tangannya di atas jantungnya. Sedetik kemudian Tari mulai bergerak-gerak gak karuan di atas tempat tidur.

Salah banget, banget. Salah banget gue memutuskan untuk tetap tidur di samping Wooseok tadi malam.

***

Last night

"Batari?"

"Hm?"

"Belum tidur?"

"Belum, aku masih natap dekor-dekor itu."

Wooseok tersenyum lalu kemudian dia memutar posisi tidurnya jadi menghadap Tari. Soalnya tadi dia tidur memunggungi Tari. Ternyata Tari beneran lagi natap ke arah meja makan sambil sandaran di kepala tempat tidur. Wooseok pun bangun dan turut duduk menyandar seperti Tari.

"Kamu suka banget sama dekornya?"

Tari mengangguk. "Ya suka lah. Masa gak suka."

"Sama yang masang dekornya?"

Tari menatap aneh pada Wooseok. "Yang mana nih? Kamu bilang yang bantuin masang ada dua orang."

Wooseok malah ketawa pelan dengar itu.

"Beruntung banget ya orang-orang yang pernah kamu kasih dekor-dekor kayak gini. Soalnya aku merasa beruntung to be honest."

Wooseok menoleh pada Tari terus dia senyum tipis gitu. "Aku belum pernah ngelakuin yang beginian sebelumnya."

LET ME INTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang