10.

121 10 0
                                    

Maafkan ini lama bgtt nextnya, hampir setengah tahun(?) Baru ada waktu lagi hehe.

***

Thalia terus menyunggingkan senyumnya saat melihat sang ayah yang terlihat sangat serius memijat lembut tangannya.

Suara televisi hanya menjadi 'nyamuk' bagi kebersamaan sang ayah dan putrinya itu.

Sudah lama sekali bagi Thalia bisa merasakan hal seperti ini. Mungkin nantinya ia akan kembali merindukan hal seperti ini ketika sudah kembali ke asrama atau saat pertandingan.

Sebenarnya hanya hal sederhana, ayahnya memijat lembut tangannya, dan ia yang selalu senang memperhatikan wajah serius sang ayah. Tetapi rasanya Thalia selalu ketagihan untuk terus melakukan hal ini dengan sang ayah.

Apalagi, wajah serius ayahnya hanya muncul ketika sedang fokus melukis dan juga ketika sedang fokus memijat lengannya.

Thalia merasa beruntung sekali memiliki keluarga yang selalu mensupport dirinya, entah saat prestasinya sedang naik atau pun stuck.

"Ayah."

Panggilan Thalia seperti angin lalu saja, karena sang ayah tetap fokus pada kegiatannya.

Thalia menepuk-nepuk pelan bahu sang ayah, sampai akhirnya sang ayah menoleh ke arahnya.

"Thalia mau mengobrol dengan ayah, boleh?"

Thalia tersenyum saat permintaannya dibalas dengan anggukan singkat sang ayah.

"Ayah, kata Tyla katanya ayah gak ambil projek pameran ke Amerika, kenapa yah? Sayang banget ih."

Thalia yang awalnya ingin mengobrol dengan serius, langsung terkekeh melihat wajah sang ayah yang terlihat ingin berpikir serius tapi di matanya malah terlihat ekspresi ayahnya yang lucu.

"Tidak mau."

Thalia menghela nafas sebentar, ada saatnya sang ayah berbicara singkat jika topik pembicaraannya mungkin tidak terlalu menarik atau pun tidak mau ayahnya bahas.

"Iya tahu ayah tidak mau, tapi kenapa? Bukan karena Thalia 'kan?"

"Iya."

Thalia mengkerutkan dahinya bingung mendengar jawaban sang ayah yang sedikit ambigu. Karena ia bingung jawaban tersebut mengiyakan pertanyaannya atau mengiyakan bahwa alasan tidak mau mengambil projek tersebut karena dirinya.

"Yasudah, Thalia tanya saja lah ke Tyla."

Thalia langsung meraih ponselnya yang sedari tadi tergeletak di samping tubuhnya.

Tyla, mau tanya dong, kenapa ayah gak ambil projeknya?

Tanya aja sama ayah kamu

Ayah diem aja gak ngasih tahu, kayak gak mau bahas. Kasih tahu dong alasannya


Kalau projeknya diambil, dua hari lalu harusnya kita berangkat. Karena ayahmu tahu kamu mau pulang, jadi dia nolak projeknya. Katanya Thalia mau pulang

Oke, makasiiih tyla cantiik infonya

"Oh alasannya karena thalia. Kenapa sih yah gak pentingin hal yang ayah suka? Ketemu sama Thalia 'kan bisa kapan aja."

Thalia yang agak kesal, tambah semakin kesal saat sang ayah yang sedang menatapnya malah tertawa.

"Ayah, Thalia sedang serius."

"Wajah kamu lucu, mirip Fathia."

Tentu saja Thalia semakin kesal, pembahasannya mulai keluar jalur.

Dia, Adthia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang