Sebagai lulusan sekolah menengah atas bergengsi di Jakarta Selatan, tentu akan ada acara reuni atau temu rindu bersama alumni-alumni. Allia, mendapatkan undangan tersebut melalui pesan Whatsapp yang diteruskan ke Group Chat miliknya dan teman-teman.
Acara tersebut diadakan hari ini, hari Sabtu, dan merupakan acara semi-formal yang terletak di sebuah hotel dekat dari rumah Allia. Ia sangat bersemangat karena akhirnya bisa bertemu dengan teman-teman sekolahnya. Dulu, Allia merupakan salah satu siswa yang populer dan perkumpulan teman-temannya yang sering menjadi bahan bicara satu sekolah.
Beberapa hari sebelumnya, Allia sudah mengabari Farel mengenai acara tersebut. Lelaki itu hanya mengiyakan dan mempersilakannya pergi setelah bertanya-tanya mengenai waktu dan lokasi.
Allia sudah rapi dan cantik sore itu. Ia sudah bertukar pesan dengan teman-temannya mengenai kabar dan posisi mereka. Allia sendiri sangat santai karena hotelnya dekat dari rumahnya, tapi ia ingin cepat-cepat bertemu dengan mereka.
Farel tengah berkutat di atas mini bar dengan iPad sambil menyeruput kopi hitam. Begitu ia melihat Allia sudah rapi, segera ia bertanya, "Mau berangkat sekarang?"
"Iya. Aku pesan taksi online dulu." kata Allia sambil duduk di atas sofa ruang tengah. Farel terheran dengan jawaban itu. "Loh, aku anterin aja. Sekalian aku mau pergi keluar."
Gadis itu langsung menoleh padanya, "Nggak usah, Rel. Ini deket banget soalnya, aku naik GoCar aja." katanya keras kepala. Tanpa pikir panjang, Farel meraih kunci mobilnya di atas laci hias dekat pintu utama. "Ayo, aku anterin."
"Nggak apa-apa?" Allia memastikan. Farel mengangguk dan kembali menegaskan, "Aku sekalian mau pergi."
"Ke mana?" Allia bertanya untuk memastikan ke mana Farel akan pergi.
"Ada, deh. Nggak jauh. Yuk, keburu macet."
•••
Setelah terjebak macet selama 10 menit, Farel berhasil mengantar Allia ke tempat acara reuni tersebut diadakan. Tidak telat, justru acara non-formal ini memang tidak mengharuskan datang tepat waktu, tapi juga tidak begitu terlambat.
Bukannya melakukan drop off, Farel malah parkir mobilnya di area parkir. "Kamu nggak langsung pergi?" Allia bertanya.
"Nanti. Masih sejam lagi." Allia jadi tidak meninggalkan Farel sendirian, tapi ia juga tengah sibuk menanyakan keberadaan teman-temannya. Allia menengok sana-sini mencari mereka. "Kamu turun aja, Al." kata Farel.
Sayang, Allia tidak acuh karena ia langsung memotong ucapan Farel setelah berbahagia melihat temannya yang parkir mobil di sebelah mobil mereka. "Temen aku udah dateng! Dia dateng ke nikahan kita tau waktu itu." ucapnya sumringah. Merasakan atmosfer yang gembira, Farel ikut senang.
Allia ke luar dari mobil dan langsung bergerilya bertemu dengan teman dekatnya, Binar. "Aaa! Anjir kangen banget sama lo!" seru Binar. Mereka berdua jingkrak-jingkrak kecil sambil berpegang tangan. Senyum merekah di wajah keduanya. "Gue juga! Padahal gue udah ngarep ketemu lo pas akad!" Allia berseru demikian.
Farel yang rupanya ikut ke luar dari mobil tersenyum sendiri melihat adegan di depannya ini. Istrinya langsung menyadari keberadaannya, "Laki gue dateng. Laki lo mana?"
Mendengar itu, Farel merasakan sesuatu yang menggelitik di perutnya.
Laki gue katanya, batin Farel.
Farel dan Binar bersalaman. "Ya ampun, Bapak Pengacara seger banget mukanya. Mesra amat lo berdua, deh." kata Binar. "Mana ponakan gue? Lama banget bikinnya, deh!"
"Hush! Nanti lah, ya 'kan, Yang?"
Yang? Sayang maksudnya?
"Pelan-pelan aja, sih..." Farel menyahut. Keduanya terus mengobrol dan menyisakan Farel yang bingung.
Apakah Binar tidak tau mereka dijodohkan? Mengapa Binar bisa bersikap seperti Farel dan Allia benar-benar saling mencintai? Atau dia tau, tapi menjaga perasaan mereka berdua jadi ia bersikap demikian?
"Sayang sih, Rel... laki gue nggak bisa ikut soalnya. Kalau ada dia kayaknya kalian bakal deket." ucap Binar. Farel hanya terkekeh dan membalas, "Kapan-kapan aja main sama gue. Nanti gue minta Instagramnya aja."
Setelah itu, Allia berdiskusi sejenak dengan Binar. "Gue masuk duluan, deh. Gue tunggu di dalam, ya, Al! Dadah kalian!" kata Binar dan berlalu masuk ke dalam hotel.
Kini, gadis itu beralih ke Farel lagi. "Aku mau masuk. Kamu? Pergi sekarang 'kan?" Ia memastikan. Sesungguhnya memang ada sesuatu yang janggal ketika Farel mengantarnya dan mengaku akan pergi ke suatu tempat juga. Allia ragu.
"Hmm, maaf, Al..."
"Maaf? Maaf kenapa?"
"Sebenernya aku nggak ke mana-mana. Aku mau nungguin kamu aja di Fore sebelah. Makanya aku parkir di sini."
Allia mendengus dan tertawa kecil. "Kamu 'kan bisa bilang ke aku, Rel? Aku jadi nggak enak..." Ia menjeda sejenak. "Kamu ikut aku aja, ya? Daripada nungguin aku gitu... padahal aku bisa naik taksi tau... kamu nggak usah segitunya." sambungnya dengan mata berbinar.
Ia tidak menyangka Farel bisa seperti itu. Allia jadi semakin tidak tega dan...
... ia semakin yakin bahwa perasaannya itu kian bertumbuh.
"Boleh? Ada yang bawa cowok nggak?"
"Boleh banget! Maaf, ya aku lupa ngajak... banyak kok cowoknya."
Farel tersenyum manis mendengar itu. Ia mengelus pipi Allia sejenak, "Nggak apa-apa. Mau masuk sekarang?"
Tidak fokus. Allia membeku.
"A-ayo..."
Farel mengulurkan tangannya untuk Allia genggam. Lalu, mereka bergandengan tangan menuju hotel.
"Al,"
"Ya?"
"Kapan-kapan mau fine dining nggak?"
Allia tertawa kecil sambil terheran-heran, "Tumben... aku mau, sih. Kapan?"
"Minggu depan?"
"Okay."
Farel kembali buka obrolan, "Al,"
"Iyaaa?"
Tak kuasa, tapi Farel bertujuan untuk meledek. "Siapa sih 'laki gue' nya kamu tadi?"
"Ih... apaan, sih Fareeel..." Lelaki itu malah tertawa puas. "Maluuu."
"Kenapa malu? Tadi terang-terangan gitu."
Allia tersipu malu. Farel malah cengengesan. Beberapa kali juga Allia mencengkeram lengan Farel tanda geram.
Tapi, Farel malah kesenangan.
▫️▫️▫️
Halo! Maaf update nya kelamaan :")
Semoga suka ya 🫶🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall For You
FanfictionKarier. Satu hal yang menjadi fokus utama dua orang dengan latar belakang berbeda. Keduanya bersatu, ikatan yang luar biasa pun terbangun sendirinya. Jika mereka memang ditakdirkan bersama, semesta akan turun tangan. [JONGCHANGIE Alternative Univers...