Merelakan Impian ‼️

53 20 1
                                    

"Gara, Papa dan Mama pulang malam lagi. Kamu makan sendiri ya, malam ini," ujar sang Papa yang membuat tarikan nafas panjang dari sang anak itu.

"Lagian semenjak, Naya pergi kalian juga udah gaada waktu untuk Tenggara. Kalian ini, yang pergi Naya kenapa jiwa kalian juga ikutan pergi?" tanya Tenggara sambil menatap mata kedua orang tuanya itu.

Tatapan nya kosong, Tenggara juga bingung, mengapa kedua orang tuanya kini begitu menghilang. Seperti terbawa oleh kepergian dari sang adek. Kedua orang tuanya pun menarik nafasnya panjang.

"Kamu gatau apa-apa Gara, sebaiknya kamu gausah banyak gaya. Kamu makan sama bibi aja, gausah capek-capek ngurusin Mama dan Papa." Sang Papa pun langsung meninggalkan istri dan anak nya yang masih berada di ruang keluarga.

"Anak Mama, Mama minta maaf, atas perlakuan Papa dan Mama. Tapi, sejujurnya kami belum sembuh dari luka kepergian adekmu. Beri waktu ya? Karena itu juga merupakan obat dari kepergian." ujar Mama lalu beranjak pergi meninggalkan Tenggara.

Cowok itu hanya melihat ke arah ruang keluarga, seluruh memori dan kenangan yang terdengar masuk ke telinga dan terus berputar di fikiran nya. Begitu berisik membuat ruang sepi ini, nanar sangat membuat nya takut.

"Mama... Papa... Peluk Tenggara.." lirih cowok itu sambil memeluk tubuh nya sendiri. Cowok itu pun menatap ke arah sekeiling rumahnya.

"Den Gara!" ujar Bibi sambil memeluk tubuh anak dari majikan nya itu.

Bibi memeluk Tenggara, didalam keheningan dan kegelapan rumah. Cowok itu berusaha di tenangkan, akan tetapi yang harusnya di tenangkan adalah fikiran dan suara yang berisik itu. Nyatanya, rumah itu hening tanpa ada kebisingan. Mengapa Tenggara merasa disana sangat berisik?

"Den Gara, jangan gini den. Bibi tau den Gara sibuk. Jangan seperti ini den.." lirih Bibi sambil menenangkan Tenggara. Cowok itu menangis didalam diam.

Memilih untuk memejamkan matanya dan merasakan begitu sakitnya yang teramat. Memilih untuk tertidur di pelukan sang Bibi. Nyatanya, cowok itu memilih untuk tidur di pelukan kenangan yang menjadi rasa sakit yang sangat luar biasa itu.

Sang Bibi yang menyadari bahwa anak majikan nya itu tengah tertidur pulas di dalam pelukan nya pun membawa Tenggara untuk menuju kamarnya. Tubuh besar Tenggara yang membuat sang Bibi sedikit kesulitan.

Namun, ia tidak menyerah, dengan seluruh keluarganya ia berhasil membawa cowok itu menuju kamar dan membaringkan nya di kasur. Tak lupa untuk menyelimuti Tenggara.

"Mungkin, sekarang hidup kamu sedang sudah den, tapi percayalah takdir tuhan itu yang terbaik. Semangat ya, Bibi selalu disini," ujar Bibi lalu beranjak meninggalkan Tenggara yang tertidur itu.

Tengah malam pun tiba, cowok itu pun mengucek matanya lalu mengedarkan pandangan nya. Melihat ke seluruh bagian kamar yang begitu sepi dan gelap. Kepalanya sangat pusing, mengingat siapa yang membawanya hingga kerumah. Ternyata sang Bibi yang membawa nya.

Cowok itu membuka benda pipih pada genggaman nya itu. Mencari cari nama dari media sosial milik Biru. Alasan terbesar sang adek bunuh diri dan membuat keluarganya berantakan.

"Jadi ini, akun yang buat adek seperti ini?" gumam cowok itu sambil mencari lebih dalam tentang Biru.

Anak SMA Bintang Harapan, yang merupakan seangkatan dengan dirinya itu hanya berbeda sekolah membuat ia semakin memiliki ide untuk pindah ke sekolah Biru. Ia pun mendapati salah satu foto di postingan Biru, yang di mana cowok itu menampilkan pacarnya.

"Cantik, Anindira Clarissa Tamara. Tapi tunggu dulu, ini ulahmu! Ulahmu yang membuat adekku bunuh diri!" teriak Tenggara sambil menunjuk gadis cantik itu.

Lintang Tenggara [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang