Rintik hujan kian membesar, mengguyur Pusat Kota dan sekitarnya. Shotaro mendengus, dia benci hujan. Menurutnya hujan membuat semuanya basah, Shotaro tidak suka basah. Sejak pagi tadi hujan tak kian mereda, awan terus mendung. Dengan tumpukan buku paket tebal Shotaro berlari menerobos derasnya air hujan.Shotaro berdecak, bukunya memang tidak basah, tapi dia yang basah karena melindungi buku-buku tebal berisikan angka. Shotaro berniat untuk mengembalikannya ke perpustakaan.
Shotaro berjalan di koridor yang sudah sepi, dia sudah telat untuk pulang. Shotaro sempat menghubungi Sungchan untuk meninggalkannya, entahlah pesannya sudah dibaca atau belum. Saat ini dia sedang memusuhi adiknya itu.
Langkahnya terhenti, menatap segerombolan siswa-siswi yang sudah sangat dikenalnya. Mereka sangat sering mengganggunya.
Tiga gadis pagi tadi, dan dua pemuda lainnya.
Shotaro berjalan melewati mereka, tanpa memperdulikan tatapan remeh mereka. Shotaro agak bingung, tidak biasanya mereka mendiamkan Shotaro seperti ini. Biasanya, saat mereka melihat Shotaro sudah seperti ikan melihat roti. Langsung memakannya. Sudahlah, tidak penting mengurusi mereka.
Tetap berjalan tanpa memperdulikan apapun, Shotaro segera mengambil langkah besar untuk segera sampai di perpustakaan. Dia sudah sangat ingin mandi! Tubuhnya dingin karena bajunya basah.
Shotaro tersenyum saat Guru penjaga perpustakaan melewatinya. Sepertinya baru saja akan pulang. Pantas saja mereka tidak menindas Shotaro, ternyata Guru perpustakaan masih belum pulang.
Hari sudah kian petang, jam pelajaran usai satu jam yang lalu. Sekolah mulai sepi, Sungchan juga sepertinya sudah pulang. Shotaro membuka pintu besar perpustakaan dengan susah payah, bukunya menghalanginya. Lalu dengan segera mulai menempatkan buku-buku itu kembali ke tempatnya semula.
Suara besar mengalihkannya, tiba-tiba saja pintu ditutup dengan kasar. Shotaro membelak, lalu segera berlari ke arah pintu besar perpustakaan. Mencoba membuka pintu kayu tebal dengan tenaganya.
Dikunci!
"Nikmati malam indahmu, pecundang!!" suara ejekan di ikuti tawa di sebrang pintu. Itu mereka!
"Tolong! Buka pintunya!"
Shotaro panik, mencoba segala cara agar pintu terbuka. Berteriak dengan suara penuh, namun kemudian Shotaro tersadar. Dia tau, mereka tidak akan membuka pintu untuknya.
"Apa? Aku tidak dengar, apa kau berbicara?!" tawa di sebrang sana kian membesar, namun kemudian menjadi samar. Mereka pergi.
"Tolong! Aku sendiri! Buka pintunya!" tidak ada lagi suara, mereka benar-benar meninggalkan Shotaro.
Shotaro menatap sekelilingnya dengan panik, dia takut sendiri. Tubuhnya merosot begitu saja, dengan tergesa menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Isakan pelan mulai keluar dari bibirnya. Shotaro bahkan takut untuk sekedar membuka mata.
"Sungchan, tolong aku." isak tangisnya membesar, wajahnya bersembunyi dibalik tengkuk kaki dan tangannya. Berusaha menutupi matanya dari hal-hal menyeramkan disekitarnya.
"Sungchan, aku takut. Tolong aku."
Tubuh kecil terbaring tak berdaya, bergetar kecil karena tangisnya. Matanya tertutup rapat, bibirnya terus terisak. Airmata membanjiri wajahnya yang memerah.
"Sungchan, tolong- SUNGCHAN!!"
Petir besar menggelegar, ditemani hujan yang kian membesar. Shotaro berlari sepontan, mencoba mencari perlindungan di sekitarnya. Berlari diantara rak besar dengan isakan tangisnya.
Dia terlalu takut, sejak kecil Shotaro tidak pernah sendiri. Dia selalu ditemani Ibunya, atau bahkan Sungchan yang akan selalu di sisinya. Biasanya, saat hujan petir seperti ini, Ibunya akan memeluknya dengan erat. Ditemani Sungchan yang akan mengejeknya karena ketakutannya pada petir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From Heaven (SungTaro story)
De TodoKematiannya di masa lalu justru menuntun kebenaran di masa depan. Saat banyak hal yang disembunyikan darinya terungkap begitu saja. Apalagi saat kebenaran tentang kekasihnya yang berasal dari Surga. ⚠️WARNING⚠️ This story is only fictional, it has...