Anin, Tenggara & Cafe Langit

102 55 13
                                    

"Libur gini enaknya ngapain ya" ujar Anin sambil memainkan handphone nya.

Hari ini merupakan hari sabtu, yang di mana adalah weekand. Hari yang ditunggu oleh banyak orang, ntah itu untuk sekedar istirahat maupun untuk rehat sejenak dari kesibukan di sepanjang minggu. Itu juga yang dipikirkan oleh Anin. Namun, sepertinya gadis itu gampang sekali bosan.

"Anin, Ayah manggil tuh" ujar Bunda sambil berteriak, Anin yang mendengar itupun lalu bergegas meninggalkan handphone nya lalu keluar untuk menemui sang Ayah.

"Kenapa Yah? Manggil-manggil, kangen kahh" ujar Anin sambil meledek sang Ayah itu.

Sang Ayah yang sedang sibuk membaca koran itu, lalu menatap putri semata wayangnya itu. "Mau kemana weekand gini?" tanya sang Ayah yang membuat Anin tertawa pelan.

"Gatau ah, bosan sih, cuma yauda dirumah aja. Kenapa gitu Yah?" tanya Anin.

"Gini loh nak, Ayah sama Bunda ada acara untuk menghadiri pernikahan rekan kerja Ayah" ujar sang Ayah yang membuat Anin memotong ucapan nya itu.

"Yaudah Ayah! Pergi aja gapapa, Anin bisa kok sendiri dirumah santai" ujar Anin yang membuat Ayah memegang tangan anak nya tersebut.

"Ayah, Bunda tau kok Anin udah besar. Tapi, tetap aja sayangnya Ayah, Ayah gabisa ninggalin anak Ayah sendirian" jelas sang Ayah yang membuat Anin terdiam seketika.

"Yaudah yaudah, Ayah sama Bunda pergi kapan? Nanti Anin ajak Tenggara main deh" ujar Anin yang membuat sang Ayah kembali tersenyum.

"Ayah sama Bunda pergi sore ini, pulang malem. Kalau bisa kamu nginap aja" ujar Ayah yang membuat Anin mengerutkan dahi nya.

"Yakali kan Yah, Anin nginap dirumah Tenggara, apa kata orang" ujar Anin, sang Ayah pun menyetujui nya.

"Yaudah, Ayah sama Bunda usahain pulang enggak lewat jam 9 malam ya" ujar Ayah yang diangguki setuju oleh Anin.

Sore itu, Anin pun menelpon Tenggara, "Hallo Gar? Sibuk enggak" tanya Anin dari telpon nya itu. Sontak membuat Tenggara yang baru saja bangun tidur kaget.

"Enggak sibuk sih Nin, ada apa emangnya? Ada perlu kah?" tanya Tenggara yang membuat Anin terkekeh pelan.

"Iya nih, Ayah Bunda ada acara gitu, nikahan. Jadi gue sendirian dirumah, pergi ke Cafe Langit yuk! Ayah gabolehin gue sendirian katanya sama Tenggara aja" ujar Anin menjelaskan.

"Yaudah gue jemput lo sekitar 15 menit lagi gapapa?" tanya Tenggara yang langsung ditolak oleh Anin.

"Gue berangkat sendiri aja Gar, Ayah Bunda udah mau pergi nih. Aman gue bisa sendiri kok" ujar Anin yang disetujui oleh Tenggara lalu mereka memutus sambungan telpon itu.

"Ayah Bunda hati hati ya, Anin berangkat dulu" ujar Anin sambil berpamitan kepada kedua orang tuanya.

"Loh enggak di jemput Tenggara, Nin?" tanya sang Bunda yang dibalas gelengan singkat oleh gadis itu.

"Enggak Bun, Anin langsung ketemu Gara nanti disana" ujar Anin yang hanya di angguki oleh sang Bunda itu.

Anin pun bergegas berjalan kaki menuju Cafe yang tak begitu jauh dari rumahnya itu. Gadis itu tanpa sengaja bertemu dengan seseorang cowok yang menurutnya pernah ia kenali. Tunggu, dia adalah Biru! Sang mantan, yang sudah belakangan ini tidak pernah ia temui lagi.

"Anin? Ngapain disini udah sore" ujar Biru yang membuat Anin tersenyum kikuk.

"Mau ke Cafe Langit, Ru, Lo sendirian ngapain disini?" tanya Anin tanpa sengaja menggunakan kata lo-gue nya itu yang membuat Biru terdiam.

