chapter: 19

46 16 8
                                    

Happy reading

***

Samuel berjalan keluar dari ruangan tersebut dengan mata yang memerah. Dia berjalan tanpa memperdulikan sekitar, begitupun dengan para karyawan yang berlalu lalang tidak ada yang berani menyapanya atau hanya sekedar tersenyum, semuanya hanya menunduk saat Samuel berjalan di depannya.

Saat sudah sampai di lantai utama Samuel bergegas keluar untuk menuju parkiran, tapi sebelum tangan kekarnya memegang kenop pintu tiba-tiba suara cempreng menghentikan langkahnya.

"Sam!" teriak Willona.

Benar, Willona masih berada di kantor samuel. Wanita itu setia menunggu Samuel sedari tadi yang mungkin sudah hampir 2 jam Samuel meeting. Willona berjalan kearah Samuel dengan senyum di bibirnya.

"Aku menunggumu" ucap Willona.

"Iya" ucap Samuel singkat.

"Ck bisakah kau tidak bersikap dingin kepadaku? Aku calon istrimu Sam!"

"Aku baru saja melupakan hal itu dan kau kembali mengingatkannya" timpal Samuel yang langsung keluar tanpa memperdulikan Willona.

Willona berdecak pinggang melihat kepergian Samuel. Willona mengikuti jejak kaki Samuel yang menuju parkiran, terlihat jika Samuel sudah berada di dalam mobil sport nya tanpa memperdulikan Willona. Wanita tersebut membuka pintu mobil tersebut dan mendudukkan dirinya tepat di kursi samping kemudi.

Jam sudah menunjukkan pukul 18:22 PM terlihat sunset indah menghiasi langit Los Angeles, matahari yang memancarkan cahaya oren nya kini memenuhi seluruh pusat kota dengan warna indahnya.

Mengingat tentang matahari, dia adalah salah satu cahaya yang tuhan ciptakan untuk sang umat manusia setelah bulan. Cahaya indahnya akan terlihat setiap pagi sampai petang hari. Terkadang ia terlihat kuning dan ia terlihat oren. Tapi kedua warna itulah yang membuat manusia mengagumi keindahannya dan kehangatan yang diberikan dari kedua warna tersebut.

Matahari akan muncul saat pagi hari dari ufuk timur dan akan tenggelam di ufuk barat. Orang-orang selalu memanggilnya sunset saat di sore hari. Sebuah keindahan alam yang selalu dinantikan semua orang, cahaya nya yang membentang di langit selalu jadi objek mata penikmat senja. Tidak sedikit orang mencari pantai yang jauh dari pemukiman warga bahkan tidak sedikit orang yang rela mendaki gunung tinggi dengan menaruhkan segala sesuatu hanya untuk melihat keindahan sunset dari dekat walaupun hanya sesaat. Akan tetapi penikmat sunset tidak memperdulikan keindahan sesaatnya, karena mereka tahu sunset berjanji dia akan kembali.

"Sam bisakah kita mampir di cafe sana?" Ucap Willona.

Samuel tersadar dari lamunannya saat mendengar permintaan Willona. Ia kembali memfokuskan dirinya pada jalanan.

"Untuk apa?" Tanya Samuel.

"Aku ingin membeli minuman, tenggorokan rasanya kering sekali"

Tanpa mengucapkan apapun Samuel langsung membelokkan mobilnya ke arah kiri tempat dimana cafe yang Willona maksud berada.

Kedua manusia itu keluar berbarengan, bukan Samuel ingin menemani Willona membeli minuman, tetapi karena ia juga merasakan tenggorokannya seperti meminta di manjakan.

"Kau akan membeli minuman juga?" Tanya Willona.

"Hm"

"Baiklah tunggulah disini aku akan membelikannya untukmu"

"Tidak perlu" tolak Samuel.

"Tidak apa-apa kau tunggulah disini. Kau menginginkan minuman apa?"

"Coffee Saja"

JOSSELIN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang