Persiapan Fashion Show💐✨

194 103 33
                                    

"Anin udah setengah 6, belum mau pulang?" tanya Tenggara melihat gadis itu yang sangat sibuk untuk mempersiapkan event yang akan hadir pada 2 hari lagi.

"Sabar dong Pak Ketua! Ibu Wakil masih masih di perluin nih" ujar salah satu anak bidang Perdekdok atau yang sering dikenal dengan Perlengkapan dekorasi dan juga dokumentasi.

Anin pun tertawa pelan, memang gadis itu hanya mengawasi dan memantau. Namun namanya juga perempuan pasti akan sangat membantu dalam menata dan menyusun suatu acara.

"Oh iya Nin, untuk kelas kita siapa yang mau maju untuk Fashion Show nya?" tanya cowok yang berada disebelahnya.

Anin pun menepuk dahi nya pelan, "Oh iya gue lupa" ujar Anin yang sibuk mengetik pada handphone nya.

"Nin ini banyak chat banget masuk di handphone lo" ujar Tenggara sambil melihat ke arah handphone Anin yang terus berbunyi.

"Sabar Gar! Gue lagi bantu masang banner nih, mending lo kesini bantu dulu" ujar Anin yang diangguki Tenggara.

Cowok itupun dibawah melihat Anin yang sibuk membantu memasang banner. "Nin hati hati" ujar Tenggara saat Anin kehilangan keseimbangan nya lalu terjatuh.

Untung saja Tenggara sangat gercep untuk membantu Anin. Memeluk tubuh gadis itu agar tidak terluka. "Lo gapapa kan Nin? Ada yang luka ga?" tanya Tenggara sambil melihat Anin.

"Kalian juga, banyak kok yang cowok kenapa harus Anin juga sih?" tanya Tenggara dengan menaikan sedikit nada nya.

Anin pun menenangkan Tenggara, "Gapapa Gar, udah tadi gue juga yang mau kok" ujar Anin yang membuat cowok itu menarik nafasnya pelan.

"Oh iya Nin, udah selesai kan? Pulang yuk" ujar Gara saat melihat sekolah yang semakin sepi.

"Bentar Gar, kok anak kelas banyak yang tag kita ya" ujar Anin yang baru sadar dengan notif di handphone nya yang sudah 99+ itu.

Tenggara pun ikut melihat kearah layar handphone Anin, karena handphone nya yang sudah kehabisan baterai. Banyak sekali dari teman sekelas mereka yang menyuruh mereka untuk mengikuti fashion show.

"Emang boleh ya, Ketos sama Waketos ikut lomba juga?" tanya Anin kebingungan.

"Boleh aja sih sebenarnya, Nin. Kalau udah kesepakatan bersama mah" jawab Tenggara yang diangguki Anin.

"Laper, makan dulu yuk! Cafe biasa aja Cafe Langit!" ujar Anin bersemangat. Tenggara pun hanya menangguki perkataan gadis itu.

Sesampainya di Cafe mereka pun memesan makanan untuk mereka makan malam ini. Anin dan Tenggara pun lenyap didalam keheningan, mereka sama sama sibuk menatap ke layar laptopnya.

Hingga Tenggara membuka topik pembicaraan lagi, "Nin kita pake apa? Nyewa gitu" tanya Tenggara yang membuat Anin terlihat kebingungan.

"Hmm iyaa sih, bingung. Butik tante aku aja kali ya" ujar Anin yang disetujui Tenggara. Hingga makanan nya datang, mereka sibuk membahas konsep untuk baju mereka yang akan mereka pakai fashion show beberapa hari lagi.

Hingga makanan mereka pun datang, mereka pun mulai makan kembali dengan keheningan. Hingga sesampainya dirumah Anin pun langsung memasuki rumah, karena hari sudah sangat amat malam.

"Hallo anak Ayah udah pulang aja nih, gimana hari ini sayang?" tanya sang Ayah menyambut Anin didepan pintu.

"Baik Yah, cuma lagi capek aja Anin. Oh iya Anin juga dipilih untuk Fashion Show loh, sama Tenggara" ujar Anin menceritakan hari nya.

Sang Ayah pun mendengarkan segala cerita putri kesayangan nya itu, mulai dari keluh kesah hingga rasa capek yang ia rasakan di sela itu sang Bunda pun datang dari kamar karena ingin minum air putih. Namun malah mendapati sang anak yang sibuk dengan sang suami.

