Setelah berkutat dengan pikirannya, Xiao Zhan keluar dari perpustakaan. Dia melihat Yibo, Fanxing, dan Goucheng tengah duduk di sofa dengan nafas yang memburu. Netranya menelisik ke seluruh sudut rumah. Dia tersenyum, jelas para pelayan membantu ketiga orang itu ketika dia sedang di dalam perpustakaan tadi.
Xiao Zhan berjalan ke dapur tanpa memperdulikan tatapan ketiga orang itu. Sesampainya di dapur, ternyata Yanli sudah selesai membuat beberapa menu. Berapa lama dia berpikir tadi?
“Nyonya besar, ada yang bisa saya bantu?” Yanli menoleh, “Zhanzhan, bisa tolong urus sayurannya? Zhang bilang, semenjak ada kamu mereka makan sayuran tanpa pilih-pilih.” Xiao mengangguk patuh.
Setelah semua sudah tersaji rapih, Xiao Zhan menghampiri Yibo, Fanxing, dan Goucheng yang tertidur di sofa. Menepuk pipi mereka secara bergantian, dan setelah ketiganya bangun, Xiao Zhan menyuruh mereka untuk membersihkan diri untuk makan malam. Sedangkan dia memilih untuk membereskan pekerjaan ketiganya yang belum selesai dengan sempurna itu.
Semua telah berkumpul di meja makan. Xiao Zhan mengernyitkan keningnya melihat penempatan tempat duduk di meja makan. Kenapa hanya ada 6 kursi?
Tuan besar Wang, Wang Zixuan, dan Yuchen telah duduk di kursi kepala dengan tenang. Yanli duduk di kursi sebelah kanan Zixuan, sedangkan Yibo, Fanxing, dan Goucheng berdiri dengan menatap tajam pada Yuchen.
“Yibo, ayo duduk sayang. Kalian berdua juga. Anak papa tidak mau makan malam, hum?”
Melihat Yibo yang akan marah-marah, Xiao Zhan mengambil inisiatif untuk mendekatinya. “Nyonya muda, tuan kecil, apa ada yang tidak kalian suka?”
“Kehadiran kau yang tidak mereka suka. Pergilah dari sini PENGASUH.” Xiao Zhan memejamkan matanya menahan segala emosinya. “Nyon—”
“Zhan-ge. Ayo kita makan di tempat lain!” Fanxing dan Goucheng dengan semangat menganggukkan kepalanya. Xiao Zhan memberikan tatapan merendahkan pada Yuchen. “Tuan Muda Cao, bagaimana ini? Mereka mengajak PENGASUH ini untuk makan bersama di tempat yang lain.”
“Yibo, A-Xing, A-Cheng, kenapa kalian ingin makan di tempat lain, hm? Nenek sudah menatanya di meja makan. Ayo duduk dan makan.”
“Maaf nenek, tapi Fanxing tidak ingin satu meja dengan tuan muda Cao. Fanxing ingin satu meja dengan ayah dan mama Fanxing, bukan dengan orang asing.”
“Goucheng juga demikian, Nek.”
“Ma, Mama tahu alasannya dengan jelas. Zhan-ge, ayo pergi.”
“Wang Yibo jangan kekanakan! Duduk dan makan!” Bukannya menurut, Yibo, Fanxing, dan Goucheng menarik Xiao Zhan pergi dari dapur. Xiao Zhan mendesah lelah.
“Ambil makanan kalian, kita akan makan di ruang tengah. A-Cheng, jangan lupakan susu milikmu.” Xiao Zhan memilih jalur damai, yang malah seperti pengibaran bendera perang bagi Yuchen.
“YEEYYY!!” Ketiga orang itu berseru senang, dengan cepat mereka mengambil bagian mereka, tidak lupa sayur dan susunya. Dengan bahagia mereka berempat berjalan ke ruang tengah, mengabaikan bentakan Zixuan.
Yanli menggelengkan kepalanya takjub, Xiao Zhan memang orang yang tepat untuk mengisi posisi kepala keluarga yang kosong. Dia memilih tidak ikut campur lebih jauh dengan perselisihan diantara kedua tuan muda itu. Toh, pemenang sudah jelas kan?
Seusai makan malam, seperti biasa. Xiao Zhan dibantu Yibo mencuci piring kotor bekas mereka. Goucheng mencibir melihat Yuchen yang memanggil pelayan untuk membersihkan piring kotornya, “Fanxing, sejak kapan di rumah kita ada orang cacat yang tidak bisa membawa piring kotornya sendiri ke wastafel?”
Yanli terhenyak mendengar pertanyaan Goucheng. Fanxing yang mengerti dengan tatapan neneknya menjelaskan tanpa diminta. “Ayah mengajarkan kami untuk mandiri. Setidaknya kita harus membantu sedikit tugas dari para bibi. Memang, para bibi bekerja pada kami, tapi itu bukan berarti kita harus semena-mena pada mereka. Untuk urusan kecil seperti membereskan piring kotor, selama kedua tangan dan kaki kita masih berfungsi dengan normal, lebih baik kita membawanya ke wastafel sendiri. Meskipun tidak ikut mencuci, tapi itu akan meringankan beban para bibi. Itu yang diajarkan oleh ayah pada kami, Nek.”
Yanli yang mendengar penuturan dari Fanxing tersenyum. Dia menatap punggung Xiao Zhan yang sedang sibuk dengan urusan mencuci piring dengan Yibo sebagai pengganggunya. “Wah, nenek jadi penasaran apa saja yang ayah kalian ajarkan? Boleh ceritakan pada nenek, sayang?”
“Ayah mengajarkan tentang memanusiakan manusia, Nek. Singkatnya kita harus saling menghargai tanpa memperdulikan status sosial mereka. Karena pada dasarnya, kita itu sama.” Goucheng menjelaskannya dengan singkat sambil melangkahkan kakinya kembali ke ruang tengah menyusul sang kakak.
Xiao Zhan yang sudah selesai dengan urusannya pun menyusul keduanya dengan diikuti Yibo. “Dewasanya. Sekarang boleh saya bertanya? Siapa yang telah membuat para bibi dan paman kerepotan hari ini? Mengotori rumah dengan tanah, menumpahkan pemutih ke kolam renang, memecahkan piring dan vas bunga, dan lain sebagainya. Apa itu yang saya ajarkan?”
Yibo, Fanxing, dan Goucheng menegang di tempatnya masing-masing. Mereka menundukkan kepalanya tanda menyesal. “Saya tidak akan begitu kaget jika itu disebabkan oleh tuan kecil, tapi, nyonya muda? Kenapa anda juga ikut andil? Atau malah anda lah otak dari semuanya?”
Yibo yang dipanggil semakin menundukkan kepalanya. “Maaf…”
“Kenapa anda meminta maaf? Pada siapa anda meminta maaf? Saya? Nyonya muda, sekedar pemberitahuan. Bibi Shin dan paman Yang terluka karena pecahan kaca itu. Jangan merasa bersalah, nyonya muda. Itu bukan salah anda. Itu salah mereka yang tidak hati-hati dalam melangkah.”
“Zhan-ge… Maaf…”
“kepala bibi Qiao hampir terluka parah karena lemparan vas. Wah, tuan kecil Goucheng, anda harus berlatih lebih keras lagi agar lemparannya tidak meleset. Sedikit lagi anda berhasil membuat bibi Qiao menginap di rumah sakit.”
“Maaf ayah…”
“Tuan kecil Fanxing… Tanah siapa yang anda ambil? Pemutih siapa yang anda habiskan? Tapi, saya cukup takjub dengan kekuatan lengan anda, membuat mobil tuan muda Cao penyok hanya dengan satu pukulan. Anda hebat, saya terpukau saat melihat rekaman cctv-nya.”
“Maaf, Ayah…”
Xiao Zhan duduk di sofa tunggal, “Menghadap ke dinding, selama 2 jam, dan renungkan kesalahan kalian sekarang.”
Yibo, Fanxing, dan Goucheng langsung menuruti perintah Xiao Zhan tanpa membantah sedikitpun. Lagi, Yanli dibuat takjub dengan cara Xiao Zhan mendidik ketiganya.
“Kekanakan. Nyonya muda, jangan karena anda tidak menyukai satu orang, anda membuat keributan di rumah anda sendiri. Memang berapa umur anda sekarang? 5 tahun? Berpikirlah lebih dewasa nyonya.”
“Maaf, Zhan-ge, janji tidak akan mengulanginya lagi.”
“Tuan kecil, bolos sekolah? Apa kalian merasa sudah pintar hanya karena kalian bisa penambah dan pengurangan? Apa kalian sudah merasa pintar karena sudah bisa berbicara dalam bahasa asing?”
“Maaf ayah, Fanxing dan Goucheng tidak akan bolos sekolah lagi.”
“Jangan berbicara apapun selama 1 jam. Tutup mulut kalian, tatap dinding itu.” Final Xiao Zhan. Dia bersandar pada sofa, mendesah lelah. Pikiran berkecamuk kesana dan kemari.
Yuchen dengan tidak sopannya memeluk Yibo dari belakang yang langsung ditepis oleh Yibo. Namun, seakan tidak perduli dengan penolakan yang diberikan, dia terus berusaha memeluknya lagi. Xiao Zhan yang geram, menarik kerah baju Yuchen dan menghempaskan kasar.
“Saya rasa saya sudah mengatakannya dengan jelas, jika kesabaran saya terbatas, Tuan Muda Cao Yuchen. Apa anda bermaksud ingin mengujinya?” Xiao Zhan mencengkeram erat leher Yuchen, matanya menyorot tajam.
Yuchen yang merasa tercekik, mulai kehabisan nafas memukul lengan Xiao Zhan dan memberontak. Perlawanan Yuchen tentunya tidak berefek apapun pada Xiao Zhan.
Xiao Zhan berbisik penuh peringatan pada Yuchen yang dibalas anggukkan cepat, “Tuan Muda Cao Yuchen, ini kali pertama dan terakhir. Jika anda melakukan hal yang tidak pantas lagi, saya akan benar-benar membunuh anda.”
Xiao Zhan melepaskan cengkeramannya dan kembali duduk di sofa dengan memainkan ponselnya. Bersikap seolah tidak terjadi apapun. Yanli sedikit bergidik melihatnya. Benar apa yang dikatakan adik angkatnya, Xiao Zhan mewarisi gen Wangji hampir 100%.
“A-Li, kau mengenal siapa pemuda itu?” Yanli mengangguk kecil mendengar bisikan sang suami. “Dia orang baik.”
(To be continue)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Wang dan ayah Xiao?
RandomStory writer by : Rain @urrainingday Main Character : Xiao Zhan x Wang Yibo Warning : mpreg, drama, death, bxb Wang Yibo (22 tahun) adalah tuan muda kedua dari keluarga Wang. Karena kesalahan masa lalunya, dia harus mengasuh 2 anak kembarnya sendir...