✼ ҉ ✼ ҉ ✼ ✼ ҉ ✼ ҉
BAD FEELING
Keesokan harinya.
Benar saja. Firasatku memang benar adanya. Hari ini mungkin akan menjadi hari tersialku. Sejak dari koridor utama hingga masuk ke dalam kelas, mereka tak hentinya saling berbisik sambil melihat ke arahku dengan tatapan tak biasa mereka. Seolah menuntutku untuk segera memberikan kepastian atas gosip yang telah mereka dengar. Gosip? Astaga! Aku bahkan tidak tahu menahu tentang gosip yang telah beredar dengan begitu cepatnya di sekitar mereka.
Apa yang tengah mereka gosipkan tentangku? Dari mana sumbernya? Dan bagaimana aku bisa terlibat di dalamnya?
Namun, aku masih berusaha untuk tidak mempedulikannya. Aku tidak peduli dengan apa yang mereka lakukan padaku. Aku tetap melakukan kebiasaanku seperti biasanya. Setelah memasuki kelas, aku langsung memilih duduk di tempatku seperti biasa sembari membaca buku kesukaanku. Ya, seperti itulah biasanya. Terserah mereka ingin mengatakan apapun tentangku hari ini.
Tak lama setelah kedatanganku, aku melihatnya masuk ke dalam kelas dengan wajah cerianya. Ia langsung menyapa beberapa teman dekatnya dengan senyum manis khasnya. Yang kuketahui mereka adalah Zhao Lusi dan Song Zu'er. Seperti halnya yang lain, mereka tentu saja ikut menunggu kedatangannya dengan sangat tidak sabar.
"Berhenti! Jangan berpura-pura lagi! Katakan padaku sekarang! Apa hubunganmu dengannya?!" cecar Zhao Lusi tak sabar sembari menunjuk lurus ke arah tempat dudukku. Ya, aku bisa melihatnya dari ujung mataku. Bagaimana ia menunjuk ke arahku dengan tatapan sinisnya. Namun, aku tetap fokus pada buku yang kubaca. Tanpa berniat ingin mendengar dan menghiraukan apa yang tengah mereka bicarakan.
Namun, ia sendiri malah bereaksi di luar dugaanku. Bukannya langsung menjawab pertanyaan Zhao Lusi dan segera memberikan penjelasan agar gadis itu tidak salah paham padanya. Tapi, ia malah tertawa cekikikan. Dan tak berniat serius untuk segera memberikan jawabannya. Hah! Dia ini memang ingin menambah beban hidupku saja.
Dan tak berhenti sampai di sana. Selain Zhao Lusi dan Song Zu'er yang masih belum selesai dengan rasa penasaran mereka, kini giliran teman sekelasku yang lain bernama, Yubin. Entah darimana tiba-tiba saja ia datang menghampiriku, lalu memilih duduk tepat di depan mejaku. Dengan melontarkan pertanyaan yang lagi-lagi sama seperti yang Zhao Lusi tanyakan tadi.
"Jadi gosip itu benar? Apakah kau benar-benar dekat dengannya? Aku dengar kalian terlihat pergi makan bersama kemarin," tanya Yubin langsung pada intinya.
"Tidak. Kami tidak seakrab itu. Kami hanya kebetulan bertemu," jawabku asal. Tidak ingin lagi menambah deretan panjang pertanyaan menjebak yang harus kujawab.
"Oh begitu, ya." Nada bicaranya terdengar sedikit kecewa. Entahlah. Aku bahkan tidak menatapnya saat berbicara. Hanya melihatnya sekilas saja. Sebelum kembali fokus pada buku bacaanku, kulihat ia sempat merogoh sesuatu dari dalam saku seragamnya.
"Eh! Mau permen karet?" tawarnya sembari menyodorkan permen karet miliknya ke arahku. Lagi-lagi, aku hanya melihat sekilas ke arahnya juga permen karet yang ada ditangannya. Lalu memilih kembali pada buku bacaan yang lebih menarik minatku.
"Tidak perlu," tolakku halus."OK! Kalau ada hal yang menarik, beritahu aku, ya!" ucapnya sebelum beranjak dari tempat duduknya dan berlalu dari hadapanku.
Sejujurnya, terdengar aneh di telingaku. Kami bahkan tak pernah saling berinteraksi secara dekat sebelumnya. Tapi, ia memang tipikal orang yang mudah bergaul dengan orang lain, yang bahkan belum ia kenal sekalipun. Itulah yang sempat aku dengar. Bukan bermaksud menguping atau semacamnya. Jangan salah menilai. Aku memang tak sengaja mendengarnya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WANT TO EAT YOUR PANCREAS
RandomHubungan diantara mereka bukanlah semacam hubungan dengan julukan yang pasaran. Bukan itu. Bukan pula hubungan tentang persahabatan ataupun cinta. Namun, lebih daripada itu. Bisa dibilang, hubungan mereka adalah hubungan yang platonis. Dimana sebena...