"Ngomongin apa itu? Kok Bunda ga diajak. Oh iya Nin, kamu udah makan belum?" tanya Bunda yang membuat mereka berdua kaget.

"Ya Allah Bun, bikin kaget Anin sama Ayah aja. Tadi kan Bunda tidur gimana mau diajak omong. Kalau makan aman Anin udah makan sama Tenggara tadi" ujar Anin menjawab satu persatu pertanyaan sang Bunda.

"Oh iya Bun, besok Anin sama Tenggara mau ke butik tante ya. Buat cari baju untuk Fashion Show" jelas Anin yang diangguki Bunda.

"Yaudah, udah malam banget. Tidur Nin, istirahat ya" ujar sang Ayah yang diangguki Anin dan setelah berpamitan gadis itu pun masuk kedalam kamarnya.

Sedangkan di rumah Tenggara, Prangg! suara pecahan kaca itu terdengar sangat kencang. Tenggara hanya menatap aksi itu, sudah terbiasa dengan barang-barang pecah dirumahnya.

"Gara! Kenapa kamu baru pulang, sudah malam begini. Mentang-mentang saya dan istri saya tidak ada dirumah kamu berlagak seenaknya ya!" ujar pria itu sambil meninggikan suaranya.

"Saya ada urusan" jawab Tenggara dengan nada yang cukup menekankan.

Wanita yang berada disebelah pria itu pun menampar Tenggara, tanpa rasa kasihan sedikit pun. "Malu-maluin, hanya keluar saja terus! Prestasi tidak ada" ujar wanita itu.

"Mama dan Papa tau apa tentang saya? Saya diterima di kelas unggulan, dikelas Mipa menjadi juara nomor 2 paralel yang tidak pernah ada yang berhasil menurunkan. Saya menjadi Ketua OSIS, saya menjadi Ketua Basket itu masih kurang?" tanya Tenggara yang membuat kedua orang tuanya itu terdiam.

"Oh atau Papa dan Mama tidak tau bahwa Tenggara sudah banyak mencetak prestasi? Oh tentu yang kedua, karena kalian hanya sibuk, mencari uang, uang dan uang!" ujar Tenggara lalu pergi menaiki tangga menuju kamarnya.

Malam itu, lagi-lagi Tenggara tidur dengan rasa sakit. Bukan-bukan, rasa sakit akibat tamparan dari sang Mama. Namun omongan dari kedua orang tua nya yang begitu menyakitkan.

Hingga handphone nya berdering, melihat nama 'Anindira' di layar handphone nya lalu mengangkat telpon nya.

"Hallo kenapa Nin?" tanya Tenggara, hingga di jauh sana mendengar suara Tenggara menutup wajahnya malu.

"Hallo Nin?" tanya Tenggara lagi menyadarkan lamunan nya.

"Eh iya Gar, sudah tidur? Maaf menggangu" ujar Anin yang merasa tak enak menggangu malam malam.

"Engga, belum tidur Nin. Kenapa? Ada yang bisa gue bantu, gue disini siap mendengar keluh kesah lo" ujar Tenggara sambil tersenyum.

"Heheh Gar, ini loh File yang kita bahas untuk desain kayanya ketukar sama punya lo" ujar Anin yang membuat Tenggara tertawa pelan.

"Yaudah besok pagi pagi banget gue anterin ya, sekalian pergi bareng gimana?" tanya Tenggara.

Anin menangguk pelan, "Boleh Gar, sarapan dirumah ya! Bunda masak banyak katanya, dengar lo mau kerumah" ujar Anin yang disetujui Tenggara.

Saat ingin menutup telpon, Tenggara pun berkata, "Nin maaf, bisa jangan tutup telpon nya? Rumah sepi, gue agak takut" ujar Tenggara ragu.

"Boleh kok Gar! Nanti gue nyanyiin" ujar Anin sambil tertawa pelan.

"Eh jangan seneng dulu, gue juga gabisa nyanyi soalnya, jadi maaf jelek" ujar Anin.

"Lo tetap cantik kok, Nin" ujar Tenggara yang berhasil untuk membuat Anin tersipu malu.

Malam itu, Tenggara tidur setelah mendengarkan nyanyian, Anin. Tanpa sengaja mereka seperti Sleepcall tadi malam. Suara lembut Anin yang tulus, membuat hati Tenggara hangat.

Lintang Tenggara [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang