Part 11

14 1 0
                                    

Tari menaiki anak tangga dengan perlahan. Dia barusan dari bawah, makan malam sama Ayah mertuanya, berdua aja. Ya memang tadi disuruh istirahat sama mertuanya tapi Tari gak enak donk? Jadi segera setelah beres-beres sebentar dan bersih-bersih, Tari turun lagi.

"Wooseok gak makan?"

"Tadi aku te... tanya, katanya dia ngantuk, mau tidur aja. Jadi ya udah, aku turun sendiri."

Hampir aja Tari keceplosan mau nyebut 'telepon'. Namanya juga beda kamar, ya bisanya cuma ditelepon doank. Tapi berhubung Wooseok gak angkat teleponnya, jadi Tari menyimpulkan bahwa Wooseok tidur, atau mungkin sedang kerja, atau mungkin sedang di kamar mandi, intinya Tari gak tahu Wooseok lagi ngapain. Dia ngarang aja itu sebenarnya. Yang penting mah dia bisa jawab pertanyaan mertuanya, gitu pikir Tari.

Maka dari itu, disini Tari sekarang, berdiri lagi di depan kamar Wooseok. Seperti yang dia bilang tadi (dalam hati), dia udah telepon Wooseok tapi gak diangkat. Sekarang Tari juga kembali nelepon Wooseok dan masih gak diangkat. Untuk beberapa alasan, Tari merasa kesal. Dia menghela nafas pelan sebelum akhirnya memutuskan untuk mengetuk pintu kamar Wooseok.

"Seok?" panggil Tari pelan setelah membuka pintu kamar Wooseok perlahan. Dan hal pertama yang Tari lihat adalah, ya, Wooseok ketiduran di tempat tidurnya. Ketiduran, bukan tidur yang sengaja tidur gitu. Soalnya dari segala posisi dan yang lainnya, Wooseok kelihatan gak siap untuk tidur. Mana hp-nya masih dia pegang. Kayaknya dia barusan nelepon orang terus karena neleponnya sambil rebahan jadi dia auto ketiduran. Tapi bajunya udah dia ganti sih, udah mandi beneran kayaknya.

Tari menghela nafas lagi sebelum berjalan lebih dekat ke Wooseok. Hal pertama yang Tari lakukan adalah mengambil hp Wooseok dan meletakkannya di atas nakas. Lalu kemudian Tari mulai menarik selimut Wooseok dan menutupi badan Wooseok sampai ke punggung, kebetulan ini manusia tidurnya tengkurap. Bukan Tari gak mau ubah posisi tidur Wooseok, demi apapun Tari gak kuat. Jadi Tari minta maaf untuk itu.

Tadinya Tari mau langsung keluar tapi dia memilih untuk duduk dulu di pinggir tempat tidur. Tari menatap Wooseok untuk beberapa saat.

"Kamu kenapa sih Seok?"

"Aku salah apa?"

"Perasaan aku gak salah apa-apa."

"Tapi kenapa kamu kayak diemin aku gitu?"

"Kamu diemin aku setelah... setelah..." Tari gak sanggup untuk melanjutkan kata-katanya. Yang ingin dia katakan adalah 'kamu diemin aku after you kiss me', tapi entah kenapa Tari gak berani ngomong gitu.

Tari mengangkat tangannya lalu mengelus pipi Wooseok perlahan. "Good night," kata Tari pelan, lalu kemudian dia beranjak pergi dari sana. Meninggalkan Wooseok yang langsung mengubur dirinya dalam-dalam di bawah selimut setelah yakin Tari sudah menutup pintunya.

Ya, seperti drama-drama kebanyakan, Wooseok mendengar semua pertanyaan Tari. Wooseok mendengar semua keluh kesahnya. Tapi untuk sekarang Wooseok belum bisa ngomong apapun. Dia cuma bisa minta maaf sama Tari, tapi dalam hati.

***

"Selingkuh gak sih?"

Tari menghela nafas, soalnya dia gak habis pikir sama kesimpulan Citra. "Se... selingkuh?"

"Kan biasanya juga gitu. Kalo cowok tiba-tiba berubah kelakuannya, pasti ada yang sedang dia tutupin. Di case lo, yang paling tepat ya selingkuh."

"Tapi kalo pun dia mau selingkuh, gak, maksud gue, kalo pun dia mau ngapain gitu sama cewek lain, dia gak harus diam-diam ngelakuinnya."

"Ya elah Tari, dia diam-diam aja lo kepikiran. Apalagi terang-terangan di depan lo, emang yakin bisa kuat?"

LET ME INTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang