"Kamu kok sendiri? Gak ada yang jagain?" Jinhyuk yang bertanya.
"Tadinya harusnya Ayah saya kesini lagi buat jagain saya. Tapi karena hujan badai gini gak ada ojol yang mau ngambil. Jadinya ya... sendiri."
"Kenapa gak kasih tahu saya? Biar saya tebengin."
"Ah... hahaha, nanti ngerepotin Pak," sumpah Tari ketawanya kaku banget.
Tapi kalau mau jawaban serius gini loh Pak. Pertama, gue gatau nomor hp lo dan kedua, Bapak gue dan Kim Wooseok gak bisa ada di dalam mobil yang sama untuk sekarang ini. Nanti high tension lagi.
"Kamu udah berapa lama di rumah sakit?"
"Udah nginap semalam. Tapi besok pagi rencananya pulang. Kalau dokter bilang saya udah baik-baik aja, saya langsung pulang."
"Oh gitu..." Jinhyuk mengangguk-angguk. Jinhyuk kemudian kayak ngelirik ke Wooseok gitu. Tari hampir aja lupa kalau ada orang lain lagi di ruangan yang sama. Soalnya itu orang diem aja kayak bocil SD gak bikin PR.
"Eh Seok, kita bawa itu gak sih tadi untuk Tari? Buah, iya buah. Gak lo bawa turun sekalian?"
Wooseok tampak tak tertarik. "Emang ada yang begituan?"
"Ada tadi gue beli. Gue taro di jok belakang."
"Ya mana gue tahu. Kan lo yang beli, bukan gue."
Wooseok sama Jinhyuk yang debat, Tari yang gak nyaman. Gak enak banget nontoninnya sumpah.
"Apa gue ambil aja dulu kali ya-"
"Eh Pak, minta tolong aja sama siapa gitu ambilinnya. Jangan Bapak yang ambil sendiri. Apa saya aja yang ngambilnya," Tari udah mau berdiri tapi Jinhyuk dengan sigap melarangnya.
"Lah kok malah yang sakit yang ngambil? Udah gapapa biar saya aja yang ambil. Kamu disini aja."
"Tapi... Pak..."
Well of course Jinhyuk gak denger suara Tari lagi karena orangnya udah keburu pergi. Mana yang kayak buru-buru banget pula langkahnya. Tari yang udah terlanjur berdiri jadi bingung sendiri mau ngapain soalnya awakward banget anjir tinggal berdua doank sama Wooseok kayak gini. Takut banget jujur.
Mau balik ke tempat tidur rasanya kurang sopan. Mau ikut duduk di sofa sama Wooseok gak berani. Lagian ngapain coba duduk-duduk sama Wooseok? Kayak akrab aja.
Tapi bagaimanapun, lagi-lagi, Tari berpikir bahwa dia harus tetap sopan sama Wooseok. Walaupun ini di luar kantor tapi Wooseok tetap boss nya. Alasan lainnya adalah, Tari udah make duit Wooseok dan itu gak sedikit. Jadi okay, ayo bersikap tenang seperti biasa!
Pertama-tama Tari memutuskan untuk jalan ke kasurnya ngambil apel yang tadi dia kupas terus setelah itu dia ngambil satu botol air mineral yang masih bersegel di atas nakas. Walaupun agak kesusahan megang semua barang itu dengan keadaannya yang sekarang tapi Tari tetap maju pantang mundur.
"Maaf Pak cuma ada air mineral sama apel," kata Tari sambil meletakkan semua yang dia pegang satu per satu ke atas meja di depan Wooseok.
"Ini airnya masih baru kok. Jadi jangan khawatir," lanjut Tari.
"Hm, thankyou," kata Wooseok. Dan itu beneran bikin Tari kaget. Thankyou loh Wooseok bilang. Alias terima kasih. Singkat tapi berhasil membuat ketakutan Tari pada Wooseok berkurang sedikit. Atau berkurang banyak? Soalnya Tari tanpa sadar langsung mengambil duduk di sofa berbeda di sebelah kanan Wooseok.
"Ini mau kamu makan tadinya?" tanya Wooseok sambil agak memajukan sedikit duduknya lalu mengambil apel dan pisau bersamaan.
"Iya, tapi baru setengah jalan saya kupas, Bapaknya datang. Ambil yang baru aja Pak, itu bekas saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
LET ME IN
Fanfiction[‼️] Membaca = memberi vote. Terima kasih 😊 Cast - Batari (aka Tari) - Kim Wooseok - Lee Jinhyuk - Miyawaki Sakura - Citra (Tari's best friend) - Tari's Dad - Wooseok's Dad Another classic story about a contract marriage and then turning into a rea...