12.

123 15 0
                                    

***

"Eh Thalia. Kapan pulang?"

Saat Thalia baru saja sampai di depan rumah Opanya, ternyata Kalila sedang mengantar anak pertamanya dan Naufal yang sedang jajan siomay di depan rumah.

Thalia langsung menyalami tantenya, dan menciumi pipi adiknya dan sepupunya, Ara.

"Baru aja nyampe Bandung. Tadi ke rumah, tapi katanya di rumah gak ada siapa-siapa. Bunda juga malah suruh ke sini. Emang ada apa, kok bi Tati sama Naufal juga di sini?"

"Masuk dulu aja, Thal. Nanti dijelasin di dalem, kamu istirahat dulu sana. Capek loh abis perjalanan."

"Assalamu'alaikum."

Salam Thalia pun mendapat jawaban dari beberapa orang.

Ternyata di ruang tengah sudah ada Opa Omanya Thalia, bi Tati, suami tantenya bersama putri kecilnya yang tidak jadi merayakan ulang tahun, dan juga Om Andi bersama istrinya yang sudah lama tidak ia lihat.

Wajar sih Thalia jarang melihat kakak dari ayahnya dan istrinya itu, karena mereka tinggal di Singapura.

Thalia pun langsung bergegas menyalami semua yang ada di ruangan tersebut.

Thalia melirik sekilas Andi yang dari sudut matanya seperti tengah intens menatapnya. Saat Thalia melirik, Andi terlihat seperti mengalihkan pandangannya.

"Kenapa pulang sayang? Emangnya gak capek abis latihan langsung pulang?"

Sebelum menjawab pertanyaan Omanya, Thalia memilih untuk melepaskan ransel dari punggungnya terlebih dahulu, lalu mendudukan tubuhnya di sofa kosong di samping Omanya.

"Enggak kok oma. Tadinya mau kasih surprise buat ayah, tapi ayah sama bundanya malah gak ada. Malah disuruh ke sini juga. Ini ngumpul-ngumpul, lagi mau ada acara ya? Bukannya ulang tahun Riri gak jadi dirayain?"

Setelah mengeluarkan apa yang menjadi pertanyaan di benaknya, Thalia langsung menyandarkan tubuhnya ke sofa.

"Enggak ada acara apa-apa sih. Kebetulan aja ke kumpul semua. Mending kamu makan dulu sana, kak."

"Masih kenyang, tadi sebelum berangkat aku makan dulu. Bunda sama ayah ke mana sih? Yang lain pada di sini, kok mereka gak ada?"

"Lagi pergi. Mending sekarang makan dulu kak, sana. Terakhir kamu makan sebelum berangkat, udah beberapa jam yang lalu loh."

Dengan langkah yang agak malas, Thalia beranjak menuju dapur.

"Makan yang banyak Thal, masa atlet segitu doang makannya."

"Masih agak kenyang, Ty." jawab Thalia sembari mendudukan tubuhnya di kursi makan yang tak jauh dari tantenya, Kalila yang sedang menikmati siomay yang tadi dibelinya.

"Emang ayah sama bunda perginya ke mana sih, Tyla? Jawabnya pada lagi pergi aja, 'kan aku mau tahu tempat pasti ke mana mereka pergi."

Thalia melihat tantenya itu menyimpan jari telunjuknya di depan bibir.

"Sstt.. emang gak capek nanya-nanya terus? Tadi ke oma, sekarang ke Tyla. Makan dulu kak, nanti juga dikasih tahu."

Walaupun kesal mendapat teguran seperti itu, tetapi Thalia memilih mengikuti saran tantenya itu.

***

Thalia yang mulai tertidur di sofa karena agak lelah, merasa terusik saat puncak kepalanya ada yang mengusap.

"Eh maaf ya Thalia, o--om ganggu. Om cuman ngerasa amaze aja ternyata kamu udah gede, cantik."

Thalia yang masih di bawah pengaruh ngantuk, hanya bisa tersenyum sedikit menanggapi Andi.

Dia, Adthia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang