Part 05

14 1 0
                                    

"Ayo bicarakan tentang pernikahan," kata Wooseok, membuat Tari terdiam. Oh jadi akhirnya tiba masanya berbicara tentang ini?

"Saya cuma mau ngajak kamu ngobrol aja sih. Karena kalo buat ngelakuinnya kayaknya masih jauh. Well kamu tahu, izin Ayah kamu. Walaupun ini sifatnya hanya membantu saya tapi kalau Ayah kamu belum ngizinin ya-"

"Kalau seandainya Ayah saya ngizinin?"

Wooseok terdiam untuk beberapa saat. "We'll do it right away."

Tari terdiam sebelum melanjutkan. "Tapi saya penasaran, alasan utama saya harus bantu Bapak tuh apa. Rasanya gak mungkin hanya karena saya make uang Bapak, kan?"

"Seharusnya kamu udah tahu kan? Kan nguping waktu itu."

Dih Kim Wooseok, dilarang menyerang secara verbal kayak gini donk.

"Jujurly, udah lupa sih saya pernah denger apa aja. Itu udah lewat seminggu lebih dan dengan semua yang terjadi pada saya di rentang waktu itu, saya jadi amnesia. Cuma satu yang saya ingat."

Wooseok menunggu lanjutan kalimat Tari dengan sabar.

"Kalo bersedia jadi istri, akan dibayar mahal."

Dan Wooseok hanya bisa tertawa mendengar itu.

"Hm..." lanjut Wooseok setelah tawanya agak mereda. "Alasan utamanya, karena saya mau dijodohin sama Papa saya, dan saya gak mau."

"Loh kenapa gak mau? Kalo dijodohin berarti setidaknya levelnya akan setara sama Bapak."

Wooseok tersenyum. "Karena ada alasan lainnya juga. Tapi berhubung itu adalah TMI yang tidak penting jadi saya gak mau jelasin lebih jauh."

Tari mendengus. Malah ngopy omongan gue.

Tak lama obrolan mereka pun terjeda sebentar karena makanan yang mereka pesan mulai datang. Beda sama Wooseok yang matanya terus tertuju kemana aja tangan waitress ketika meletakkan makanan di atas meja, Tari malah bengong. Soalnya, sebenarnya, dia juga mau nyampein hal penting tapi bingung banget harus memulai dari mana dan bagaimana.

"Selamat makan," kata Wooseok, membuyarkan lamunan Tari.

"Se... selamat makan."

Mereka pun mulai makan dan suasana jadi hening untuk beberapa saat.

"Sambil makan boleh ngobrol gak sih Pak? Jadi sepi banget perasaan."

Wooseok tertawa mendengar kalimat Tari. "Boleh lah. Sama saya gak usah kaku-kaku."

"Saya mau nanya... if in the end we actually do that, get married, durasinya berapa lama?"

Wooseok terdiam mendengar pertanyaan Tari.

"Karena seperti yang Bapak bilang sendiri, disini saya cuma bantuin Bapak. Jadi berarti akan ada batas waktunya kan?"

"Sampai situasinya membaik atau... sampai 75 juta yang kamu pakai dianggap lunas."

Hah gila, sampe kapan tuh?

"Antara dua itu," lanjut Wooseok.

Fix gue yang akan paling menderita disini.

"Saya juga mau nanya."

Tari yang tadinya agak nunduk sambil main-mainin makanannya, beralih pada Wooseok.

"You wanna keep it secret or... go public?"

"Secret, jelas."

"Kenapa?"

LET ME INTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang