Sorry banget baru up😭
Yang udah pernah baca chapter 11, boleh baca ulang, karena ada revisi.
Maaf banget judul chapter-nya aku ganti, dan maaf banget kalo chapter ini gak maksimal, akhir-akhir ini aku lagi capek banget🥺
Jangan lupa voment ya❤️
°°°°°
Menginjak pertengahan November, kondisi cuaca mulai mengalami pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan. Wajar saja, ini sudah akhir tahun, jadi tak heran kalau antek-antek air hujan mulai turun menyerbu tanah perkampungan ini.
Tepat setelah guru pendidikan kewarganegaraan berhenti berceloteh mengenai bagaimana cara hidup rukun di lingkungan sekolah dan masyarakat, tiba-tiba bel yang menandakan waktu pulang berbunyi nyaring dan masuk menyelinap seluruh kelas, sontak saja itu membuat semua atensi murid teralihkan. Para guru yang mengajar segera menutup proses pembelajaran hari itu dan memerintahkan anak-anak didiknya untuk berdoa sebagai persiapan pulang.
Setelah guru pendidikan kewarganegaraan mengucap salam penutup dan berangsur keluar dari area kelas yang tengah diajarnya, tiba-tiba saja suara gemuruh menyeruak membuat kaget anak-anak di sana. Mereka yang sudah berjalan sampai gerbang depan sekolah lantas berlari kembali menuju kelas mereka, akibat hujan yang tiba-tiba menyerbu hebat. Sebagian dari mereka banyak yang menggerutu dan mengeluh dikarenakan hujan yang turun tiba-tiba, dan itu membuat mereka yang tak membawa payung maupun jas hujan tak dapat pulang dan terjebak di sekolah entah sampai pukul berapa.
Namun, tak sedikit juga anak yang justru merasa senang karena hujan datang menerjang. Tidak lain dan tidak bukan, salah satu dari mereka adalah Boni dan Edi. Mereka justru berseru riang kala hujan turun, karena dua bocah bangor itu doyan bermain hujan meskipun berjuta kali telinga mereka dipelintir oleh Ibu mereka, apalagi kalau bukan karena bermain hujan.
"Edi, cepat!" Boni yang sudah berdiri diambang pintu memanggil Edi yang masih sibuk memasukkan acak seluruh buku dan alat tulisnya ke dalam ransel.
Merasa sudah ditunggu, Edi tergesa-gesa mengangkut ranselnya ke atas pundak dan berlari kecil menuju Boni tanpa memperhatikan ada sesuatu yang harus dia lakukan hari ini. Sedangkan di sisi lain, Akash yang sudah berada di sudut ruangan kelas sambil memegang sapu dan pengki sedikit berdecak sebal sambil memandangi punggung Edi yang mulai menjauh.
"Dia tidak piket lagi hari ini?" Akash bergumam.
Salah satu gadis yang tengah terduduk di tempatnya yang tak jauh dari Akash berdiri, dia menyadari apa yang baru saja dikatakan oleh Akash. Gadis itu bergegas berdiri, beranjak keluar kelas untuk memergoki si biang malas.
"Kita terjang sekarang?" Boni yang tengah mendongak memandangi air hujan, lalu mengalihkan tatapannya pada Edi yang ada di sampingnya sambil menyeringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Kertas Untuk "BAPAK"
Ficção GeralTidak ada yang semudah itu mengatakan "aku baik-baik saja" setelah adanya perpisahan. Tidak ada yang semudah itu mengatakan "aku kuat" setelah ditinggalkan. Hanya sepucuk kata "rindu" yang mampu tersampaikan, meskipun pada kenyataannya Tuhan tetap m...