Happy reading
***
Kini keempat insan tengah duduk di sebuah restoran mewah dengan menyantap makanan yang sudah tersaji banyak di atas meja.
Josselin tengah sibuk makan dengan sesekali menyuapkan makanan kepada Samuel. Sedangkan Marsha sibuk makan dengan ditemani ponselnya sementara Willona, wanita itu tengah menatap tajam kedua pasangan yang tengah memamerkan kemesraannya di depan matanya.
Marsha mengalihkan pandanganya kepada Willona "Willona makanlah makananmu sebelum dingin" ucap Marsha.
Willona yang mendengar ucapan seperti perintah itu langsung meremat sumpit yang ia pegang dan menyiapkan makanannya dengan malas.
Josselin yang memang merasa di tatap sedari tadi hanya memandang bingung kearah Willona, ia tidak faham dan ada apa dengan Willona?
Sementara Samuel yang faham dengan tingkah Willona hanya acuh dan tidak peduli.
"Ada apa dengannya?" bisik Josselin kepada Samuel.
"Entahlah" timpal Samuel.
-
-
-
Setelah selesai mengantarkan sang kekasih pulang dengan selamat Samuel pulang ke rumahnya tentunya dengan Josselin dan lebih tepatnya juga rumah mereka berdua.Yeah benar sekali, Samuel dan Willona tidak lagi tinggal bersama orang tuanya, mereka telah memiliki rumah sendiri hadiah dari pernikahan nya, jangan tanya siapa yang menghadiahkan rumah itu, jawabannya adalah orang tua mereka.
Rumahdengan perpaduan klasik tersebut berada di dekat pusat kota yang pastinya menjadi pusat perhatian warga sekitar juga.
Walaupun mereka hanya berdua bukan berarti rumah yang mereka tempati itu minimalis justru rumah itu mewah tidak kalah megah dengan rumah keluarga Rodriguez.
"Sam bisakah kau tidak meninggalkanku?!" Teriak Willona.
Samuel segera menghentikan langkahnya "ada apa lagi Willona, aku lelah sungguh, bisakah kau tidak menggangguku sehari saja?" Ucap Samuel.
"Setidaknya tunggu aku, aku pun lelah, aku istrimu perlakukan lah aku dengan baik"
"Aku bahkan tidak memukul atau mencekik mu apa itu bukan perlakukan baik?"
Tanpa menunggu jawaban Willona Samuel bergegas pergi menaiki tangga menuju lantai dua tepat dimana kamarnya berada.
Willona yang melihat kepergian Samuel hanya mendengus kesal "sialan"
Samuel sampai di lantai atas tepat dimana kamarnya berada, tapi bukannya Samuel memasuki kamarnya justru ia hanya menatap pintu kamar tersebut.
Terlihat lantai dua yang terlihat sangat luas itu hanya memiliki satu pintu saja yang tidak lain adalah pintu kamar.
"Kenapa kau hanya berdiri? Masuklah" ucap Willona yang tiba-tiba berjalan mendekat kearah Samuel.
"Apa hanya ada satu kamar?" Tanya Samuel.
"Seperti yang kau lihat disini hanya ada satu kamar saja" Willona berucap dengan senyum yang terukir di bibirnya.
Samuel membuang nafasnya kasar "sialan" ia tidak habis pikir dengan orang tuanya yang membelikannya rumah dengan satu kamar saja "aku akan tidur di tempat lain" lanjutnya.
"Apa? Tidur di tempat lain? Sam kita suami istri kita harus tidur di kamar yang sama!" Ucap Willona.
"Hal itu akan terjadi jika menikah dengan cinta, bukan dengan perjanjian dan kerjasama yang konyol" Ucap Samuel.
Samuel bergegas pergi meninggalkan Willona dan menuju lantai utama.
Sedangkan Willona lagi dan lagi hanya menggeram kesal melihat sikap Samuel terhadapnya.
Samuel berjalan menyusuri setiap isi rumah tersebut, terasa asing dan tidak terbiasa.
Samuel berjalan menuju taman belakang yang terdapat beberapa bunga di halaman tersebut. Saat tengah memandang bunga tersebut tiba-tiba sudut bibirnya tertarik dan membuat lengkungan senyum di bibirnya.
Pikirannya tiba-tiba teringat pada Josselin saat melihat bunga-bunga tersebut. Mengingat jika Josselin pandai merawat bunga hal itu terbukti dari bunga tulip yang ia berikan dulu.
"Seandainya kau ada di sini kau pasti menyukainya" gumam Samuel.
Samuel mendudukkan dirinya di kursi taman yang berada di halaman tersebut.
Terasa angin malam yang menyapa kulit dinginnya, dengan suasana yang sunyi membuatnya menjadi sedikit lebih nyaman dan tenang.
Samuel kembali teringat apa yang sedang ia lakukan sekarang, kebohongan dan kepura-puraan untuk melindungi hati Josselin dan melindungi hubungannya.
"Apa aku menjadi manusia yang amat berdosa?"
"Apa Josselin akan meninggalkanku jika ia mengetahui semuanya?"
"Tidak-tidak, Josselin tidak boleh mengetahuinya dan aku harus bisa menyembunyikan sampai semuanya selesai"
Samuel berdialog sendiri seakan-akan tengah menceritakan apa yang dia rasakan kepada angin malam yang tidak bersuara.
"Kenapa hal ini terjadi padaku? Di saat aku menemukan kebahagiaan dari orang lain kenapa aku justru melukai kebahagiaan ku sendiri?"
"Maafkan aku" ucap Samuel dengan lirih.
Sementara itu di lantai atas tepatnya di ruangan yang seharusnya menjadi kamar kedua pasangan ini, justru hanya di huni oleh seorang wanita yang memakai piyama dengan mata yang menyorot tajam ke luar jendela.
"Sialan, apa yg harus aku lakukan untuk membuat Samuel jatuh sepenuhnya kepadaku?" Dialog Willona.
"Apa aku harus menghilangkan Josselin? Tapi bagaimana caranya?" Lanjut Willona.
Tiba-tiba senyum tercetak di bibir tipisnya, lebih tepatnya senyum jahat yang terukir di bibirnya, entah apa yang ia pikirkan yang pastinya itu menakutkannya.
"Haha kau memang pintar Willona" ucapnya membanggakan diri "Baiklah jangan terburu-buru, aku bisa melakukannya secara perlahan" sambungnya.
Willona berbalik dan menghampiri meja nakas tempat dimana benda pintar miliknya berada.
Willona menekan beberapa nomor untuk menghubungi seseorang.
"Temui aku besok di restoran biasa" ucapnya kepada seseorang di sebrang sana.
Willona mematikan kembali ponselnya dengan smirk yang masih menghiasi bibir indahnya
"Permainan akan dimulai Josselin"
_TBC_
KAMU SEDANG MEMBACA
JOSSELIN [ON GOING]
Novela Juveniljosselin seorang gadis yang harus merasakan sakit hati yang teramat sangat ketika kekasihnya sekaligus kebahagiaannya di jodohkan dengan orang lain. *** Josselin gadis 22 tahun yang hidup sebatang kara. Orang tuanya telah meninggal saat josselin ber...