"Aku mau ke taman, Nin, ya kamu tau sendiri. Biasanya kan sore sore kita ke taman" ujar Biru yang membuat gadis itu terdiam.

"Mau aku anter? Kasian sore sore sendirian" ujar Biru lagi yang menyadarkan Anin.

Gadis itu hanya mengangguk-anggukan kepala nya pelan. Akhirnya, sore itu Biru berjalan bersama Anin menuju ke arah Cafe. Sebenarnya tidak begitu jauh jarak antara pertemuan mereka hingga Cafe, namun keheningan memeluk kesepian pada sore itu. Membuat jarak yang dekat terasa sangat amat jauh.

"Hallo Nin, gue udah pesan meja tuh. Tempat favorit lo" ujar Tenggara lalu terdiam melihat cowok yang berada di samping gadis cantik itu.

"Hai Gar udah lama nunggu?" tanya Anin yang di balas gelengan oleh Tenggara.

Tenggara dan Biru pun berjabat tangan sambil menetralkan wajah mereka. "Kok kamu gabilang Nin, mau ketemuan sama Gara" ujar Biru yang membuat Anin tersenyum kecil.

"Maaf Ru, kamu ga nanya juga sih" ujar Anin yang membuat Tenggara merasa seperti orang ketiga disana. Juga dengan gaya bicara Anin dengan kata 'aku-kamu' membuat Tenggara semakin merasa tak nyaman disana.

"Lo mau ikut gabung?" tanya Tenggara yang dibalas gelengan singkat oleh Biru.

"Enggak mau ganggu, aku pamit dulu ya Nin, mau ke taman biasa. Kalau pulang mau di jemput boleh hubungi aku ya" ujar Biru yang diangguki oleh Anin.

Gadis cantik itu tampak tersenyum manis hingga melambaikan tangan nya ke arah Biru, sosok itu sudah semakin jauh menghilang dari pandangan mereka.

"Oh iya, dimana tadi duduknya" ujar Anin lalu diarahkan oleh Tenggara ke meja mereka.

"Gue udah pesanin minuman favorit lo, jadi ga nunggu lama" ujar Tenggara, tampak senyuman terbit di bibir indah Anin.

"Lo suka banget ya senyum" ujar nya kembali membuat Anin terdiam.

"Stop! Jangan bikin salting, gue udah tau arah kemana" ujar Anin yang membuat tawa Tenggara hadir, disusul oleh tawa Anin.

Cafe Langit sore itu dipenuhi canda dan tawa oleh mereka. Bahkan hingga pukul 8 lewat mereka masih setia disana. "Laper ga sih?" tanya Tenggara yang diangguki Anin.

"Yaudah kita makan dulu ya" ujar Tenggara lalu memesan makanan untuk mereka malam ini.

Setelah makanan datang mereka pun menyantap makanan itu. Sambil melihat ke arah jam yang sudah pukul 9 kurang, mereka pun bergegas ingin pulang. Namun, sayang hujan mengguyur sebagian wilayah mereka.

"Gue suka banget sama hujan" ujar Anin sambil bermain dibawah hujan yang deras itu.

"Sini Gar, main hujan!" teriak Anin, namun ditolak begitu saja oleh cowok itu.

"Gue takut hujan" ujar Tenggara yang membuat Anin terdiam lalu menghampiri cowok itu.

"Hujan itu seru, Gar. Gaboleh takut, lawan rasa takutnya yuk! Main sama gue" ujar Anin lalu menarik Tenggara menuju derasnya hujan pada malam itu.

"Anin, gue takut" ujar Tenggara sambil menatap gadis cantik dihadapan nya yang sudah basah kuyup itu.

"Gapapa Gar! Lawan, ada gue disini" ujar Anin sambil memegang tangan dingin milik dari cowok itu.

Malam itu, merupakan malam minggu, yang tanpa mereka sadari sudah mereka lewati dengan bermain hujan juga duduk di Cafe langit. Tenggara merasa hati nya menghangat, akibat sudah lama tidak bermain hujan membuatnya merasa kembali senang.

Dulu, Tenggara sangat menyukai hujan. Namun semenjak kejadian itu, cowok itu sangat takut dengan hujan. Setelah bermain hujan akhirnya Tenggara mengantarkan Anin, yang dimana pas saat orang tua dari Anin baru saja pulang dari acara mereka.

Lintang Tenggara [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang