Chapter 11 : Deja Vu

1K 142 9
                                    

Hari ini Shotaro tidak pergi ke sekolah. Sebenarnya dia sudah ingin berangkat pagi tadi, tapi melihat Sungchan yang masih tidur tanpa kaos membuatnya kesal. Apalagi katanya dia tidak boleh sekolah karena kesehatannya. Padahal Shotaro sudah sangat sehat!

Mana Sungchan ikutan tidak pergi ke sekolah. Dasar pencari untung! Dia pasti malas.

Akhirnya Shotaro mengganti seragamnya dengan kaos santainya. Seharian ini dia hanya menonton televisi dengan banyak makanan ringan dan beberapa ice cream dari kulkas. Sebenarnya bosan juga dia, tapi harus bagaimana lagi.

Sudah dua hari Ibunya pergi berlibur, rasanya lama sekali. Shotaro sudah sangat merindukan Ibunya itu, beberapa kali Shotaro menghubungi Ibunya lewat pesan. Jawabannya singkat sekali! Sepertinya Ibunya menikmati liburan.

Shotaro menutup toples ice cream rasa ubi. Sungguh! Ubi itu yang terenak! Dia membereskan semua sampah-sampah makanan ringan yang menumpuk karena ulahnya.

Atensinya teralihkan oleh suara langkah kaki Sungchan yang menuruni tangga. Anak itu rapih sekali, dengan jaket kulit hitamnya, kaos putih sebagai dalamannya.

"Sungchan, mau kemana?" tanya Shotaro.

"Pergi keluar," jawabnya singkat.

"Aku ikut ya! Tunggu aku bersiap, jangan pergi dulu!" Sungchan menatap malas Shotaro yang berlari menaiki tangga dengan kecepatan diatas rata-rata. Sedetik kemudian suara keras terdengar disusul suara rintihan dan makian kasar yang di tujukan kepada sebuah pintu. Sungchan semakin malas, anak itu benar-benar ceroboh.

Pintu yang diam saja Shotaro tabrak!

Sungchan menuju sofa panjang di depan televisi, memungut bantal yang terjatuh. Meraih remote kontrol televisi dan mengganti salurannya. Tidak ada yang menarik,

"Klan Jeon naik posisi-

Dengan cepat Sungchan mengembalikan saluran yang sempat terlewat. Berita ini,

"Setelah lima belas tahun Klan Lee yang di kabarkan telah hancur, Klan Jeon kini menduduki nomor pertama!"

Jeon ya, Pria itu.

Klan Lee memang sulit di kalahkan, Sungchan bangga itu. Walaupun dikabarkan mati dan terbengkalai, Lee tetap tersemat di nomor pertama. Hingga kini, Pria itu berhasil menyingkirkan namanya.

Tujuh belas tahun ini kau kemana, huh?

Sungchan menatap datar televisi yang menampilkan Pria dengan jas hitam yang memberikan pidato. Pria itu, Sungchan tertawa pelan. Tawa yang terdengar seperti ejekan.

"Sungchan ada apa?" apa adiknya sudah gila ya? Shotaro menatap Sungchan, lalu bergidik sendiri.

Shotaro memijak anak tangga terakhirnya, "ayo pergi!" ajaknya dengan senyuman, Shotaro tau Sungchan kaya, dia akan memeras sedikit uang adiknya itu.

Mematikan televisi, Sungchan beranjak dari duduknya. Langkahnya mengikuti Shotaro yang berjalan di depannya.

"Kita akan pergi kemana?"

"Suatu tempat yang ku rindukan." gumam Sungchan. Bahkan Sungchan yakin Shotaro tidak mendengarnya.

"Sungchan aku bertanya!"

"Naik saja." Shotaro mendengus kesal, namun dia tetap menaiki motor besar Sungchan.

• • •

Apa?! Tempat apa ini? Shotaro terbengong di atas motor Sungchan. "Turun." perintah Sungchan.

Shotaro turun dengan perlahan, sungguh Shotaro pikir Sungchan akan mengajaknya ke tempat yang ramai dan penuh penjual makanan, seperti gedung Mall atau pasar moderen. Tapi nyatanya mereka di sebuah jembatan yang menghubungkan kedua jalan menyebrang sungai, jauh dari lingkup kota.

Rencana Shotaro yang akan memeras uang Sungchan gagal, Shotaro tersenyum sedih menyemangati dirinya sendiri.

Shotaro menyusul Sungchan yang berdiri di sisi pembatas besi jembatan. Menatap sungai di bawah jembatan, bersih sekali, banyak ikan di sana! Shotaro akan menangkapnya lain kali. Udaranya segar sekali. Shotaro pikir, tempat ini tidak buruk juga.

Sungchan menatap aliran sungai yang tenang. Menutup matanya, menghirup udara segar di sekitarnya. Rindu sekali rasanya, Sungchan membuka matanya, menatap pohon besar di sisi sungai. Pohon itu berbunga! Di musim gugur seperti ini?

"Sungai punya banyak cinta." Sungchan menoleh ke arah Shotaro yang berdiri tepat di sampingnya. Jelas sekali tatapannya terkejut memandang pemuda yang lebih pendek darinya.

"Sungai menghidupi semua makhluk,"

"Sungai menghidupi semua makhluk,"

Sungchan menatap Shotaro dalam. Para ikan itu, jika mereka hidup di lautan lepas mereka pasti akan menjadi santapan ikan laut besar.

"Saat kau takut akan air laut yang menyeramkan, sungai menjadi air yang tenang."

"Saat kau takut akan air laut yang menyeramkan, sungai menjadi air yang tenang."

Seperti halnya seseorang yang membenci laut karena suaranya, dia akan menyukai sungai sebagai gantinya.

Shotaro menghirup udara sore yang segar, senyum terukir di bibirnya. Lalu pandangannya beralih menatap Sungchan yang kini sedang menatapnya.

"Cintai aku seperti sungai, Sungchan."

"Cintai aku seperti sungai, Sungyeol."

Sungchan menarik Shotaro kedalam pelukannya, dengan erat memeluk pemuda di hadapannya seakan tak akan melepasnya. Tanpa ragu Shotaro membalas pelukan Sungchan.

Samar, Sungchan mencium aroma segar bunga mawar. Jelas sekali, aroma ini berasal dari Shotaro. Sungchan mengeratkan pelukannya, menenggelamkan wajahnya di leher Shotaro.

Tak kuasa air mata membasahi pipinya, benar, rindu begitu menyakitkan.

Di tempat ini, di waktu yang sama. Langit senja terpancar indah, benar, saat ini senja begitu indah, sama seperti hari itu. Musim gugur, daun berjatuhan, memisahkan diri dari tangkai batangnya. Saat itu juga musim gugur.

Kita bertemu di tempat ini, dengan keputusasaan dan hilang arah. Seakan disatukan, kita saling mencintai. Hingga kau pergi, cinta itu masih utuh.

Sekali lagi, sungai menjadi saksi.

° ° °

see you next chapter, love💐





~ayyvlys

Love From Heaven (SungTaro story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang