Rumah Tenggara 🏠🏡

135 87 23
                                    

"Gar kayanya lo kelupaan sesuatu deh" ujar Anin yang membuat cowok disebelahnya itu kebingungan.

"Gue ketinggalan apa Nin?" tanya Tenggara yang membuat gadis cantik disebelahnya itu menatap nya kesal.

Tenggara yang tidak mengetahui hal itupun hanya kebingungan, "Gar, proposal, proposal setelah event kan ada di lo" ujar Anin yang membuat Tenggara menepuk dahi nya cukup keras.

"Duh Nin, maaf maaf, lagi ga fokus. Hari ini ya ketemu kepala sekolah nya?" tanya Tenggara yang membuat Anin menarik nafasnya panjang.

"Yaudah, ayo masih 30 menit. Rumah lo kan deket, ayo kerumah lo ambil" ujar Anin yang membuat cowok itu sedikit gugup.

"Ayo Gar? Ngapain diam aja, nanti keburu telat loh" ujar Anin lagi yang hanya di setujui Tenggara.

Mereka pun menaiki motor Tenggara, untuk pergi kerumah nya. Sedangkan, Tenggara pun sedang gugup sekali. Takut orang tua nya masih berada di rumahnya bagaimana jika Anin tau?

"Bi" ujar Tenggara sambil memasuki rumah.

"Eh den Tenggara, kenapa pulang? Ada yang ketinggalan?" tanya bibi yang diangguki cowok itu.

"Mama Papa masih ada?" tanya Tenggara yang diangguki pelan oleh bibi.

"Aduh" ujar Tenggara lalu melihat ke arah Anin yang terpesona dengan rumah Tenggara yang begitu asri.

"Siapa den?" tanya bibi, yang membuyarkan lamunan Tenggara.

"Teman, Gara bi. Ada proposal ketinggalan, bisa ga sih Tenggara lewat?" tanya cowok itu.

"Ah! Bibi punya rencana, bawa aja non nya masuk. Pasti nyonya sama tuan gabakal macam-macam" ujar bibi yang disetujui cowok itu.

Tenggara pun mempersilahkan Anin untuk masuk, rumah besar itu memberi kesan elegan untuk Anin. Lalu pandangan nya berfokus kepada kedua orang tua Tenggara yang tengah makan di meja makan itu.

"Pa, Ma, ini ada teman Gara. Tunggu sebentar ya, gue ambil proposal" ujar Tenggara yang diangguki Anin.

"Hallo tante om" ujar Anin sambil menghampiri kedua orang tua Tenggara sambil bersalaman.

"Iya hallo, teman sekolah?" tanya Mama dari Tenggara yang diangguki oleh Anin.

"Teman sekelas tante, juga Anin Wakil Ketua OSIS, dan Tenggara nya Ketua OSIS" ujar Anin sambil tersenyum.

"Udah sarapan?" tanya Papa Tenggara yang diangguki lagi-lagi oleh Anin.

"Sudah om, lanjutin om tante makan nya. Kayanya, Gara udah turun" ujar Anin, yang dibalas senyuman oleh kedua orang tua Tenggara itu.

"Yaudah Ma, Pa, Gara pamit" ujar Tenggara lalu ditahan oleh Anin.

"Loh heh, salam dulu. Gue aja udah salam" ujar Anin, yang membuat seisi rumah terdiam.

Tenggara pun menatap ke arah, kedua orang tuanya itu. Lalu pamit dan bersalaman, akhirnya setelah beberapa tahun terakhir. Tenggara pun bersalaman dengan kedua orang tua nya lagi.

"Udah, ayo ah Nin, ntar telat" ujar Tenggara yang diangguki oleh Anin.

"Tante, Om, bibi, Anin pergi dulu ya sama Tenggara" pamit Anin yang dibalas lambaian singkat oleh bibi.

"Iya, hati-hati anak cantik" ujar Mama.

"Hati-hati Nin, jangan ngebut bilang Gara" ujar Papa yang membuat bibi terheran-heran dengan majikan nya yang sudah lama tidak tersenyum dan berbicara panjang lebar.

"Orang tua lo baik Gar" ujar Anin sambil duduk di jok belakang motor Tenggara.

"Baik dihadapan lo doang, Nin. Dibelakang lo udah kayak setan kerasukan" batin Tenggara.

"Tapi kok bisa ya Mama Papa baik banget sama Anin, kok bisa ya Anin, ngeluluhin hati dingkn Mama sama Papa?" batin Tenggara lagi, cowok itu yang sibuk berperang dengan fikiran nya itupun membuat Anin merasa terabaikan.

"Oh iya, langsung ke Kepala Sekolah yuk" ujar Anin yang disetujui oleh Tenggara.

"Ibu bangga sama kalian, kalian hebat. Event kemarin jalan sukses! Bahkan performa kalian di fashion show tembus trending nomor 1. Ga sia-sia kalian terpilih menjadi Ketua dan Wakil OSIS" puji kepala sekolah.

Kedua nya pun tersenyum kecil, "tanpa support sekolah kami juga gabisa bu. Terimakasih sudah meng-support OSIS ya" ujar Tenggara yang diangguki oleh kepala sekolah itu.

"Oh iya besok ada seminar, kalian ada ulangan enggak?" tanya kepala sekolah.

"Seingat Anin, enggak ada ibu. Seminar dimana, dan seminar tentang apa ya bu?" tanya Anin.

"Baguslah kalau tidak ada, ini, seminar untuk pergaulan sekarang. Nanti, kalian akan membuat event juga. Setelah melihat seminar itu" ujar ibu kepala sekolah menerangkan.

"Apa kalian bisa?" tanya nya kembali, Anin dan Tenggara pun mengangguk mantap tanda bisa.

"Bagus, sekarang kalian bisa kekelas ya" ujar nya yang membuat Anin dan Tenggara berpamitan untuk dapat pulang ke kelas mereka.

"Yay dispen" ujar Anin yang membuat cowok disebelahnya itu tersenyum kecil.

"Kenapa semangat amat?" tanya Tenggara, yang memberhentikan langkah Anin.

"Yah, bosan sih disekolah mulu. Belajar mulu, mending healing. Tapi capek juga sih event mulu" ujar Anin yang membuat Tenggara gemas.

Tenggara pun mengacak-acak rambut Anin, lorong yang sepi itu membuat Anin mematung. "Ih apaan sih Gar, rambut gue jadi nya berantakan nih" ujar Anin.

"Haha iya maaf-maaf. Lagian, kamu lucu banget. Untum event semangat ya!" ujar Tenggara sambil merapikan rambut Anin agar seperti semula.

Mereka pun mengikuti pelajaran hari ini, yaitu Matwa atau Matematika wajib, dan juga biologi. Pelajaran yang cukup menyenangkan, karena tidak ada tugas maupun pr. Membuat mereka dapat istirahat malam ini.

"Gar, Nin" ujar salah satu anggota OSIS yang merupakan sekretaris OSIS itu menghampiri mereka berdua yang baru saja keluar dari kelas.

"Kata kepsek, kalian mau ini ya, dispen besok" ujar nya yang diangguki oleh mereka berdua.

"Nih surat nya udah gue bantu bikinin, satu untuk kelas. Satu untuk biar kalian bisa keluar dari piket" ujar salah satu anggota OSIS itu sambil memberikan kartu dispen.

"Makasih loh ya, oh iya besok ada rapat?" tanya Tenggara yang dibalas gelengan oleh sekretaris itu.

"Enggak ada Gar, adanya lusa. Kan katanya kita mau bikin event baru" ujar nya.

"Oh iya, gue lupa. Oke deh kalau gitu, sekali lagi thanks" ujar Tenggara yang diangguki oleh nya.

"Sibuk juga ya jadi anak OSIS" ujar Anin yang membuat Tenggara tertawa.

"Siapa suruh jadi OSIS" ujar Tenggara yang membuat Anin cemberut.

"Ululu capek ya, gapapa deh, yang penting bisa dispen. Bisa terkenal lagi" ujar Tenggara yang membuat Anin masih dengan wajah cemberut nya itu.

"Bagaimana kalau beli roti bakar didepan sekolah?" tanya Tenggara lalu diangguki cepat oleh Anin.

"Yey yey, roti bakar. Gas roti bakar menunggu, ayoo" ujar Anin sambil menggandeng tangan Tenggara.

Cowok itupun tersenyum, gampang sekali untuk merubah mood gadis itu. Tapi, sepertinya ia suka dengan segala sikap dan mood yang diperlihatkan oleh Anin. Dan bahkan semua tentang Anin selalu ia sukai.

Lintang Tenggara [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang