✼ ҉ ✼ ҉ ✼ ✼ ҉ ✼ ҉
PARADISE
Paradise?
Apa yang kau pikirkan saat mendengarnya? Sekilas memang sedikit menakutkan. Dan saat itu yang langsung terlintas dibenakku hanyalah satu hal. Apalagi jika bukan tentang kematian. Apa maksud dari ucapannya itu? Apakah ia ingin melakukan hal konyol untuk mengakhiri hidupnya dengan melibatkan diriku? Tadinya aku sempat berpikir demikian. Namun semua dugaanku itu salah besar. Sungguh sial.
Ternyata Paradise yang dimaksud olehnya adalah sebuah nama kedai kue yang letaknya tak jauh dari sekolah kami. Hah! Hampir saja ia membuatku terkena serangan jantung di tempat. Aku pikir ia benar-benar ingin membawaku pergi ke surga bersamanya. Konyol sekali.
"Kau tahu? Castella strawberry cake ini adalah kue terfavorit di sini. Hampir mirip seperti bolu. Teksturnya empuk. Dibalut krim yang sangat lembut dengan tambahan isian buah strawberry di dalamnya yang rasanya sangat manis. Cepat! Kau harus mencobanya," jelasnya panjang lebar. Sudah seperti si pemilik kedai yang tengah mempromosikan makanannya. Ya, dan di sinilah pada akhirnya kami kembali berakhir bersama. Dimana aku sadar. Setelah ini pasti gosip tentangku dan dia akan semakin memanas saja.
"Seharusnya kau bisa pergi bersama dengan teman-temanmu, kan? Kau tidak perlu pergi denganku," protesku yang tak didengarnya. Karena sedari tadi ia sibuk melahap kue-kue kesukaannya itu dengan penuh semangat. Dan hampir semua kue yang dipesannya itu adalah kue-kue yang penuh dengan krim manis. Terus terang itu sangat berlawanan dengan seleraku.
"Apa kau lupa? Sejak kemarin kau terus membawaku pergi makan bersama. Apa kau tidak takut gemuk? Atau kau malah ingin membuatku menjadi gemuk?" protesku sekali lagi. Untuk kali ini ia menggubris ucapanku. Sejenak ia berhenti mengunyah makanannya dan tersenyum tanpa rasa bersalah ke arahku.
"Tidak. Aku hanya ingin makan sesuatu yang ingin kumakan saja. Sesuatu yang manis. Lalu apakah menjadi gemuk itu adalah hal yang memalukan?" selorohnya. Dengan santai ia kembali menyuapkan beberapa potong kue lagi ke dalam mulutnya.
"Eh! Apakah saat ini kau sedang tidak tertarik pada pemuda atau gadis manapun mungkin?" tanyanya tiba-tiba padaku. Membuatku seketika mengernyit heran.
"Kenapa kau mendadak menanyakan hal seperti itu padaku?" tanyaku penasaran."Itu ... karena sejak tadi aku tidak melihatmu tengah memperhatikan siapapun yang ada di sini. Padahal di sini banyak pemuda dan gadis-gadis yang cantik dan manis. Tidak mungkin kau tidak tertarik, kan? Kecuali ... tunggu! Apakah kau belum pernah punya pacar sebelumnya?" Ia menatapku dengan mulutnya yang masih penuh dengan makanan. Dan matanya yang berkedip beberapa kali dengan lucu.
"Tidak. Lagipula aku memang tidak memiliki teman satupun." Setelahnya bisa kudengar dengan jelas suaranya yang berdecak malas saat menanggapi jawabanku.
"Ck! Itu lagi? Apakah kau tidak ingin memiliki seorang teman atau pacar? Sampai kapan kau akan terus seperti ini?" Sejenak ia berhenti memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Dan beralih menatapku dengan tatapan yang kini sulit terbaca olehku.
"Entahlah. Mungkin akan terlihat menyenangkan jika memiliki seorang teman. Tapi tidak. Aku selalu merasa jika dunia novel itu lebih menyenangkan daripada dunia nyata." Kulihat ia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. Mungkin saja ia juga memiliki pemikiran yang sama denganku. Mungkin. Atau hanya sekedar mengiyakan kalimatku saja.
"Oh! Jadi apakah itu alasanmu suka membaca buku? Terutama novel?" tanyanya lagi sebelum kembali melahap kue coklat bertopping strawberry di piringnya. Ya, seharusnya tanpa menjawab pun kukira ia bisa menebak apa jawabanku.

KAMU SEDANG MEMBACA
I WANT TO EAT YOUR PANCREAS
Ngẫu nhiênHubungan diantara mereka bukanlah semacam hubungan dengan julukan yang pasaran. Bukan itu. Bukan pula hubungan tentang persahabatan ataupun cinta. Namun, lebih daripada itu. Bisa dibilang, hubungan mereka adalah hubungan yang platonis. Dimana sebena...