Chapter 8 : The Truth

1K 132 8
                                    

"Tujuh hari."

"Apa?! Lama sekali bu!" Shotaro membuntuti langkah Ibunya yang sedang memasak di dapur. Nyonya Jung menghela nafas, "ibu harus pergi Shotaro." ucap Nyonya Jung yang menuangkan bumbu instan kedalam kaldu jamur di dalam panci di atas kompor menyala.

"Tapi tujuh hari itu lama sekali." cicit anak sulung Jung yang masih mengekori induknya.

Saat pulang sekolah siang tadi, Shotaro dikejutkan dengan berita dari Ibunya yang katanya akan berpiknik bersama teman semasa kuliahnya. Sebenarnya Shotaro juga pernah mengajak Ibunya berlibur karena Shotaro pikir Ibunya memang butuh liburan. Namun tujuh hari? Itu lama sekali! Shotaro tidak sanggup berpisah dari Ibunya ini. Apalagi dia sudah sangat bergantung pada Ibunya. Ya kecuali Shotaro di ajak, dia pasti akan bersenang hati.

"Kau tidak sendiri, Sungchan bersamamu." ucap Ibu Shotaro jengah. Putranya ini sangat penakut, saat kecil dulu, Shotaro tidak bisa tidur sendiri. Dia selalu tidur dengan Ibunya. Bahkan Shotaro baru bisa tidur sendiri saat usianya 13 tahun! Sangat kalah oleh Sungchan yang saat baru umur 5 tahun dia minta tidur sendiri. Mereka seperti bongkahan magnet dengan kutub yang berbeda.

Namun, sebuah magnet dengan kutub berbeda akan saling menarik bukan?

"Aku tidak mau dengan Sungchan! Dia seperti tembok, aku butuh teman mengobrol seperti Ibu." cicit Shotaro. "Astaga, berhenti mengikuti Ibu! Duduklah!" perintah Nyonya Jung yang sudah kesal dengan putra kecilnya ini. Shotaro menatap memelas Ibunya, lalu dengan cepat duduk di kursi meja makan yang memang dekat dengan dapur setelah mendapat tatapan tajam Ibunya.

"Ibu aku menangis saja yaa!" Nyonya Jung menatap putranya yang kini menenggelamkan wajahnya di meja. Menatap anak itu lelah, lalu seolah tak tau, Nyonya Jung melanjutkan masaknya yang sempat tertunda.

"Drama." Shotaro mengangkat kepalanya sepontan, tidak terima dengan ucapan adiknya. Menatap tajam adiknya yang dengan santai mengambil cangkir di rak piring. Shotaro tidak terima!

"Lihat Ibu! Dia sangat menjengkelkan!" adu Shotaro pada Ibunya. Kesal sekali dia, tapi memang adiknya itu sangat menyebalkan!

"Ibu, aku ingin kopi." ucap Sungchan kepada Ibunya tanpa memperdulikan ocehan bocah kecil di belakangnya. "Baik, tunggu sebentar ya." Sungchan mengangguk, lalu berjalan ke arah kursi di samping Shotaro, dan duduk di kursi itu dengan santainya. Tanpa memperdulikan tatapan sengit Shotaro.

"Apa?" tanya Sungchan heran melihat bocah di hadapannya ini terus menatapnya. Shotaro mendengus kesal, lalu memalingkan wajahnya dari adiknya. Kesal sekali dia! Tidak mau tau, Shotaro ingin marah sekarang!

"Ibuu~" Shotaro merengek. Membayangkan Ibunda tercintanya jauh darinya membuat Shotaro ingin menangis saja rasanya. Apalagi dia harus bersama Sungchan, adiknya yang paling menyebalkan. Shotaro jadi ingin menangis sungguhan.

"Cengeng sekali." ejek Sungchan dengan nada yang sangat menjengkelkan di pendengaran Shotaro. Shotaro menatap Sungchan dengan linangan air mata, Shotaro sudah menangis. Dia kini sangat kesal!

"Ibuu, Sungchan mengejekku." adunya dengan isakan besar. Nyonya Jung tertawa mendengarnya. Tidak ada yang berubah, semuanya tetap sama. Nyonya Jung menatap kedua putranya. Lucu sekali, mungkin beberapa orang akan berfikir jika Shotaro lebih muda dari Sungchan. Saking cengengnya!

"Ibuu, jangan tertawa!" tangisnya membesar, Nyonya Jung semakin tertawa mendengarnya.

• • •

Paginya Nyonya Jung benar-benar pergi untuk berlibur. Shotaro tidak rela sebenarnya saat Ibunya pergi dengan ketiga temannya. Namun setelah dirayu akan dibelikan akuarium yang akan di pajang dikamarnya akhirnya Shotaro luluh juga. Walupun wajahnya sudah di tekuk sejak semalam.

Sungchan melirik Shotaro disampingnya. Anak itu terus memandang pemandangan dibalik kaca mobil. Hari ini hujan, jadi Sungchan menggunakan mobil sebagai transportasinya untuk pergi ke sekolah. Menggunakan motor sangatlah tidak aman, dan juga mereka harus menggunakan mantel hujan supaya tidak basah.

Karena hujan deras, Shotaro tak diizinkan Sungchan untuk turun di halte. Shotaro sudah sangat keras kepala, namun Sungchan lebih keras kepala ternyata. Sungchan tak menggubris sedikitpun perkataan Shotaro, hingga anak itu memilih diam karena tak di tanggapi.

Hingga mobil Sungchan memasuki pekarangan sekolah, keduanya tidak saling bercakap. Bahkan setelah Sungchan selesai memarkirkan mobilnya. Sungchan melirik Shotaro dengan ekor matanya, anak ini sedang tidak memiliki suasana hati yang baik. Tanpa sepatah katapun Shotaro keluar dari mobil yang dikendarai Sungchan. Menutup pintu dengan kasar sebelum meninggalkan Sungchan begitu saja, tanpa memperdulikan rintik hujan yang mengguyurnya.

Sungchan menatap ponselnya yang terus bergetar, menampilkan nama Eunseok di layarnya. Memandangnya datar, sebelum menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan.

"Apa?" tanya Sungchan tanpa basa basi yang di balas kekehan Eunseok diseberang sana.

"Ingin membolos?" Sungchan mengangkat alisnya. Dia tak paham mengapa anak zaman sekarang malas sekali bersekolah. Padahal saat zamannya dulu sekolah sudah seperti trend yang sangat di inginkan para remaja seusianya. Aneh memang.

"Tidak, kau saja." lagipula jika Sungchan ingin membolos dia tak akan mengikuti teman barunya itu. Dia akan lebih memilih menongkrong di perpustakaan dengan setumpuk buku tebal dengan beberapa teori semesta. Setidaknya lebih menyenangkan daripada bermain bersama Eunseok yang entah bermain apa.

Pintu mobil terbuka tiba-tiba, Shotaro dengan kesal mengambil tasnya yang tertinggal. Baju seragamnya basah. Anak ini ceroboh sekali. Sungchan memandang Shotaro heran, kenapa tidak menggunakan payung? Padahal payung lipat sudah tersedia di sisi bangku mobil. Ibunya yang menyediakan payung, mengingat hujan deras seperti saat ini.

"Apa? Aku hanya mengambil tasku yang tertinggal." ketusnya, lalu dengan kasar membanting pintu dan pergi begitu saja.

"Kakak manismu? Dia begitu menggemaskan, aku ingin memilikinya." ujar Eunseok dengan tawa liciknya.

"He is mine, Eunseok."

• • •

"Hei kau! Kerjakan tugasku! Cepat!"

Ketiga gadis berdiri mengelilingi bangku Shotaro, Shotaro hanya menghela nafasnya lelah. Mereka, sekerumpulan gadis dengan bibir yang merah merona! Shotaro membencinya. Mereka selalu saja mengganggunya, entah melakukan apapun itu yang membuat Shotaro kesal.

"Aku tidak mau. Kerjakan saja sendiri." ucap Shotaro malas. Shotaro memandang teman sekelasnya, tidak ada yang perduli. Tentu saja, siapa yang mau berurusan dengan ketiga gadis yang gemar menindas ini? Mereka pasti akan berfikir dua kali.

"Kau membantahku, huh? Berani sekali pecundang ini?" rambut Shotaro ditarik ke belakang, Shotaro meringis merasakan sakit. Kedua tangannya ditahan oleh dua gadis lainnya. Gadis di hadapannya memandangnya nyalang, hingga bel masuk berbunyi cengkraman dari rambutnya di lepaskan dengan kasar.

"Kau, aku akan membalasmu sore nanti. Tunggu saja." ancam gadis berambut sebahu dengan tatapan meremehkan. Lalu dengan kasar mereka menendang bangku yang Shotaro duduki, sebelum pergi meningalkan ruang kelas Shotaro. Shotaro kesal, mereka sangat menyebalkan! Shotaro belum bisa melawan, dia takut terluka lagi.

Seperti saat hari itu.

° ° °

See you chapter depan guysss. Thanks!!


~ayyvlys

Love From Heaven (SungTaro story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang