✼ ҉ ✼ ҉ ✼ ✼ ҉ ✼ ҉
SOMEWHERE
"Zhan Zhan! Setelah ini, apa kau mau pergi karaoke bersama kami?" Saat itu aku mendengar dengan jelas bagaimana ia menerima ajakan Song Zu'er dengan begitu antusiasnya. Ya, bisa kulihat dari ekspresi wajahnya yang begitu senang saat menerima ajakan temannya itu. Setelah selesai membersihkan papan tulis dengan terburu-buru, ia kemudian berjalan cepat menghampiri Song Zu'er yang telah menunggunya di depan pintu kelas.
Menurutku, ia benar-benar ingin menikmati sisa hidupnya itu selayaknya orang normal pada umumnya. Kurasa. Bagaimana aku bisa mengetahuinya?
Saat itu jam pulang sekolah. Aku tengah membersihkan jendela kelas seorang diri. Dan tanpa sengaja aku melihat Song Zu'er dan juga beberapa temannya datang menghampirinya yang tengah sibuk membersihkan papan tulis. Aku sempat meliriknya sebentar. Dan saat itu pula bertepatan dengannya yang mengiyakan ajakan Song Zu'er untuk ikut pergi bersamanya. Lalu, entah kenapa tiba-tiba saja aku teringat tentang ucapannya saat di pantai kemarin sore itu. Yang terlintas begitu saja dipikiranku tanpa sengaja.
"Karena kupikir ... hanya kau yang bisa memberikanku kehidupan seperti orang normal pada umumnya. Terlepas dari semua kenyataan buruk yang telah kujalani selama ini."
"Dan hanya kau. Hanya kau saja yang tahu kebenarannya tentangku dan masih memperlakukanku dengan sama."
"Kau tahu? Saat bersamamu, aku merasa sangat senang. Karena aku bebas bersenang-senang sesuka hatiku."
"Jika aku ingin memiliki seorang pacar, apakah kau bisa membantuku?"
"Permen karet?" Tiba-tiba saja interupsi dari seseorang yang telah berdiri di sampingku, membuyarkan lamunanku tentangnya. Ternyata itu adalah Yubin. Entah sejak kapan ia telah berdiri di sana. Selalu saja tentang permen karet. Apakah dia ini sebegitu sukanya dengan permen karet?
"Aku tidak mau." Aku hanya meliriknya sekilas. Dan kembali fokus pada pekerjaan awalku membersihkan kaca jendela kelas yang sedikit berdebu.
"Hey! Aku masih penasaran. Apakah kau benar-benar berpacaran dengannya?" Tanpa menyebutkan namanya saja, aku tahu siapa orang yang dimaksudnya itu. Kali ini pasti masih berhubungan dengan gosip yang sempat heboh tempo hari itu.
"Tidak," jawabku singkat sembari terus menyapukan lap di tanganku untuk mengelap debu halus tak terlihat yang masih menempel di kaca jendela. Ada apa dengannya? Kenapa pula ia masih saja menanyakan hal yang sama ini lagi tentang kami? Atau ....
"Benarkah? Tapi, akhir-akhir ini kalian berdua selalu terlihat bersama dan semakin dekat saja. Pasti ada sesuatu diantara kalian, kan?" Ia bergeser dan beralih duduk di bangku yang belum dinaikkan ke atas meja. Sesaat aku terdiam menatapnya. Kenapa ia sebegitu penasarannya dengan gosip itu? Ataukah Yubin menyukainya? Namun, sebelum aku sempat memberikan jawabanku, tiba-tiba saja air muka Yubin mendadak berubah menjadi panik.
"Eh! Tunggu! Tunggu! Jangan berpikiran jika aku menyukainya, ya. Jangan salah paham padaku." Dia ini seperti bisa membaca pikiranku saja. Padahal aku belum sempat berkata apapun padanya.
"Dengar, ya. Aku tidak menyukainya. Aku ini lebih menyukai seseorang yang tenang dan ...." Yubin menghentikan kalimatnya saat Zhao Lusi tiba-tiba saja menghampiri dan memotong pembicaraan kami.
"Hey! Kenapa kau hanya santai-santai?!" tegur Zhao Lusi bersamaan dengan suara pekikan dari Yubin yang menahan sakit karena bokongnya ditendang oleh kaki pendek Zhao Lusi dengan sengaja. Gadis itu menatap kesal ke arah Yubin sembari menjinjing sekantung plastik sampah besar di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WANT TO EAT YOUR PANCREAS
RastgeleHubungan diantara mereka bukanlah semacam hubungan dengan julukan yang pasaran. Bukan itu. Bukan pula hubungan tentang persahabatan ataupun cinta. Namun, lebih daripada itu. Bisa dibilang, hubungan mereka adalah hubungan yang platonis. Dimana sebena...