Prolog

862 149 38
                                    

Malam itu, hujan turun begitu derasnya. Namun kali ini hujan nya berbeda seakan-akan mendukung suasana yang dingin dan hening di Cafe Bintang, cafe favorit kedua pasang kekasih itu.

"Aku sayang kamu, kamu jangan tinggalin aku. Kenapa sih kamu akhir-akhir ini berubah, Nin" ujar seorang cowok menatap ke arah gadis yang berada dihadapannya itu.

Gadis itupun menatap kembali, sepasang mata di hadapannya itu. "Udah puas bermain nya?" tanya gadis itu yang membuat orang dihadapan nya itu mengerutkan dahi nya.

"Maksud kamu apa sih?" tanya cowok itu sambil meninggikan suaranya.

Gadis itupun sedikit terkejut lalu tersenyum kecil, "Kamu pikir aku gatau apa-apa, kamu menjadikan aku sebagai ajang untuk balas dendam Gar. Sebagai balas dendam, untuk ke mantan aku Gar!" ujar nya sambil berteriak.

"Nin, kamu tau darimana?" lirih cowok itu tak berani menatap gadis di hadapannya itu.

"Capek Gar, nahan semua rasa sakitnya sendirian. Dibanding dengan sikap kamu yang begitu manis, namun ternyata semua palsu ya?Yaudah lah ya? Kita putus aja, udah ketahuan juga kok" ujar gadis itu lalu beranjak.

"Nin jangan seperti ini, aku udah jatuh cinta sejatuh-jatuh nya sama kamu" ujar cowok itu sambil menatap gadis itu. Menatapnya sangat dalam.

"Untuk apa jatuh cinta setelah membuat orang patah hati, Gar?" tanya gadis itu yang membuat lagi lagi cowok tersebut terdiam.

"Nin, itu dahulu. Sekarang, aku benar-benar jatuh cinta. Karena kamu aku menjadi tau apa itu cinta dan tidak tersulut oleh emosi dan api balas dendam lagi Nin" ujar cowok itu.

Gadis itupun tertawa pelan, "Udah terlambat, semuanya udah terlambat. Penyesalan apapun itu, semua udah lewat Gar. Jadi kita sudahi ya drama ini. Capek tau" ujar gadis itupun beranjak dari tempatnya.

Meninggalkan cowok itu sendirian, di cafe penuh kenangan itu. Cafe yang dipenuhi canda tawa terngiang-ngiang di benak cowok itu. Penyesalan yang teramat pun hadir pada hati kecil nya yang terdalam.

Hujan malam itu sangat mengerikan bagi keduanya, rasa sakit yang sangat teramat itu dirasakan oleh keduanya. Namun apalah daya, mereka juga tidak bisa apa-apa. Mereka hanya bisa mengikuti alur yang tersedia.

Nyatanya yang hampir sama rasa sakitnya dengan kehilangan untuk selamanya yaitu kehilangan dalam keadaan asing. Dia ada, raga nya ada namun hati dan segala yang ada pada dirinya tidak bersama kita.

Lintang Tenggara [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang