Part 26

2.5K 301 21
                                    

Renjun menundukkan sedikit kepalanya dan menatap Haechan dengan pandangan dalam, "mendengar kau bertanya seperti ini, membuatku sedih" ujar Renjun yang membuat Haechan menunduk.

"Aku bukan menuduh mu" ujar Haechan pelan, ia memainkan jarinya karena bingung harus bilang apa dan menjelaskan seperti apa pada Renjun. Jika ia bilang Renjun pernah mengabaikannya dan membuatnya kecewa, seperti apa respon pemuda itu nantinya.

Haechan mengingat kembali kehidupan sebelumnya saat ia dan Renjun bersama, saat itu hubungan mereka retak bukan karena adanya orang ketiga. Tapi minimnya komunikasi diantara mereka, dan jujur saja Haechan tidak ingin merasakan hal ini lagi.

"Katakan apapun yang menggangu pikiranmu sayang" ujar Renjun namun Haechan memilih mengabaikannya dan mengalihkan pandangannya dari Renjun.

Grep

Renjun memegang tengkuk Haechan, agar wajah kekasihnya tidak akan berpaling lagi. "Katakan" perintah Renjun, "aku tidak bisa menebak apapun yang ada dalam pikiran mu" lanjut Renjun.

Haechan berusaha menghindar dari tatapan Renjun, namun tengkuknya ditahan cukup kuat oleh pemuda itu. "Sakit" ujar Haechan seraya menatap mata Renjun dengan pandangan tajam.

"Kalau begitu katakan" sahut Renjun, "dan jangan banyak bergerak, kau melukai dirimu sendiri" tambah Renjun dengan nada dingin.

Mendengar nada suara Renjun, Haechan tiba-tiba menitikkan air matanya. "kau bahkan berbicara dengan nada seperti itu padaku hiks" ujar Haechan lirih yang langsung membuat Renjun melepaskan pegangannya di leher Haechan.

"Sayang" panggil Renjun sembari mengusap air mata Haechan pelan.

"Pergilah" usir Haechan yang membuat Renjun menatapnya dengan pandangan tidak percaya.

"HAECHAN-AH" panggil Renjun dengan nada sedikit tinggi.

"Jebal" pinta Haechan lagi.

"Aku mengerti kau sedang tidak sehat, aku juga mengerti kau mungkin butuh waktu untuk memulihkan rasa sakit hatimu akibat keluarga mu, tapi melampiaskannya padaku tanpa mengatakan apa salahku, bukankah ini sedikit keterlaluan" ujar Renjun dengan nada kecewa.

Renjun mengalihkan pandangannya saat merasakan matanya basah, "akan kutunggu diluar, kau juga makanlah dulu" ujar Renjun seraya berjalan keluar.

Haechan menatap punggung Renjun dan menggigit bibirnya pelan, ia tahu marah pada Renjun saat lelaki ini bahkan tidak atau belum melakukan kesalahan-kesalahan yang sama seperti di kehidupan mereka sebelumnya itu memang tidak adil untuk Renjun. Tapi Haechan bisa apa! Semua rasa sakitnya tiba-tiba hadir begitu saja, ia tiba-tiba mengingat bagaimana lelaki ini memperlakukan dirinya dulu.

Bruk

Renjun diluar kamar langsung duduk di kursi dan mengusak rambutnya dengan kasar, ada dengan Haechan pun Renjun tidak tahu. Hanya saja, ia sedikit marah atas perlakuan Haechan padanya hari ini.

"Kenapa kau disini?" Tanya Mark yang datang bersama dengan Jeno.

Renjun mengangkat kepalanya, "hm, hanya sedang ingin" jawab Renjun. Renjun lalu berdiri dari duduknya, "aku mau ke kafetaria untuk membeli kopi, saat masuk nanti pastikan Haechan menghabiskan makanannya" pesan Renjun sebelum berjalan pergi.

Mark dan Jeno yang belum sempat menjawab apapun namun sudah ditinggal begitu saja saling menatap dengan ekspresi bingung. "Hm, sepertinya ada yang tidak beres" bisik Mark seraya berjalan menuju kamar Haechan.

Di dalam kamar mereka melihat Haechan yang tengah termenung seraya membiarkan makanannya begitu saja. "Haechan" panggil Jeno yang membuat Haechan menoleh, saat melihat Mark dan Jeno ia tersenyum sangat lembut.

B@cK Tim3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang