"The Champions Women's Double Thailand Masters 2021 is Arabella Nadiva/Thalia Nashira Adthia Indonesia!"
Walaupun dengan tangan gemetar, Fathia tetap memvideokan tayang televisi tersebut dengan ponselnya.
Ia harus mengabadikan momen putrinya dengan sang partner menaiki podium tertinggi kejuaraan Internasional.
Meskipun mungkin nantinya suara rekaman ponsel Fathia akan dipenuhi isak tangis bahagianya dan juga teriakan Adnan bersama Naufal yang tengah memanggil-manggil nama Adthia dengan bangganya, tepat di belakang tubuhnya.
Fathia hanya berharap momen seperti ini bisa terjadi di pertandingan-pertandingan selanjutnya, meskipun ia belum bisa menduga kapan lagi putrinya bisa mendapat medali emas di kejuaraan Internasional.
***
Adthia tersenyum senang saat melihat ayahnya sudah berdiri tak keruan dengan ekspresi wajah senangnya yang tak bisa dibendung.
Sedangkan bundanya dan Naufal terlihat duduk tenang di kursi panjang yang biasa ada di bandara.
Kalau sekarang ia tidak membawa kopernya, mungkin langsung berlari menuju ayahnya.
"Thalia!"
Lambaian tangan dari Adnan, membuat Adthia semakin melebarkan senyumannya.
Meskipun mata Adthia terfokus melihat sang ayah, tapi tentu saja ia masih bisa melihat dari ekor matanya bahwa tingkah ayahnya yang terlihat aneh, menjadi perhatian beberapa orang yang berlalu lalang dan duduk tak jauh dari keluarganya.
"Thalia, ayah rindu sekali." Kalimat pertama sang ayah, yang Adthia dengar saat pelukan ayahnya mendarat dengan nyaman di tubuhnya.
"Thalia juga rindu."
Setelah itu Adthia langsung melepaskan pelukannya. Tentu saja ia tidak bisa berpelukan lama-lama dengan sang ayah, apalagi di sini masih ada atlet lain dan tim pelatih.
"Kado pertama untuk ayah." Ujar Adthia sembari menyodorkan kepingan medali emas yang baru saja ia keluarkan dari wadah khusus.
Mata Adthia berkaca-kaca saat melihat mata ayahnya yang berbinar saat memegang medali yang disodorkannya. Tangan sang ayah bahkan membolak-balik medali tersebut beberapa kali.
"Ayah bawa pulang ya, pajang di mana pun di tempat yang ayah sukai."
Meskipun sebenarnya Adthia sudah mempunyai medali-medali lain di rumah dan ada pajangan khusus untuk medalinya, tetapi tentu saja medali kali ini berbeda.
Medali emas pertama di ajang internasional, sekaligus pertandingan pertama debutnya bersama Arabella.
"Ayah bawa pulang ya,"
Sempat ingin mengulang kalimat yang Adthia utarakan, Adnan langsung menggelengkan kepalanya, "tidak, simpan saja bersama Thalia. Kalau medali seperti ini bertambah, baru ini buat ayah."
Adthia hanya menganggukan kepalanya, lalu kembali menerima medalinya.
Setelah itu, ia langsung melirik ke arah sang bunda yang ternyata sudah berdiri menunggunya, dengan senyuman juga tentunya.
"Selamat ya sayang." Ucapan lembut mengalun masuk ke telinganya, saat Adthia memeluk erat sang bunda.
Setelah melepas pelukannya dari sang bunda, Adthia langsung menjongkokan tubuhnya untuk mensejajarkan posisinya dengan sang adik.
"Naufal, masih ingat kakak kan?"
Sebenarnya hanya pertanyaan gurauan saja, karena meskipun ia jarang bertemu dengan adiknya, tetapi hampir setiap hari ia selalu berinteraksi dengan sang adik via video call.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia, Adthia.
ChickLit[Spin off Dia, Adnan]. Jika ditanya mengapa pada akhirnya Adthia memilih menekuni bulutangkis, maka ia akan menjawab bahwa ia mencintai olahraga itu dari pertama kali ia melihatnya di televisi, meskipun jatuh bangun ia mempertahankan performa permai...