𑁍𑁍 (P A R T 𑁍𑁍 03) 𑁍𑁍

83 4 1
                                    

✼  ҉  ✼  ҉  ✼ ✼  ҉  ✼  ҉  

CHERRY BLOSSOM

Semua bermula di bulan itu. April, bulan dimana bunga sakura masih bermekaran dengan indahnya mewarnai seluruh kota. Saat itu aku pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kesehatanku pasca menjalani operasi usus buntu beberapa waktu yang lalu. Aku ingat, saat itu aku duduk sendirian sembari menunggu antrian. Hanya seorang diri.

"Pasien dengan nomor urut 52, silahkan menuju ke ruang C4. Saya ulangi, pasien dengan nomor urut 52, silahkan menuju ke ruang C4."

Terkadang, samar-samar terdengar olehku suara panggilan dari information center yang memanggil setiap nomor antrian pasien. Untuk kesekian kalinya, kulihat kembali kertas yang kupegang sedari tadi. Tertulis nomor 054 di sana. Ya, tinggal menunggu dua nomor antrian lagi saja. Setelah itu adalah giliranku untuk dipanggil. Aku cukup merasa bosan. Yang kupikirkan sejak tadi adalah ingin cepat-cepat pergi dari sini dan kembali pulang ke rumah. Ya, secepat mungkin.

Sementara yang bisa menghiburku untuk saat ini adalah melihat beberapa anak kecil yang bermain kejar-kejaran. Apalagi mereka tampak sangat senang ketika mendengar kabar bahwa bibi mereka telah melahirkan seorang bayi yang sangat lucu. Hingga mereka sampai berlomba berlarian dengan riangnya. Namun, daripada semua itu membaca buku adalah hal yang paling menyenangkan bagiku.

"Ayo cepat kita kesana! Aku ingin melihatnya! Aku juga ingin memberinya nama!"

Tidak, sebenarnya aku tidak bermaksud untuk menguping mereka. Aku memang mendengarnya secara tidak sengaja. Dan, begitulah yang tertangkap oleh pendengaranku. Setelahnya, atensiku pun teralihkan saat mendengar suara benda yang terjatuh tak jauh dari tempat dudukku. Sepertinya, tanpa sengaja salah satu dari mereka telah menjatuhkan benda yang mungkin tergeletak tanpa pemilik di atas kursi antrian yang mereka lewati tadi.

Penasaran, aku pun mencoba mencari tahu asal sumber suara itu. Dan ternyata itu adalah sebuah buku kecil bersampul warna merah yang telah tergeletak di atas lantai tak jauh dari tempat dudukku. Saat kulihat tak ada pemiliknya, aku pun memberanikan diri untuk mengambil buku itu. Entah dorongan apa yang membuatku mau melakukannya. Padahal biasanya aku tidak peduli dengan apapun itu yang tidak ada hubungannya denganku. Mungkin untuk alasan yang satu ini adalah karena aku memang menyukai buku. Dan merasa tak tahan jika melihat sebuah buku tergeletak begitu saja di atas lantai.

Setelah mengambilnya, aku mulai membuka halaman per halaman dari buku itu. Dari buku yang bersampul warna merah dengan dua garis hitam yang berseberangan. Aku cukup terkejut saat melihat nama di balik sampul buku itu. "Teman sakit?" cukup menakutkan, tapi begitulah yang terbaca olehku. Aku pun mencoba membuka halaman pertamanya, yang ternyata buku itu adalah sebuah buku catatan harian milik seseorang.

"Buku harian?" gumamku yakin setelah selesai membaca satu persatu halamannya. Walaupun hanya membacanya sekilas dan tidak terlalu teliti. Namun, yang membuatku tertegun setelah itu adalah beberapa kata yang terlihat dan tertulis di sana.

"Pankreas ...?" Kata itu tertangkap jelas oleh penglihatanku.

"Mati ...?" batinku terkejut.

Apakah pemilik buku ini memiliki riwayat penyakit pankreas? Dan apakah benar hidupnya tidak akan lama lagi? Itulah pertanyaan yang saat ini tengah berputar-putar di dalam kepalaku setelah selesai membuka dan membaca isi buku itu. Walaupun tidak semuanya.

Jujur, aku belum pernah melihat catatan pribadi yang seperti ini sebelumnya. Apalagi yang mengatakan jika pemilik buku harian ini akan mati karena kanker pankreas yang dideritanya. Saat aku masih bergelut dengan pikiranku, tiba-tiba saja suara seorang pria yang lembut menginterupsiku dari arah belakang.

I WANT TO EAT YOUR PANCREASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang