✼ ҉ ✼ ҉ ✼ ✼ ҉ ✼ ҉
LIBRARY
"Ah! Berat sekali!" Seperti itulah keluhnya ketika meletakkan setumpuk buku yang tadi dibawanya ke atas meja. Itulah yang kudengar saat berjalan menyusulnya dari belakang. Aku tidak memintanya untuk membawa buku-buku itu. Tapi, memang ia sendirilah yang bersikeras ingin melakukannya.
"Jadi ... kau melakukan semua ini setiap hari? Sendirian?" tanyanya penasaran. Dan aku hanya mengangguk saja mengiyakan.
"Memang seperti inilah tugas pengurus perpustakaan," jawabku lagi sembari membereskan buku-buku yang masih berantakan di atas mejaku. Entah ia mendengarkanku atau tidak.
Hening sejenak. Tidak ada obrolan apapun diantara kami setelahnya. Ia sibuk dengan pekerjaannya begitu pula denganku. Aku memang tidak banyak bergaul dengan siapapun. Tapi, aku cukup mengenalnya. Walaupun hanya sekedar nama dan karena sering mendengarnya berceloteh bersama dengan teman-temannya saja di dalam kelas. Bahkan ia juga termasuk salah satu siswa yang aktif. Kelewat aktif menurutku. Lagipula siapa yang tak mungkin mengenal sosoknya? Si pria manis, populer, murah senyum dan selalu bersikap ramah pada semua orang. Ditambah, ia juga sangat pandai berbaur dengan orang-orang di sekitarnya.
Namun, terkadang aku memiliki masalah dalam mengingat nama-nama seseorang. Bahkan, aku tidak terlalu hafal dengan semua nama-nama teman sekelasku. Kadang yang kuingat hanya nama depannya saja, kadang nama panggilan yang sering kudengar atau yang menurutku paling mudah saja. Begitulah diriku. Tidak suka mengingat sesuatu atau mungkin memang aku yang tidak pernah mau peduli pada apapun di sekitarku. Dan juga ditambah kami tidaklah begitu dekat. Bahkan sangat tidak dekat. Begitulah yang terjadi antara aku dan dirinya sekarang.
Singkatnya, aku memang tidak pernah dekat dengan siapapun. Itulah yang membuatku penasaran sekarang. Kenapa orang sepopuler dirinya mau menjadi petugas perpustakaan sekolah? Bahkan ini adalah tugas yang sangat tidak disukai dan sangat dihindari oleh banyak siswa.
"Kenapa kau ingin menjadi petugas perpustakaan?" Rasa penasaranku akhirnya mendorongku untuk menanyakan hal itu padanya.
Ia terlihat terdiam sebentar, lalu menggidikkan bahunya acuh.
"Kenapa, ya? Entah. Tidak ada alasan khusus," jawabnya santai sembari memainkan ponsel di tangannya.Ya, sudah kuduga. Ia tipikal orang yang menyukai kebebasan. Orang sepertinya memang tidak mungkin benar-benar serius dan berkeinginan menjadi petugas perpustakaan. Atau mungkin, ia memang tidak berniat sama sekali dari awal. Lalu untuk apa ia tetap bersikeras untuk menjadi petugas perpustakaan seperti sekarang?
"Lalu dari awal, apa kau memang suka membaca?" tanyaku lagi memastikan.
"Tentu saja tidak. Oh! Tapi, aku suka membaca manhua," pekiknya antusias. Sungguh itu bukan jawaban yang kuharapkan darinya.
"Di sisa hidupmu yang singkat ini, apakah tidak masalah jika hanya kau habiskan di perpustakaan saja?" Aku benar-benar penasaran. Apakah tidak ada hal menarik lain yang bisa ia lakukan? Bagi sebagian orang, buku bukanlah hal yang menarik. Dan aku pikir itu juga berlaku untuknya.
"Ehm, tidak masalah. Tidak apa-apa." Namun, kali ini dari nada bicaranya terdengar ada sedikit keraguan. Mungkin, ia masih belum yakin dengan jawabannya sendiri. Atau mungkin ia masih mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
"Tapi, sepertinya memang "apa-apa", ya?" tanyaku lagi sembari memperhatikan pergerakannya yang hampir tak terbaca olehku. Aku yakin ada sesuatu yang coba disembunyikannya dari ekspresi wajahnya yang selalu terlihat ceria dan santai itu.
"Jadi, menurutmu ... apa yang harus aku lakukan sekarang?" Aku memalingkan wajahku saat mata kami tak sengaja saling bertatapan. Saat di situasi seperti ini kenapa terasa begitu aneh rasanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
I WANT TO EAT YOUR PANCREAS
РазноеHubungan diantara mereka bukanlah semacam hubungan dengan julukan yang pasaran. Bukan itu. Bukan pula hubungan tentang persahabatan ataupun cinta. Namun, lebih daripada itu. Bisa dibilang, hubungan mereka adalah hubungan yang platonis. Dimana sebena...