✼ ҉ ✼ ҉ ✼ ✼ ҉ ✼ ҉
COMEBACK HOME
Liburan telah usai. Begitupun dengan kebersamaan kami. Pagi ini kami harus bersiap-siap untuk kembali pulang ke rumah. Dan bersiap untuk kembali menjalankan aktivitas kami sebagai seorang pelajar seperti biasanya. Tapi tidak dengan hari ini. Ada sesuatu yang berbeda, tidak seperti biasanya. Entah kenapa pagi ini aku terbangun dengan perasaan yang sangat campur aduk. Ada rasa takut, gelisah, kekhawatiran dan kesedihan yang bercampur menjadi satu tanpa sebab dan alasan yang jelas kurasakan. Hingga membuat dadaku terasa begitu sesak. Akupun tak mengerti. Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Dan perasaan macam apa ini?
"Aku ... jika aku bilang, kalau aku sebenarnya sangat takut mati. Apa jawabanmu?"
Apakah semua yang kurasakan saat ini, karenanya?
Kulihat ia masih bergelung nyaman dibalik selimut hangat miliknya itu. Wajah polosnya yang masih terlelap terlihat begitu tenang dan damai. Nampak sangat indah tanpa cela. Mungkin saja ia tengah bermimpi bermain-main dengan malaikat penjaganya di atas sana. Atau malah melakukan hal-hal konyol di alam mimpinya. Sudahlah. Aku memang tak berniat untuk membangunkannya. Dan memilih membiarkannya tetap terlelap dalam mimpi indahnya. Namun saat aku tengah mencuci muka, tiba-tiba kudengar ponsel miliknya berdering nyaring. Kupikir mungkin telepon dari orang tuanya. Tetapi ternyata itu adalah telepon dari temannya, Zhao Lusi. Tapi apakah harus sepagi ini?
"Katakan padaku! Kau ada dimana?!" Aku bahkan sampai menghentikan kegiatanku saat mendengar suara yang begitu melengking dan berisik dari ujung seberang sana itu.
"Selamat pagi, Zhao," sapanya dengan santai. Masih berbalut dalam selimut hangatnya.Sebenarnya aku memang sengaja bangun lebih dulu. Dan untungnya saja Zhao Lusi meneleponnya. Jadi aku tidak perlu repot-repot membangunkannya sekarang.
"Kau berbohong pada orang tuamu kalau kita pergi berlibur bersama, kan?! Orang tuamu meneleponku semalam. Aku sampai kebingungan mencari alasannya," gerutu Zhao Lusi kesal. Ia pun kemudian bangun dari tidurnya dan duduk di pinggiran ranjang.
"Benarkah? Wah! Kau memang hebat, Zhao! Terimakasih, ya!" ucapnya sambil menguap dan mengusap kedua matanya."Kau ini! Lagipula aneh sekali. Kenapa kau tiba-tiba pergi berlibur sendirian? Kau ini bukan kucing liar yang suka berkeliaran di luar sana," gerutu Zhao Lusi sekali lagi masih dengan nada kesal.
"Aku tidak sendiri, Zhao." Ia lalu berjalan ke arah meja dan mengambil segelas air. Lalu meneguknya perlahan."Jadi kau pergi dengan siapa? Pacarmu? Tunggu! Jangan bilang, kau pergi bersama dengan laki-laki itu!" tanya Zhao Lusi lagi nampak tak sabar.
"Nanti saja akan kujelaskan padamu. Lagipula aku tidak memintamu untuk bisa menerimanya. Jadi maafkan aku, Zhao," ucapnya pelan. Sekilas aku melihatnya menatap ke arahku dengan tatapan yang menurutku terlihat sendu. Entah apa artinya."Baiklah. Tapi ada syaratnya. Kembalilah dengan selamat. Dan jangan lupa bawakan oleh-oleh untukku. Setelah itu kau harus pergi liburan musim panas bersamaku. OK?" ucap Zhao Lusi dengan sisa amarahnya yang masih membara.
Apa maksudnya? Memangnya aku ini pria macam apa? Pria mesum? Apakah aku terlihat seperti seorang penjahat? Sampai Zhao Lusi harus memintanya pulang dengan selamat.
"Ya ... ya ... Zhao. Aku mengerti," jawabnya santai. Tanpa mempedulikan Zhao Lusi yang masih berapi-api di ujung sana.
"Lalu katakan juga padanya. Kalau sampai ia melakukan sesuatu padamu, lihat saja nanti. Akan kubunuh dia dengan tanganku sendiri!" Bisa kudengar Zhao Lusi mengatakannya dengan nada yang tajam di ujung sana. Disusul dengannya yang tertawa kecil sembari menatap ke arahku dengan wajah mengejeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WANT TO EAT YOUR PANCREAS
RandomHubungan diantara mereka bukanlah semacam hubungan dengan julukan yang pasaran. Bukan itu. Bukan pula hubungan tentang persahabatan ataupun cinta. Namun, lebih daripada itu. Bisa dibilang, hubungan mereka adalah hubungan yang platonis. Dimana sebena...